Bentuk Ruhaniyah Manusia Menurut Imam Khomeini
Kekuatan-Kekuatan Batin
Dengan kekuasaan dan kearifan-Nya, Allah telah menciptakan sejumlah
daya dan fakultas di alam gaib dan batin manusia yang bermanfaat luar
biasa bagi kita. Di sini, kita akan menyebutkan tiga di antaranya, yaitu
al-quwwah al-wahmiyyah (daya imajinasi atau pencitraan), al-qauwwah
al-ghadhabiyyah (daya amarah), dan al-quwwah al-syahwiyyah (daya
syahwat). Masing-masing daya tersebut memiliki pelbagai manfaat besar,
seperti pelestarian spesies dan individu manusia serta pembangunan
dunia maupun akhirat, yang telah dibahas cukup panjang oleh banyak
pemikir dan tidak perlu saya ulangi di sini. Yang penting dicamkan di
sini adalah bahwa ketiga daya itu merupakan sumber bagi seluruh malakah (watak/ karakter) baik maupun buruk dan dasar bagi seluruh bentuk- bentuk gaib yang tinggi.
Penjelasannya, sebagaimana Allah telah menciptakan manusia di dunia
ini dengan sebuah bentuk jasmani-duniawi yang memiliki kesempurnaan dan
keindahan komposisi yang menakjubkan akal pikiran seluruh filosof dan
ilmuwan sedemikian sehingga ilmu anatomi hingga detik ini belum juga
mampu mengungkapkan dan menguraikan cara kerjanya secara benar. Allah
telah menjadikan bentuk manusia lebih unggul dibandingkan dengan
seluruh makhluk dalam hal postur yang bagus dan tampilan luar yang
indah. Meskipun demikian, ada pula bentuk dan wajah manusia yang
berbeda, yang bersifat malakuti dan gaib, yang ditentukan oleh karakter jiwa dan struktur batinnya.
Di alam setelah mati – baik di alam barzakh (masa antara kematian
dan kebangkitan/ kiamat), maupun di hari kiamat – jika struktur manusia
di sisi batinnya, sisi karakter dan sukmanya (sarirah) benar-benar
bersifat manusiawi, maka penampilan malakuti gaibnya pun akan seperti
manusia. Namun, jika wataknya tidak manusiawi, maka bentuk malakutinya –
di alam setelah mati-akan tampak tidak manusiawi.
Sebagai ilustrasi, jika watak kesyahwatan (al-malakah al-syahwiyyah) dan kebinatangan (al-malakah al-bahimiyyah) mendominasi
batiniyahnya sehingga kerajaan batinnya berubah menjadi hutan rimba,
maka tampilan malakutinyapun akan tampak seperti salah satu binatang
yang sesuai dengan watak jiwanya. Jika daya amarah atau kebuasan (al-suba’iyyah)
mendominasi batin dan sukmanya sehingga kerajaan batin dan sukmanya
ditegakkan atas hukum kekejaman, maka penampilan malakut ghaibnya pun
akan menyerupai salah satu binatang buas yang sesuai dengan watak
batinya itu.
Demikian pula, jika daya imajinasi atau manipulasi (as-syaithanah) menjadi watak batinnya sehingga watak-watak setan (malakat syaithaniyyah) seperti tipu muslihat, kecurangan, namimah (adu domba) dan menggunjing (ghibah) menjadi
wataknya, maka ia akan memiliki penampilan gaib dan malakuti layaknya
salah satu setan yang cocok baginya. Kadang kala mungkin pula seorang
manusia memiliki penampilan yang menggabungkan dua atau beberapa watak
kebinatangan sekaligus. Jika demikian, ia akan mengambil bentuk yang
tidak menyerupai salah satu binatang, tetapi kombinasi bentuk yang aneh.
Bentuk ini, dalam susunan bentuk yang mengerikan dan menjijikkan,
tidak akan menyerupai bentuk binatang manapun di alam ini.
Diriwayatkan dari Rasul Saw, bahwa beberapa orang akan dibangkitkan
di akhirat dengan rupa yang lebih buruk dari kera. Bahkan beberapa dari
mereka akan memiliki beberapa rupa sekaligus, lantaran alam itu tidak
seperti alam ini yang tidak memungkinkan bagi seseorang dapat memilik
lebih dari satu bentuk. Pernyataan ini logis dan juga sudah dibuktikan
pada tempatnya.
Ketahuilah bahwa kriteria bagi (pengejawantahan) bentuk-bentuk yang
berbeda itu (dengan bentuk manusia sebagai salah satunya) adalah
keadaan ruh saat berpisah dari tubuh, keadaan tegaknya (hukum-hukum)
alam barzakh dan alam akhirat atas ruh manusia, yang bermula persis saat
setelah ruh kelur dari dari tubuh manusia. Watak dan sifat ruh
saat keluar dari dari tubuh manusia akan menentukan bentuk ukhrawi
manusia, yang akan segera tampak bagi mata ghaib di alam barzakh.
Setiap manusia di alam barzakh juga akan melihat dirinya dalam bentuk
itu ketika pertama kali membuka matanya di sana – bila ia memang
memiliki mata penglihatan (bashar). Tidaklah mesti manusia memasuki alam
yang akan datang itu dalam bentuk yang sama dengan ketika berada di
alam fisik ini. Allah sendiri telah berfirman melalui lidah sebagian
orang: “Wahai Tuhanku, mengapa Kau bangkitkan aku dalam keadaan buta padahal dulunya aku aku dapai
melihat”. Allah menjawab, “Demikianlah, telah datang kepadamu
ayat-ayat Kami, tetapi kamu melupakannya, dan begitu pula pada, hari
ini kamu pun dilupakan”. (QS Thaha [20]: 125-126).
Wahai, orang malang, memang kau pernah punya mata fisik yang bisa
melihat, tapi sisi batin dan malakutmu sebenarya buta. Sekarang kau
menyadari perkara ini, padahal kau telah buta sejak semula. Kau tidak
memiliki pandangan batin (bashirah) untuk melihat tandatanda
Allah. Wahai makhluk yang malang, engkau memiliki postur yang tegap dan
dan bentuk yang sempurna secara fisik, tetapi ukurannya di alam malakut
dan batin bukanlah bentuk itu. Kau harus berjuang demi ketegapan
(bentuk) batinmu agar kelak di hari kiamat engkau juga, dapat berdiri
gagah dan tegap. Ruhmu harus menjadi ruh yang manusiawi agar bentukmu di
alam barzakh tampak sebagai bentuk manusia.
Engkau mungkin mengira bahwa alam gaib dan batin – yakni alam
penyingkapan rahasia dan pengejawantahan watak – sama dengan alam fisik
dan duniawi yang memungkinkan terjadinya kekacauan, pencampuradukan,
dan kekeliruan ini …. Tidak! Kedua mata, telinga, tangan, dan kakimu
serta seluruh anggota tubuhmu akan bersaksi atas semua perbuatanmu di
dunia ini dengan mulut-mulut malakuti. Bahkan, sebagian anggota tubuhmu
akan tampil dalam bentuk malakuti yang utuh (untuk menghadapimu).
Oleh karenanya, Sahabatku, bukalah telinga hatimu, singsingkan lengan bajumu dan kasihanilah ketakberdayaan dirimu sendiri!. Kiranya kau dapat menjadikan dirimu sebagai manusia dan keluar dari alam ini dalam bentuk anak Adam, sehingga kelak kau akan menjadi orang yang sejahtera dan bahagia.
Jangan sekali-kali kau menyangka bahwa semua yang kuucapkan itu sekadar
mauizah dan ceramah, karena semua itu merupakan kesimpulan dari beragam
argumen filosofis yang telah diajukan oleh para ahli hikmah,
penyingkapan mistis (kasyfiyah), yang telah ditangkap oleh para pelaku latihan spiritual (riyddhah) dan
pemberitaan dari para Imam yang jujur dan maksum. Hanya saja,
lembaran-lembaran buku ini memang bukan tempat yang tepat untuk
mengajukan bukti-bukti atau menukil hadis-hadis berkenaan dengan pokok
masalah di atas secara keseluruhan.
Ref : Buku 40 Hadis Telaah Atas Hadis-Hadis Mistis dan Akhlak Imam Khomeini, pada bab “Hadis tentang jihad al-nafs”
sumber:https://darulkhodir.wordpress.com/2010/02/15/bentuk-ruhaniyah-manusia-menurut-imam-khomeini/
sumber:https://darulkhodir.wordpress.com/2010/02/15/bentuk-ruhaniyah-manusia-menurut-imam-khomeini/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar