Persatuan, adalah hal yang mudah difahami namun selalu saja ada halangan
dan kendala bagi umat Islam untuk mewujudkannya; entah kendalanya
karena memang mereka tidak mampu mewujudkan persatuan tersebut, atau
karena mereka tidak mau. Salah satu bukti nyatanya adalah: sudah 150
tahun lamanya tokoh-tokoh Islam dunia berbicara tentang persatuan, namun
sampai saat ini juga Muslimin tetap berpecah belah di hadapan
musuh-musuh mereka dan problema terbesar umat masih saja masalah
perpecahan. Yang jelas maksud kami dari kata Muslimin adalah adalah umat
Islam secara umumnya, mencakup para cendikiawan, politikus, ulama, dan
seterusnya sampai masyarakat awam yang hidup bersama dalam satu
komunitas dan setiap orang dari mereka adalah anggota keutuhan ini.
Tentunya dalam setiap lapisan masyarakat pasti ada orang-orang yang
benar-benar memahami pentingnya persatuan dan mereka pun berusaha keras
untuk mewujudkannya; namun jika kita perhatikan satu per satu, hasil
upaya mereka masih jauh berada di bawah tingkat ideal.
Oleh karena itu, saat ini di satu sisi musibah terbesar yang menimpa
umat Islam adalah perpecahan, dan di sisi yang lin musuh-musuh Islam
memanfaatkan fenomena perpecahan ini untuk menghantamkan pukulan keras
ke dada Muslimin lalu melancarkan aksi-aksinya, seperti mengeruk
kekayaan materi dan spiritual negara-negara Islami, menjajah, setiap
saat berusaha melunturkan budaya-budaya Islami, dan mengkontrol gerak
gerik-politik negara-negara yang telah dikuasainya.
Kalau kita menengok perkataan-perkataan Imam Khumaini, sikap-sikap politik dan sosialnya, kita akan mendapati bahwa dalam persepsinya persatuan bukan hanya sekedar saran yang hanya perlu didengarkan saja, bahkan perlu diwujudkan dan merupakan solusi terbesar bagi umat Islam untuk mengumpulkan kekuatan guna menghadapi musuh-musuh mereka yang zalim. Karena itu juga musuh-musuh Islam selama ratusan tahun menjadikan perpecahan Muslimin sebagai solusi terbaik untuk menguasai dan memperpanjang umur kekuasaan mereka di negara-negara Islami. Dengan jalan ini juga mereka mencapai tujuan-tujuan penjajahan dan permusuhannya.
Sungguh menakjubkan selama ratusan tahun Muslimin tidak mampu menyelesaikan permasalahan ini dan Muslimin tetap berpecah belah di depan semua ancaman-ancaman musuh mereka. Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa musuh-musuh kita lebih berhasil dalam menjalankan misi-misinya daripada kita. Bukti nyata yang paling jelas saat ini juga adalah berkuasanya musuh-musuh atas negara-negara Islam sedang Muslimin tetap dalam perpecahannya. Singkatnya, perpecahan kita sama dengan kemenangan musuh. Selama kita tetap dalam perpecahan ini, selama itu juga musuh menang. Kita dapat berbangga diri ketika kita bersatu dan musuh kalah karena persatuan ini.
Kalau kita menengok perkataan-perkataan Imam Khumaini, sikap-sikap politik dan sosialnya, kita akan mendapati bahwa dalam persepsinya persatuan bukan hanya sekedar saran yang hanya perlu didengarkan saja, bahkan perlu diwujudkan dan merupakan solusi terbesar bagi umat Islam untuk mengumpulkan kekuatan guna menghadapi musuh-musuh mereka yang zalim. Karena itu juga musuh-musuh Islam selama ratusan tahun menjadikan perpecahan Muslimin sebagai solusi terbaik untuk menguasai dan memperpanjang umur kekuasaan mereka di negara-negara Islami. Dengan jalan ini juga mereka mencapai tujuan-tujuan penjajahan dan permusuhannya.
Sungguh menakjubkan selama ratusan tahun Muslimin tidak mampu menyelesaikan permasalahan ini dan Muslimin tetap berpecah belah di depan semua ancaman-ancaman musuh mereka. Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa musuh-musuh kita lebih berhasil dalam menjalankan misi-misinya daripada kita. Bukti nyata yang paling jelas saat ini juga adalah berkuasanya musuh-musuh atas negara-negara Islam sedang Muslimin tetap dalam perpecahannya. Singkatnya, perpecahan kita sama dengan kemenangan musuh. Selama kita tetap dalam perpecahan ini, selama itu juga musuh menang. Kita dapat berbangga diri ketika kita bersatu dan musuh kalah karena persatuan ini.
Terkadang keberhasilan musuh dalam mewujudkan perpecahan, tidak hanya
terlihat melalu adanya ikhtilaf antar satu umat Islam yang berada dalam
satu negara saja, bahkan antara satu negara Islam dengan negara
lainnya! Inilah hasil kerja keras musuh-musuh kita yang ditujang denga
pasokan dana luar biasa hanya karena mereka tidak mau kita umat Islam
memperoleh kembali kekuatan dan kejayaan yang pernah diraih sebelumnya.
Kita tidak bisa hanya diam berharap mereka berhenti menjalankan siasat
perpecahan umat Islam ini; karena semua keuntungan mereka benar-benar
bergantung pada perpecahan kita. Kita juga tidak bisa diam saja dengan
berharap kaki tangan mereka yang kini menyamar sebagai “musuh dalam
selimut” berhenti menjalankan misinya; karena keuntungan-keuntungan
duniawi mereka bergantung penuh pada pekerjaan ini. Mereka akan tetap
mengulang-ulang perkataan musuh-musuh kita, mewujudkan impian-impian
mereka, menyamarkan siapakah musuh yang sebenarnya, dan memprovokasi
perpecahan dalam satu kaum dan umat Islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa
banyak sekali “musuh dalam selimut” di negara kita yang bekerja untuk
mereka; mereka adalah pengkhianat yang menjual tanah air dan budaya
bangsa sendiri untuk kepentingan-kepentingan duniawi. Mereka adalah
orang-orang munafik yang mengenakan pakaian pejabat, cendikiawan,
ulama, mufti, dan lain sebagainya; dengan cara ini mereka dapat beraksi
dengan mudah dari dalam tubuh sebuah bangsa. Kita juga tidak bisa
mengharap negara-negara yang benar-benar telah tunduk pada musuh kita
untuk mewujudkan persatuan umat Islam ini.
Oleh karena itu, yang dapat kita harapkan untuk diajak bekerjasama
mewujudkan impian ini adalah mereka yang benar-benar menyadari siapa
musuh dan tidak bergantung sama sekali kepada mereka. Mereka adalah
segenap umat Islam yang bebas dan tidak bergantung kepada musuh-musuh
Islam; dengan syarat mereka harus benar-benar memahami arti persatuan
ini, dan kedua mereka juga harus memiliki jiwa yang tulus dan ikhlas di
jalan ini. Karena setiap orang yang menyadari kebenaran sesuatu, maka
ia pasti membenarkannya dan melakukan segala usaha untuk menegakkannya.
Yang terpenting adalah ketulusan dan kesucian jiwa. Orang yang jiwanya
tulus, ikhlas dan suci, senantiasa terlepaskan dari belenggu
keinginan-keinginan duniawi dan pribadi; orang-orang seperti ini yang
dapat mewujudkan persatuan dan mengabaikan provokasi perpecahan; orang
seperti ini yang mampu membedakan antara bisikan-bisikan rahmani
(bisikan kebaikan) dengan bisikan-bisikan syaitani (bisikan setan).
Imam Khumaini berkeyakinan bahwa kepemilikan ma’rifat dan jiwa yang tulus adalah kunci keselamatan hidup di tengah-tengah provokator perpecahan. Ia berkata: Kita harus mengejar kekuatan dan persatuan kita. Pemerintah dan masyarakat tidak boleh menganggap ini adalah pemerintah dan ini adalah masyarakat (memisah-misahkan keduanya), karena kita semua adalah sekumpulan rombongan yang berjalan bersama menuju alam akhirat; kita harus menaati Tuhan dan kita harus selalu bersama-sama. Jika kita seperti itu, maka kemenangan adalah milik kita, dan kemenangan itu adalah hadiah Ilahi dan pertolongan-Nya untuk kita. Namun jika tidak demikian, jika kemenangan itu adalah hasil dari kekerasan dan paksaan, maka itu bukan kemenangan dan hakikatnya adalah kekalahan besar. Oleh karena itu kita harus bersama-sama. Kita harus menaati Tuhan dengan cara tidak berikhtilaf dan selalu menjaga persatuan. Kita harus menggalang persatuan umat ini, dan jika memang kita telah bersatu, maka kita harus menjaganya dengan baik. Kita harus melanjutkan perjalanan ini dan kita tidak boleh mendengarkan ucapan pihak-pihak yang ingin memecah belah tubuh umat ini… jika kita bersatu, tidak ada satu pun yang bisa mengusik kita; kita harus bersatu dalam menaati Allah. (Shahife e Emam, jilid 19, halaman 206 – 207)
Imam Khumaini berkeyakinan bahwa kepemilikan ma’rifat dan jiwa yang tulus adalah kunci keselamatan hidup di tengah-tengah provokator perpecahan. Ia berkata: Kita harus mengejar kekuatan dan persatuan kita. Pemerintah dan masyarakat tidak boleh menganggap ini adalah pemerintah dan ini adalah masyarakat (memisah-misahkan keduanya), karena kita semua adalah sekumpulan rombongan yang berjalan bersama menuju alam akhirat; kita harus menaati Tuhan dan kita harus selalu bersama-sama. Jika kita seperti itu, maka kemenangan adalah milik kita, dan kemenangan itu adalah hadiah Ilahi dan pertolongan-Nya untuk kita. Namun jika tidak demikian, jika kemenangan itu adalah hasil dari kekerasan dan paksaan, maka itu bukan kemenangan dan hakikatnya adalah kekalahan besar. Oleh karena itu kita harus bersama-sama. Kita harus menaati Tuhan dengan cara tidak berikhtilaf dan selalu menjaga persatuan. Kita harus menggalang persatuan umat ini, dan jika memang kita telah bersatu, maka kita harus menjaganya dengan baik. Kita harus melanjutkan perjalanan ini dan kita tidak boleh mendengarkan ucapan pihak-pihak yang ingin memecah belah tubuh umat ini… jika kita bersatu, tidak ada satu pun yang bisa mengusik kita; kita harus bersatu dalam menaati Allah. (Shahife e Emam, jilid 19, halaman 206 – 207)
Ia juga berkata: Kita harus memiliki kesatuan dan kita harus
menjaganya. Kita tidak boleh mendengar omongan orang-orang yang
menginginkan perpecahan di antara kita. Mereka yang bertentangan dengan
persatuan adalah orang-orang yang membuat kerusakan. Jadi kita tidak
boleh mendengarkan ucapan orang-orang yang berbuat kerusakan seperti
mereka. Jika kalian tidak ingin terpengaruh dengan ucapan-ucapan
mereka, maka kalian harus memiliki makrifat, maknawiah dan jiwa yang
tulus nan ikhlas. Ucapan-ucapan mereka hanya berpengaruh pada hati
orang-orang yang lemah makrifat dan jiwanya.
Ucapan beliau yang lainnya: Sekitar sejak 150 tahun yang lalu tokoh-tokoh dunia Islam berbicara tentang persatuan Islami di hadapan bahaya para penjajah-penjajah Barat dan menyatakan bahwa perpecahan adalah problema umat Islam yang terbesar; namun problema ini sampai sekarang juga tetap berada di tempatnya. Ini menunjukkan bahwa umat Islam belum menempuh jalan yang seharusnya ditempuh untuk mewujudkan persatuan ini. Sedangkan musuh-musuh Islam yang menganggap perpecahan umat ini sebagai solusi untuk meraih kepentingan-kepentingan mereka, dengan baik mereka menjalankan usaha-usahanya hingga saat ini.
Beliau juga berkata: Perpecahan di dunia Islam adalah jaminan keberhasilan musuh-musuh Islam dalam menguasai kita. Selama kita tidak merubah kenyataan ini, dunia Islam tidak akan bisa keluar dari kekuasaan musuh. Oleh karena itu seharusnya umat Islam memikirkan cara terbaik untuk keluar dari lingkaran ini daripada sibuk berselisih.
Ucapan beliau yang lainnya: Sekitar sejak 150 tahun yang lalu tokoh-tokoh dunia Islam berbicara tentang persatuan Islami di hadapan bahaya para penjajah-penjajah Barat dan menyatakan bahwa perpecahan adalah problema umat Islam yang terbesar; namun problema ini sampai sekarang juga tetap berada di tempatnya. Ini menunjukkan bahwa umat Islam belum menempuh jalan yang seharusnya ditempuh untuk mewujudkan persatuan ini. Sedangkan musuh-musuh Islam yang menganggap perpecahan umat ini sebagai solusi untuk meraih kepentingan-kepentingan mereka, dengan baik mereka menjalankan usaha-usahanya hingga saat ini.
Beliau juga berkata: Perpecahan di dunia Islam adalah jaminan keberhasilan musuh-musuh Islam dalam menguasai kita. Selama kita tidak merubah kenyataan ini, dunia Islam tidak akan bisa keluar dari kekuasaan musuh. Oleh karena itu seharusnya umat Islam memikirkan cara terbaik untuk keluar dari lingkaran ini daripada sibuk berselisih.
Dan juga beliau berkata: Banyak sekali kaki tangan musuh kita yang
menyelinap di dalam tubuh umat Islam, mereka menyamar sebagai
cendikiawan, politikus, ulama yang fanatik, mufti, dan lain sebagainya;
dan kita tidak bisa mengharapkan mereka untuk mewujudkan persatuan
umat. Karena mereka semua bekerja untuk kepentingan musuh-musuh dan
para penjajah. Oleh karenanya hanya Muslimin sejati yang harus
memikirkan jalan menuju persatuan tanpa mendengarkan kata-kata kaum
munafik yang ingin memecah belah umat.
sumber: http://www.erfan.ir/53979.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar