Jumat, 31 Oktober 2014

Belajar Dari Indahnya Akhlak Imam Ali Ar-ridho as



Salamun 'ala Ar-ridha as
Sebagai  manusia suci (maksum), Imam Ali bin Musa ar-ridha ‘alaihima salam sungguh memiliki akhlak yang sangat mulia. Ketika kita membuka lembaran sejarah kehidupan beliau, kita akan menyaksikan betapa akhlak Rasul saww mengalir deras dalam diri beliau. Kelembutan beliau terhadap orang lemah, kesederhanaan beliau,  penghormatan beliau terhadap seluruh makhluk membuat siapapun, entah kawan atau lawan, akan mengakui keutamaan beliau. Khalifah Makmun pernah berkata dengan kepada Fadhl  bin Shahl dan saudaranya, ‘tidak ada seorang pun yang lebih pandai di muka bumi ini melebihi orang ini (Imam Ali Ridha as)’ (al-irsyad, jil 2, hal 361). Ibnu Majah juga pernah berkata, ‘ia (Imam Ali Ridha) adalah pemimpin Bani Hasyim dan Makmun mengagungkannya dan memuliakannya…’ (a’yanusy-syi’ah, jil 4, hal 85)

                Akhlak beliau yang sangat tinggi membuat siapapun pasti akan mengagumi dan menghormati beliau. Ibrahim bin Abbas pernah berkata, ‘aku tidak pernah melihat dan mendengar ada seseorang yang lebih mulia dari Abul Hasan Ar-ridha ; ia tak pernah bersikap kasar kepada siapapun, tidak pernah memotong ucapan seseorang, tidak pernah menolak hajat (kebutuhan ) seseorang, tidak memanjangkan kedua kakinya dalam suatu majelis (perkumpulan), tidak mencaci pembantu-pembantunya, baik pria atau wanita, tidak pernah terbahak-bahak dalam tertawa, ia makan bersama pembantu-pembantunya, sedikit tidur pada malam hari, menghidupkan sebagian besar malam-malamnya, dari awal hingga akhir malam, banyak berbuat baik dan bersedekah, dan kebanyakan dilakukannya di malam-malam yang gelap’ (‘uyunul  akhbar ar ridha as, jil 1, hal 184).
Makam Imam Ali Ar-ridha as di Masyhad
Betapa Imam telah mewariskan ‘barang berharga’ yang wajib kita ambil dan miliki. Imam pernah berkata, ‘yang paling dekat tempat tinggal kalian dariku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya dan paling baik terhadap keluarganya.’ Beliau telah mengajari kita tentang akhlak mulia. Tidak dengan ucapan tapi juga dengan perbuatan.  Beliau selalu membimbing pengikutnya agar senantiasa mengikuti akhlak Rasulullah saww. Imam berkata, ‘tidaklah seorang mukmin disebut sebagai Mukmin (yang hakiki) sehingga ia menyandang tiga karakter : mengikuti hukum Allah, sunnah Rasul-Nya dan sunnah wali-Nya. Adapun mengikuti hukum Allah adalah menyimpan rahasia. Sebagaimana firman-Nya, ‘Dia yang mengetahui segala yang tersembunyi  dan tidak mengabarkan kepada siapapun kecuali kepada orang-orang yang telah mendapat ridho-Nya.’ Adapun sunnah Rasul-Nya yaitu berusaha untuk beradaptasi  dengan manusia di sekelilingnya. Sesungguhnya Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk beradaptasi dengan selain-Nya, sebagaimana firman-Nya, ‘mintalah maaf dan perintahkanlah berbuat kebaikan.’ Adapun mengikuti sunnah para wali-Nya yaitu hendaknya bersabar di saat ada kesulitan dan bencana.

Kamis, 30 Oktober 2014

Maha Karya Imam Khomeini ra



Karya besar Imam Khomeini ra yang paling utama adalah menghidupkan Islam. Selama dua ratus tahun jaringan kolonialisme selalu berusaha agar Islam dilupakan. Salah satu perdana menteri Inggris saat bertemu dengan para politikus kolonialis dunia menyatakan bahwa kita harus berusaha mengucilkan Islam di negara-negara Islam! Sebelum dan sesudah ini mereka mengucurkan dana luar biasa dengan tujuan mengasingkan Islam dari kehidupan sosial dan dari benak dan perilaku setiap individu. Karena mereka tahu betul agama Islam berpotensi menjadi penghalang terbesar bagi aksi-aksi perampokan dan penjajahan yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan besar dan kaum imperialis. Namun Imam Khomeini ra muncul dan menghidupkan kembali Islam serta mengembalikannya tidak hanya dalam setiap benak dan perilaku manusia tapi juga dalam kancah politik dunia.

Karya besar beliau yang kedua adalah mengembalikan semangat umat Islam meraih kemuliaannya. Bila Islam sebelumnya hanya dapat ditemukan dalam wacana, analisa, mata kuliah dan kehidupan manusia, kini berkat kebangkitan Imam Khomeini ra umat Islam kembali menemukan kemuliaannya di seluruh dunia.

Salah seorang muslim yang hidup di satu negara besar, di mana umat Islam di sana termasuk minoritas, bekata kepada saya, “Sebelum kemenangan Revolusi Islam, saya tidak pernah menampakkan identitas saya selaku seorang muslim. Meskipun budaya negara tersebut memperbolehkan kami memiliki nama khas terkait negara asal dan keyakinan, meskipun setiap keluarga muslim memberikan nama Islam kepada anak-anaknya, namun mereka tidak berani menampakkan nama tersebut dan malu menyebutnya! Tapi setelah kemenangan Revolusi Islam, kami bangga memakai dan menyebut nama Islam. Bila masyarakat bertanya kepada kami, siapa anda? Pertama yang kami jawab dengan bangga adalah nama Islam kami.

Dengan demikian berkat karya besar yang dilakukan oleh Imam Khomeini ra, umat Islam di seluruh dunia merasa mulia dan bangga dengan kemusliman dan agama Islamnya.

Karya besar Imam Khomeini ra yang ketiga adalah membangkitkan orang-orang muslim di berbagai penjuru dunia untuk merasakan apa yang dialami umat Islam lainnya. Sebelum ini orang-orang muslim di mana saja berada tidak pernah membicarakan masalah umat Islam bahkan sebagian tidak menganggap penting apa itu umat Islam. Namun kini setiap orang yang mengaku dirinya muslim mulai dari tempat terjauh di Asia hingga jantung Afrika, seluruh Timur Tengah, Eropa dan Amerika merasakan dirinya bagian dari masyarakat besar dunia bernama umat Islam. Imam Khomeini ra sosok yang mampu menciptakan rasa solidaritas terhadap umat Islam dalam diri tiap-tiap muslim dan ini merupakan senjata terbesar dalam membela umat Islam dalam menghadapi kekuatan-kekuatan istikbar.

Karya besar Imam Khomeini ra yang keempat adalah menggulingkan salah satu referensi rezim paling kotor dan paling bergantung di kawasan dan dunia. Menggulingkan pemerintahan monarki di Iran merupakan karya besar yang dapat dibayangkan oleh seseorang. Karena sejatinya merupakan benteng kokoh kolonialis di kawasan Teluk Persia dan Timur Tengah. Benteng ini berhasil diruntuhkan oleh Imam Khomeini ra.

Karya besar Imam Khomeini ra yang kelima mendirikan pemerintahan berdasarkan ajaran dan agama Islam. Sebuah pekerjaan yang tidak pernah terbetik dalam benak seorang muslim apa lagi yang non muslim. Bahkan umat Islam yang lugu dan polos tidak pernah membayangkan dan melihat mimpi indah ini. Imam Khomeini ra berhasil membalikkan khayalan dan bahkan mitos ini menjadi kenyataan, bak melakukan sebuah mukjizat.

Karya besar Imam Khomeini ra yang keenam adalah mampu menciptakan kebangkitan Islam di seluruh dunia. Di kebanyakan negara sebelum Revolusi Islam seperti di negara-negara Islam, organisasi-organisasi, para pemuda, orang-orang yang tidak puas dan para penuntut kebebasan bangkit berjuang melihat ketidakadilan dengan mengusung ideologi sosialis. Namun semua berubah setelah kemenangan Revolusi Islam. Kini berbagai gerakan dan kebangkitan yang muncul berlandaskan Islam. Hari ini setiap organisasi dan kelompok yang bangkit dengan motifasi menuntut kebebasan dan anti imperialisme di di dunia Islam, pasti menjadikan pemikiran Islam sebagai dasar, petunjuk teknis, harapan dan pilarnya.

Karya besar Imam Khomeini ra yang ketujuh mengubah cara pandang lama terhadap fiqih Syiah dengan metode baru. Fiqih Syiah punya dasar-dasar yang sangat kokoh. Fiqih Syiah merupakan salah fiqih paling kokoh dan bersandarkan kaidah-kaidah, prinsip-prinsip dan dasar-dasar yang sangat kuat. Imam Khomeini ra berhasil mencerahkan berbagai dimensi fiqih Syiah yang sebelum ini tidak begitu jelas dan memperluas kajian kajian fiqih Syiah dengan cara pandang global dan dalam koridor negara Islam.

Karya besar Imam Khomeini yang kedelapan adalah meruntuhkan cara pandang yang tidak benar mengenai moralitas pribadi seorang penguasa. Dunia jamak menerima bahwa mereka yang berada di puncak struktur sosial memiliki moralitas individu yang khusus baginya seperti sombong, hidup enak, berfoya-foya, diktator, egois dan sifat-sifat lainnya yang seperti ini. Sudah menjadi kesepakatan rakyat di negara mana saja seorang pemimpin yang berkuasa punya moral yang semacam ini. Hal ini menjadi fenomena biasa bahkan di negara-negara revolusioner. Tokoh-tokoh revolusioner yang kemarin hidup di bawah tenda-tenda dan bersembunyi di bawah tanah, sesaat setelah memegang tampuk kekuasaan kondisi dan cara hidup mereka langsung berubah. Moralitas mereka dalam memerintah juga berubah. Kini mereka berlaku sama seperti raja-raja dan pemimpin negara lainnya. Kenyataan ini kita saksikan dari dekat dan masyarakat juga melihat hal ini sebagai fenomena yang biasa saja.

Namun Imam Khomeini ra mampu membalikkan cara pandang salah ini dan berhasil membuktikan bahwa seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya dan bahkan umat Islam lainnya di dunia dapat hidup secara sederhana. Imam Khomeini ra bahkan menerima tamu di huseiniyah (mushalla) dan bukan di istana-istana mewah dan gemerlap. Imam Khomeini ra membuktikan seorang pemimpin dapat bergaul bersama masyarakat dengan pakaian, bahasa dan akhlak para nabi.

Bila hati setiap penguasa dan pemimpin telah diterangi cahaya makrifat dan hakikat, ia sudah tidak lagi memerlukan kemewahan, protokol, pemborosan, kediktatoran, kesombongan dan arogansi. Mukjizat besar Imam Khomeini ra adalah mampu memanifestasikan cahaya makrifat dan hakikat tidak hanya dalam kehidupan pribadinya saja, tapi juga dalam sistem pemerintahan Islam yang dibangunnya.

Karya besar Imam Khomeini ra yang kesembilan adalah keberhasilan beliau menghidupkan kembali rasa percaya diri dan kebanggaan dalam diri bangsa Iran. Saudara-saudara yang mulia! Pemerintah zalim dan individual di Iran selama bertahun-tahun telah menjadikan bangsa kita sebagai bangsa yang lemah, miskin dan tertindas. Sebuah bangsa yang sejatinya memiliki potensi besar dan keistimewaan luar biasa. Bangsa yang sepanjang sejarah setelah munculnya Islam memiliki berbagai catatan kebanggaan di bidang sains dan politik.

Kekuatan-kekuatan asing seperti Inggris, Rusia, negara-negara Eropa dan terakhir Amerika telah menghina bangsa Iran. Rakyat Iran masa itu juga percaya bahwa mereka tidak mampu melakukan pekerjaan besar. Mereka tidak dapat membangun dan tidak punya inisiatif. Orang lain menjadi juragan dan memerintah mereka sesuka hati! Kekuatan-kekuatan asing berhasil mematikan semangat nasionalisme. Namun Imam Khomeini ra berhasil menghidupkan kembali kebanggaan nasional dalam diri bangsa Iran.

Pada masa itu rakyat kita tidak terikat dengan rasa dan kebanggaan nasionalisme yang dipopulerkan Rezim Pahlevi dan dipicu oleh kekuatan mustakbir, namun mereka merasa mulia dan kuat.

Kini bangsa Iran bersatu dan tidak takut menghadapi konspirasi Timur, Barat dan konservatif. Bangsa Iran tidak lagi merasa lemah di hadapan mereka. Para pemuda kita merasa mampu membangun sendiri negaranya. Rakyat Iran merasa memiliki kemampuan menghadapi tekanan dan arogansi Timur dan Barat. Imam Khomeini ra yang berhasil menghidupkan kembali semangat kemuliaan, percaya diri, nasionalisme dan kebanggaan hakiki.

Karya besar Imam Khomeini ra yang kesepuluh membuktikan slogan “tidak Timur dan tidak Barat” sebagai dasar untuk berlaku. Orang-orang selama ini beranggapan bahwa kalau tidak bersandar pada Barat, kita harus bergabung dengan Timur. Kita harus mengkonsumsi produk dan memuji satu kekuatan atau harus memilih kekuatan lainnya.

Mereka tidak pernah berpikir ada satu bangsa yang mampu mengatakan “tidak” kepada Timur dan Barat, sekaligus melawan dan tetap hidup. Bahkan dari hari ke hari kekuatan mereka semakin berakar dan kokoh. Imam Khomeini ra berhasil membuktikannya.

Petikan khotbah Jumat 14/7/1989 (23/4/1368)

Senin, 27 Oktober 2014

HARI BAIK DAN NAHAS MENURUT IMAM JA’FAR ASH-SHADIQ A.S



Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dan juga untuk memperoleh kebaikan dan keberkahan, maka sebaiknya kita memilih hari yang baik dan tepat untuk melakukan aktivitas. Misalnya akad pernikahan, memulai usaha, memulai membangun rumah, melakukan kontrak kerja, pindah rumah, bepergian dan lainnya. Karena hari-hari itu tidak sama nila
inya, ada yang baik untuk aktivitas tertentu dan tidak baik untuk aktivitas yang lain, dan ada juga hari yang nahas (sial) sepanjang hari.

Allah swt berfirman: “Kami menghembuskan badai dalam beberapa hari yang nahas, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan sesungguhnya siksaan di akhirat lebih menghinakan sedangkan mereka tidak diberi pertolongan.” (Fushshilat/41: 16)

“Sesungguhnya Kami menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus.” (Al-Qamar/54: 19).

Tentang hari-hari pilihan, Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Hindarilah melakukan safar (bepergian) pada hari ketiga, keempat, ke 21 dan ke 25 setiap bulan, karena hari-hari itu adalah hari nahas.” (Makarimul Akhlaq: 424)

Beliau juga mengatakan:

Tanggal 1 : Baik untuk menjumpai penguasa, mencapai hajat, jual-beli, bercocok tanam, dan bepergian.

Tanggal 2 : Baik untuk bepergian, dan mencapai hajat.

Tanggal 3 : Buruk dan tidak baik untuk seluruh kegiatan

Tanggal 4 : Baik untuk perkawinan, dan tidak disukai untuk bepergian.

Tanggal 5 : Buruk dan na’as.

Tanggal 6 : Diberkati, baik untuk perkawinan, dan mencapai hajat.

Tanggal 7 : Diberkahi, terpilih dan baik untuk segala yang diinginkan dan

rencana usaha.

Tanggal 8 : Baik untuk semua hajat kecuali bepergian.

Tanggal 9 : Diberkahi, baik untuk semua yang diinginkan manusia, dan siapa yang bepergian pada hari ini ia akan dianugerahi harta dan akan melihat setiap kebaikan dalam bepergiannya.

Tanggal 10 : Baik untuk semua hajat kecuali mendatangi penguasa; orang yang lari dari penguasa pada hari ini ia akan tertangkap; orang yang kehilangan sesuatu akan didapatkan; hari ini sangat baik untuk jual-beli.

Tanggal 11 : Baik untuk jual-beli, dan mencapai semua hajat kecuali mendatangi penguasa; dan baik untuk melakukan persembunyian.

Tanggal 12 : Hari ini baik dan penuh berkah; capailah hajat anda dan berusahalah insya Allah tercapai.

Tanggal 13 : Sepanjang hari ini na’as, maka waspadalah dalam seluruh urusan.

Tanggal 14 : Sangat baik untuk mencapai seluruh hajat dan usaha.

Tanggal 15 : Baik untuk semua hajat yang diinginkan, maka capailah hajat Anda, insya Allah tercapai.

Tanggal 16 : Buruk dan tercela untuk segala sesuatu.

Tanggal 17 : Baik dan terpilih untuk mencapai keinginan, perkawinan, jual-beli, bercocok tanam, mendirikan bangunan, mendatangi penguasa untuk suatu hajat, insya Allah tercapai.

Tanggal 18 : Terpilih dan baik untuk bepergian, dan mencapai hajat; orang yang melakukan perlawanan terhadap musuhnya ia akan memperoleh kemenangan dengan kekuasaan Allah swt.

Tanggal 19 : Terpilih dan baik untuk seluruh amal perbuatan; anak yang dilahirkan pada hari ini ia akan diberkahi.

Tanggal 20 : Sangat baik dan terpilih untuk mencapai hajat, bepergian, mendirikan bangunan, bercocok tanam, melangsungkan resepsi perkawinan, dan mendatangi penguasa; hari ini penuh berkah dengan kehendak Allah swt.

Tanggal 21 : Hari na’as sepanjang hari.

Tanggal 22 :Terpilih dan baik untuk jual-beli, mendatangi penguasa, bepergian, dan bersedekah.

Tanggal 23 :Terpilih dan sangat baik khusus untuk perkawinan, perdagangan, dan mendatangi penguasa.

Tanggal 24 : Hari na’as dan tercela.

Tanggal 25 : Buruk dan tercela, waspadalah melakukan sesuatu.

Tanggal 26 : Baik untuk mencapai seluruh hajat kecuali perkawinan dan bepergian; hendaknya bersedekah Anda akan merasakan manfaatnya.

Tanggal 27 : Sangat baik dan terpilih untuk mencapai semua hajat dan apa yang diinginkan, dan mendatangi penguasa.

Tanggal 28 : Berimbang antara baik dan buruk.

Tanggal 29 : Terpilih dan sangat baik untuk semua hajat orang yang sakit pada hari ini akan cepat sembuh; orang yang bepergian pada hari ini hartanya akan terkena musibah,dan orang yang lari akan kembali.

Tanggal 30 : Terpilih dan sangat baik untuk semua hajat, jual-beli, perkawinan, dan bercocok tanam; orang yang sakit pada hari akan cepat sembuh; anak yang lahir pada hari ini ia memiliki sifat tabah dan diberkahi, dimuliakan urusannya, jujur lisannya, dan setia terhadap janji.

Perhitungan Hari-Hari ini dan perubahan hari atau tanggal hendaknya didasarkan pada Kalender Hijriyah dengan perhitungan (hisab) yang benar.

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Jika terpaksa melakukan aktivitas pada hari nahas atau hari yang tidak baik, maka hendaknya bersedekah sebelum melakukan aktivitas dan membaca doa penolak bala’

Minggu, 26 Oktober 2014

Imam Husein as, Mentari Keutamaan



Tanggal 3 Sya'ban 4 H, kota suci Madinah menjadi saksi kelahiran seorang bayi suci, buah cinta Ali bin Abi Thalib as dan Fathimah az-Zahra as. Ia adalah putra kedua sebuah keluarga yang selalu dipuji-puji oleh Rasulullah Saw dan disebutnya sebagai Ahlul Bait. Bahkan al-Quran pun menegaskan kesucian mereka dari segala dosa dan noda. Dalam surat al-Ahzab ayat 33, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."

Ibunda bayi lelaki itu adalah Sayidah Fathimah az-Zahra as, putri Rasulullah Saw. Ia adalah perempuan terbaik lantaran keutamaan akhlak dan kesempurnaannya. Allah Swt menurunkan surat al-Kautsar sebagai bentuk penghargaan terhadap posisi Sayidah Fathimah yang begitu luhur.

Sementara ayah dari bayi suci itu adalah Ali bin Abi Thalib as. Ia adalah lelaki pertama yang memeluk Islam dan tak pernah ternodai dengan kemusyrikan. Ia dikenal sebagai sosok manusia yang pemberani, pujangga, dan orator ulung. Perjuangan beliau dalam membela Islam sedemikian besarnya, hingga ia mendapat julukan "Asadullah", Singa Allah.

Pada hari yang penuh dengan berkah dan kebahagiaan itu, sang bayi pun segera diantar ke pangkuan Rasulullah Saw. Dengan penuh penghormatan, Imam Ali as meminta Rasulullah saw untuk memberi nama cucunya yang baru lahir itu. Dan akhirnya sang kakek memberinya nama Husein.

Rekan setia kami mewakili seluruh kerabat kerja Radio Melayu Suara Republik Islam Iran, tak lupa mengucapkan selamat sejahtera atas datangnya hari kelahiran Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib as. Semoga kita semua di hari yang penuh bahagia ini mendapat berkah dan inayah dari Allah Swt.

Kecintaan dan perhatian Rasulullah Saw kepada Imam Husein sudah menjadi buah bibir umat Islam di masa itu. Bint al-Shati, penulis kenamaan Mesir menuturkan, "Bagi Nabi, nama Hasan dan Husein adalah senandung indah dan suara merdu yang tak pernah membosankan untuk selalu disebut-sebutnya. Beliau selalu menganggap kedua cucunya itu seperti anak sendiri. Allah Swt menganugerahkan nikmat yang demikian besar kepada Sayidah Zahra as sehingga keturunan Rasulullah Saw terus bersambung melalui putra-putranya dan memberi kehormatan kepada Ali bin Abi Thalib as sehingga melaluinya keturunan Nabi Saw tiada terputus".

Kecintaan Rasulullah saw kepada kedua cucunya itu bukan sekedar karena ikatan keluarga dan darah. Sebab sebagaimana yang ditegaskan sendiri oleh al-Quran, seluruh perilaku dan ucapan Nabi Saw tidak pernah ternodai oleh hawa nafsu dan keinginan pribadi, melainkan selalu bersumber dari wahyu dan bimbingan ilahi. Kecintaan Rasulullah Saw kepada Hasan dan Husein sejatinya bersumber dari posisi istimewa kedua cucunya itu di kalangan umat Islam. Seluruh jiwa dan kalbu Rasulullah Saw dipenuhi oleh rasa sayang dan cintanya kepada Hasan dan Husein as. Sampai-sampai beliau bersabda, "Barang siapa yang mencintai mereka, maka ia sejatinya mencintaiku. Dan barang siapa yang memusuhinya, maka ia memusuhiku".

Saat peristiwa Mubahalah terjadi, Husein bin Ali masih kecil. Pada hari itu, Rasulullah Saw mengajukan tantangan Mubahalah kepada kaum Nasrani Najran untuk membuktikan ajaran mana yang benar dan mengharap kehancuran bagi yang salah. Untuk membuktikan keseriusan beliau dalam bermubahalah dengan para pemimpin kaum nasrani Najran, Rasulullah pun membawa orang-orang yang paling dicintainya, yaitu Ahlul Bait beliau sendiri. Mereka adalah Imam Ali as, Sayidah Fatimah, dan kedua putranya, Hasan as dan Husein as.

Perlahan tanpa terasa, Husein as telah menginjak usia enam tahun. Pada usianya yang masih kanak-kanak itulah, Rasulullah Saw memenuhi panggilan ilahi dan menutup mata untuk selamanya. Rasulullah Saw meninggalkan umatnya setelah beliau berpesan untuk menjadikan Ahlul Bait sebagai rujukan utama dan selalu mencintai mereka.

Selang beberapa tahun setelah kepergian Rasulullah Saw, umat Islam akhirnya meminta Imam Ali as sebagai khalifah. Di masa itu, Husein bin Ali as selalu menjadi sahabat setia perjuangan ayahnya dalam menegakkan Islam. Bersama saudaranya, Hasan bin Ali as, Husein bin Ali as senantiasa mendampingi Imam Ali as baik di medan laga maupun di kancah politik.

Pasca syahidnya Imam Ali as, tampuk kepemimpinan umat beralih ke Imam Hasan as, kakak Husein bin Ali as. Seperti halnya di masa Imam Ali, Husein bin Ali as selalu setia mendampingi perjuangan dan kepemimpinan Imam Hasan as. Setelah Imam Hasan gugur syahid, kendali imamah berada di tangan Imam Husein as hingga akhirnya terjadilah peristiwa heroik di padang Karbala dan menempatkan dirinya sebagai pahlawan pembebasan terbesar di sepanjang masa.

Tak syak, Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Baitnya as adalah suri teladan terbaik bagi seluruh manusia. Dengan mengenal dan menerapkan model kehidupan mereka, niscaya kita akan memiliki suatu kehidupan yang luhur dan berorientasi ilahi.

Sirah dan model kehidupan Imam Husein as berpijak di atas landasan kecintaan terhadap umat. Keberadaan beliau merupakan manifestasi kecintaan kepada Sang Khaliq hingga sinaran cintanya menerangi seluruh alam semesta dan menyeru umat manusia untuk memeluk kebenaran.

Imam Husein as terkenal sebagai sosok manusia yang amat pengasih dan pemaaf. Dalam sejarah kehidupannya dicatat, suatu ketika seorang dari Syam bernama Isham datang ke kota Madinah. Setibanya di sana, ia melihat seorang pribadi yang terlihat amat berbeda dengan khalayak lainnya. Ia pun bertanya kepada orang-orang, siapakah gerangan sosok istimewa yang dilihatnya itu. Mereka menjawab, ia adalah Husein bin Ali as. Isham yang saat itu terpengaruh oleh fitnah dan propaganda Bani Umayyah segera pergi mendekati beliau dan mencercanya dengan segala hinaan dan makian. Menanggapi perilaku Isham, Imam Husein tak lantas marah begitu saja, sebaliknya beliau justru menatapnya dengan penuh keramahan dan kasih sayang. Sejenak kemudian, beliau pun membacakan ayat suci al-Quran mengenai sikap maaf dan mengabaikan kekhilafan orang lain, lalu berkata, "Wahai lelaki, aku siap melayani dan membantu apapun yang engkau perlukan". Kemudian Imam as bertanya, "Apakah engkau berasal dari Syam?" Lelaki itupun menjawabnya, "Iya".

Imam lantas berkata, "Aku tahu mengapa engkau bersikap demikian. Tapi kini engkau sekarang berada di kota kami dan terasing di sini. Jika engkau memerlukan sesuatu, aku siap membantu dan menyambutmu di rumahku".

Melihat sikap Imam Husein yang di luar dugaan dan begitu ramah itu, Isham pun menjadi takjub dan terkesima. Hingga ia pun berkata, "Di saat itu, aku berharap bumi terbelah dan aku tergelincir di dalamnya daripada bersikap begitu keras kepala dan ceroboh semacam itu. Bayangkah saja, hingga saat itu aku masih menyimpan kebencian yang sangat mendalam terhadap Husein dan ayahnya. Namun sikap penuh welas asih Husein bin Ali as membuat diriku malu dan menyesal. Dan kini tak ada siapapun yang lebih aku cintai kecuali dia dan ayahnya".

Dalam rangkaian wejangannya, Imam Husien as berkata, "Wahai umat manusia, hiduplah kalian dengan nilai-nilai moral yang luhur dan berlomba-lombalah kalian untuk memperoleh bekal kebahagiaan. Jika kalian berbuat baik kepada seseorang, namun ia tak membalas kebaikanmu, janganlah khawatir. Sebab Allah Swt akan memberimu ganjaran yang terbaik. Ketahuilah, kebutuhan masyarakat kepada kalian merupakan nikmat ilahi. Maka, jangan kalian lewatkan kenikmatan itu supaya kalian bisa terhindar dari azab ilahi."

Imam Husein as juga pernah berkata, "Barang siapa yang terjebak dalam kesulitan dan ia tak tahu mesti berbuat apa lagi, maka kasih sayang dan bersikap lemah lembut dengan masyarakat merupakan kunci untuk menyelesaikan persoalannya".

Imam pernah pula menuturkan, "Insan yang paling pemaaf adalah seseorang yang memaafkan saat ia berada di puncak kekuasaannya". (IRIB Indonesia)

Senin, 20 Oktober 2014

Qasim bin Hasan (Ksatria Remaja Islam)


 
Di antara ksatria-ksatria perang Imam Husain yang tetap dikenang namanya disepanjang sejarah adalah putra dari Imam Hasan, yakni Qasim bin Hasan. Menurut banyak riwayat usia Qasim bin Hasan ketika tragedi Karbala terjadi, belum genap dewasa. Sebagian besar riwayat menyatakan bahwa Qasim bin Hasan berusia tiga belas Tahun.

Qasim bin Hasan yang gagah perkasa adalah cinderamata Islam dari ayah beliau, Imam Hasan. Dia turut serta ke Padang Karbala bersama pamannya, Imam Husain. Pada hari Asyura, yakni Hari kesepuluh, Muharram 61 H, Qasim melihat para pemuda Bani Hasyim yang masih hidup membawa sisa-sisa tubuh Ali Akbar dari medan perang ke perkemahan Imam Husain dan menjaganya ke dekat tenda-tenda mereka. Saat itulah Qasim bin Hasan kehilangan nafsunya akan kehidupan duniawi. Dia pun melihat dengan jelas bahwa tragedi yang menimpa Ali Akbar telah mengubah raut wajah Imam Husain. Qasim bin Hasan pun tak sanggup lagi untuk berdiam diri.

Qasim bin Hasan sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW dan Imam Ali bin Abi Thalib, mewarisi segala keberanian, kecerdasan, pemahaman, pemikiran dan kemampuan dari Rasulullah SAW dan Imam Ali. Dia memutuskan untuk tidak lagi peduli dengan kehidupan dunia dan memohon izin kepada pamannya ke medan perang memerangi musuh-musuh laknat.

Imam Husain sangat menyayangi Qasim bin Hasan, keponakan beliau yang telah yatim saat Imam Hasan syahid. Karenanya, Imam Husain tak ingin melepaskan keponakan tersayangnya untuk maju ke medan laga melawan ribuan pasukan musuh yang sadis dan keji. Namun karena Qasim bin Hasan sangat teguh pendiriannya untuk berperang melawan pasukan zalim dan rela syahid di medan perang, Imam Husain pun mengizinkannya.

Menyadari detik-detik perpisahannya dengan putra kakaknya, Imam Husain memeluk kasih seakan enggan untuk berpisah. Mereka berdua menangis dan seolah tak sanggup menanggung beban perpisahan  dan merelakannya menjadi korban manusia-manusia laknat pendukung Yazid.

Orang-orang pendukung Yazid adalah para pemuja berhala harta dan nafsu duniawi. Mereka memilih mengkhianati keluarga Rasulullah SAW untuk menjilat kerajaan yazid bin Muawiyah. Mereka lebih memilih tanpa moral, daripada mati terhormat menyongsong agama Muhammad SAW.

Tanpa akhlak, apa beda manusia dengan binatang. Satu-satunya pilihan pada saat itu
Adalah terus memerangi manusia-manusia biadab, pengkhianat Nabi Muhammad SAW, pengkhianat Islam, sampai titik darah penghabisan. Inilah pilihan dan tradisi Rasulullah SAW.

Setelah mendapat izin dari pamannya untuk maju ke medan perang, Qasim segera melesat menerjang lawan sambil memacu kudanya, dia bersyair, “Mungkin kalian tak mengenalku. Akulah putra Hasan cucu Rasulullah SAW. Pamanku Husain dikepung bak tawanan. Semoga beliau tak memberikan karunianya kepada kalian semua.”

Pasukan Yazid sempat porak-poranda dihalaunya. Banyak musuh yang terbunuh akibat tebasan pedang Qasim bin Hasan. Hamid bin muslim, yang ditunjuk Yazid sebagai pencatat peristiwa-peristiwa peperangan Karbala berkata, “Aku melihat seorang anak remaja yang wajahnya bersinar seperti bulan purnama. Dia mengenakan pakaian dan celana serta sandal yang salah satu talinya terputus. Anak muda itu berlari ke arahku. Jika aku tak salah tali sandal sebelah kirinyalah yang putus. Sa’d Asdi berkata kepadaku, “Biar aku serang dia. Aku berkata, “Kemenangan atas Tuhan. Apa yang engkau inginkan dengan melakukan itu? Tinggalkan dia. Satu saja keluarga Husain mati, itu sudah cukup untuk dijadikan alasan balas dendam kepadamu atas kematiannya”. Tapi dia memaksa, “Demi Tuhan, biarkan aku menyerangnya”. Maka dia menyerang anak muda itu dan tak kembali hingga menghantam kepala anak muda itu dengan pedangnya dan membelahnya menjadi dua. Sebelum terjatuh dari kudanya, anak itu berseru, “oh pamanku”.

Melihat tragedi meremukkan hati itu, Imam Husain secepat kilat menyambar bak elang, menyerang bak singa garang dan menyabet Umar bin Sa’d dengan pedang beliau. Umar bin Sa’d mencoba untuk menangkis sambaran pedang Imam Husain dengan tangannya, tapi tangan Umar bin Sa’d malah tertebas oleh pedang imam Husain. Lalu Imam Husain, sang singa yang marah, membawa jasad-jasad Qasim keperkemahan dan membaringkannya disamping jenasah Ali Akbar dan para syuhadah lainnya.

Kesetiaan dan pengorbanan Qasim untuk agama Allah telah membuka lembaran baru sejarah Islam. Keturunan Rasulullah SAW adalah para pemuda-pemuda peletak batu pertama bangunan heroisme dan pembelaan umat Islam.

Minggu, 19 Oktober 2014

ALI AKBAR (Pemuda Brilian Yang Gagah Perkasa)


Di antara para pemuda keturunan Rasulullah SAW yang brilian adalah Ali bin Husain yang biasa disebut Ali Akbar, putra Imam Husain yang kedua. Pada peristiwa tragedi Karbala, Ali Akbar masih sangat muda. Wajahnya bercahaya. Caranya berbicara amat mempesona. Perilakunya luhur persis seperti ayah dan kakeknya.

Pada Hari Asyura, Ali Akbar baru berusia delapan belas tahun. Ibunya seorang wanita terhormat bernama Laila. Laila adalah wanita keturunan Urwah bin Mas’ud Tsaqafi, salah seorang pendekar dari empat pendekar bangsa Arab yang paling berani pada masa pra-Islam. Imam Husain memberi nama Ali, nama ayah beliau, kepada semua putra beliau. Karena nama ketiga putra Imam Husain adalah Ali, maka masing-masingnya dipanggil dengan sebutan yang berbeda, seperti Ali Zainal Abidin (Ali yang pertama dan paling tua), Ali Akbar (Ali yang kedua), Ali Ashgar (Ali yang bungsu dan paling muda).

Kecerdasan, keberanian, kepribadian serta cirri-ciri fisik Ali Akbar sangan mirip dengan Imam Ali. Sedangkan cara Ali Akbar berjalan dan berbicara sangat mirip dengan kakek buyutnya, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Menurut beberapa sumber, Ali Akbar adalah pemuda pertama Bani Hasyim yang maju menyerang pasukan Yazid. Dia menyerang dengan semangat jihad hingga syahid karena membela ayahnya, Imam Husain.

Sebelum maju ke medan laga, Ali Akbar terlebih dahulu meminta izin kepada Imam Husain. Mendengar permintaan izin Ali Akbar, Imam Husain memandang sejenak kearah 30.000 pasukan Yazid dan kemudian kembali menatap pilu Ali Akbar, meyakinkan dirinya bahwa putranya harus berperang melawan ribuan pasukan itu seorang diri. Akhirnya Imam Husain  mengizinkan Ali Akbar untuk maju ke medan laga seorang diri.

Sebelum melepas putranya meraih syahadah, Imam Husain berkata “Putraku, Ali Akbar, ucapkan salam perpisahan kepada bibimu, ibumu dan saudara-saudara perempuanmu, kemudian pergilah dia menuju medan laga.”

Ali Akbar pun masuk ke tenda menemui para wanita Ahlul Bait. Ada kesedihan di sana. Ada ratap pilu di sana. Ada salam perpisahan di sana. Para wanita memeluknya erat-erat. Seorang wanita putri Rasulullah berkata terisak-isak, “Aduhai kenangan Rasulullah SAW, kasihanilah keterasingan dan kehormatan kami. Kami tak akan mampu hidup tanpamu.”

Meski sedih merajam sukma dan haru mendendang irama kalbu, Ali Akbar tetap menjunjung kehormatan dirinya sebagai lelaki yang menyaksikan ayahnya dikepung ribuan serigala berwajah manusia. Dihadapannya, pasukan musuh yang beringas siap untuk membunuh ayahnya, cucu kesayangan Rasulullah SAW. Bagaimana mungkin Ali Akbar muda yang kuat tega membiarkan ayahnya tersiksa. Ali Akbar tidak bisa membiarkan kehormatan Rasulullah SAW diinjak-injak. Setelah mengucapkan salam, Ali Akbar berangkat menyerang pasukan musuh.

Hingga beberapa depa, Imam Husain mengantar kepergian Ali Akbar melawan musuh. Lalu Imam Husain menengadah ke langit dan berdoa, “Ya Tuhanku, Jadilah saksi bahwa cara berjalan dan berbicara, wajah dan kepribadian orang yang maju ke medan perang saat ini menyerupai nabi-Mu. Jadi kami, Ahlul Bait, rindu untuk melihat Rasulullah SAW, kami selalu memandang Ali Akbar dan terobatilah kerinduan kami. Ya Tuhanku, hilangkanlah karunia duniawi atas para tentara itu dan jadikanlah mereka ling-lung dan mendapat bencana, sehingga mereka tidak dapat menguasai kami. Mereka telah mengundang kami untuk datang kemari, namun mereka juga memusuhi kami dan siap untuk membantai dan membunuh kami.”

Kemudian Imam Husain yang teraniaya di Karbala menyebut nama putra sa’d dan berkata, “Semoga Allah memangkas keturunanmu dan semoga kamu tak pernah mendapat apa yang kamu inginkan. Semoga Allah memberi kekuatan kepada penguasa zalim yang menguasaimu ketika dia memenggal kepalamu saat kamu sedang tidur pulas. Karena kesyahidan pemuda elok ini, kamu telah memangkas keturunanku yang seharusnya lahir dari garis keturunannya beberapa orang anak. Betapa kamu sama sekali tak memandang hubunganku dengan kakekku (Rasulullah SAW).”

Ali Akbar menjelang laga. Di medan perang dia bersyair dengan semangat jihad berapi-api, “Akulah Ali putra Husain yang kakeknya adalah Rasulullah SAW. Demi Allah, kami adalah yang berhak dan layak menjadi wakil pemimpin Allah. Demi Tuhan, keturunan-keturunan yang hina tak akan bisa menguasai kami. Aku akan berperang dengan kalian hingga tetes darah penghabisan. Sekalipun sebilah pedang ini patah, aku tetap akan berperang dengan tonggat hingga tonggat ini pun patah, hingga kalian tahu kekuatan pemuda Bani Hasyim!.”

Segera setelah itu, Ali Akbar menerjang barisan musuh. Para kurcaci kekuasaan illegal itu porak-poranda. Satu-persatu tubuh-tubuh yang telah kehilangan kehormatan itu tersungkur dari punggung kudanya. Tak ada yang dapat mengelak dari tetakan pedang putra Husain itu.

Kemudian Ali Akbar kembali ketempatnya semula sejenak dan kembali menghunuskan pedangnya. Setiap peleton pasukan musuh yang dihalaunya kacau balau. Mereka tak menyangka akan menerima serangan pemuda yang lihai menarikan pedang itu.

Setiap musuh yang diterjangnya, pasti tak akan selamat. Tersungkur dan mampus. Seratus Dua Puluh nyawa penjahat dilayangkan olehnya. Serigala-serigala berwujud manusia itu lari tunggang langgang tak tentu arah, berteriak-teriak meminta pertolongan seperti serombongan serigala yang berhamburan dihalau singa padang pasir.

Tercermin lagi pribadi Ali bin Abi Thalib di laga Badar, Uhud dan Khandaq. Terlihat lagi kegigihan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ketika menjebol benteng Kahibar.

Keringatnya bercucuran. Nafasnya tersengal-sengal. Terik matahari Karbala membuatnya tak kuasa menahan dahaga. Ali Akbar kembali ke tenda Imam Husain dan berkata, “Ayah, dahaga mencekik leherku. Jika setetes air membasahi rongga leherku, niscaya aku akan memenangkan pertempuran ini.”

Mendengar putranya berseru, mata Imam Husain sembab. Seperti Ali Akbar, beliau telah berhari-hari tak mendapatkan seteguk air pun di sahara gersang  Karbala. Imam Husain memeluk putranya itu dan memasukkan lidah beliau ke mulut Ali Akbar. Ali Akbar dapat menghisap kelembaban suwarga. Ali Akbar berkata, “Ayah, Lidahmu lebih kering dari lidahku!.”

Ali Akbar kini kembali ke medan perang dalam kehausan yang mematikan. Pasukan musuh kali ini serentak mengepungnya dan menyerangnya dari segala penjuruh. Serangan bertubi-tubi menghujam dan menyambar tubuh Ali Akbar. Tebasan pedang-pedang laknat menorehkan luka di sekujur tubuhnya.

Ketika anak panah menancap tepat di dada dan perutnya, saat itu pula Ali Akbar membentur bumi. Berguling-guling bermandikan pasir panas Karbala. Ali Akbar syahid di medan juang.

Menurut salah satu riwayat, Imam Husain mendekati Ali Akbar yang syahid tercincang-cincang. Imam Husain meletakkan kepala jasad Ali Akbar di pangkuannya dan menyuarakan pujian, “Putraku, Engkau telah terpisah dengan dunia. Engaku telah terbebas dari duka dan kesedihan dunia, kini ayahmu seorang diri menanti kesyahidan. Wahai para pemuda, bawalah jenazah saudaramu ke perkemahan.”

Gelar Imam Ali bin Abi Thalib



Imam Ali bin Abi Thalib as. memiliki banyak gelar. Semua itu merefleksikan ketinggian karakteristiknya. Di antara gelar-gelar itu adalah berikut ini:

1. Ash-Shiddîq (Orang yang Jujur)

Imam Ali bin Abi Thalib as. memiliki delar Ash-Shiddîq (orang yang jujur), karenanya adalah orang pertama yang membenarkan Rasulullah saw. dan yang beriman kepada seluruh ajaran yang dibawanya dari sisi Allah swt.
Imam Ali as. pernah berkata: "Aku adalah Ash-Shiddîq Al-Akbar (orang jujur yang teragung). Aku telah beriman sebelum Abu Bakar beriman dan aku masuk Islam sebelum ia masuk Islam."

2. Al-Washî (Penerima Wasiat)

Imam Ali as. juga memiliki gelar Al-Washî (penerima wasiat), karenanya adalah washî Rasulullah saw. Gelar ini diberikan langsung oleh Rasulullah saw. kepadanya. Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya washî-ku, tempat rahasiaku, orang yang terbaik dan terutama yang kutinggalkan setelahku, pelaksana janjiku, dan yang melunasi utang-utangku adalah Ali bin Abi Thalib as."

3. Al-Fârûq (Pembeda Hak dan Batil)

Imam Ali as. diberi gelar Al-Faruq, karena beliaulah pembeda antara yang hak dan yang batil. Gelar ini disimpulkan dari beberapa hadis Rasulullah saw. yang menekankan masalah ini.
 
Abu Dzar dan Salman Al-Farisi meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw. menggandeng tangan Ali seraya bersabda: "Sesunguhnya orang ini-yaitu Ali bin Abi Thalib-adalah orang pertama yang beriman kepadaku. Ia adalah orang pertama yang akan bersalaman denganku di Hari Kiamat nanti. Ia adalah Ash-Shiddîq Al-Akbar, dan ia adalah Al-Faruq umat ini yang membedakan antara yang hak dan yang batil."

4. Ya'sûbuddin (Tonggak Agama)

Secara etimologis, Al-ya'sûb berarti pemimpin lebah. Kemudian nama ini diberikan kepada seseorang yang menjadi pemimpin sebuah kaum. Ya'sûb adalah sebuah gelar yang diberikan oleh Rasulullah saw. kepada Imam Ali bin Abi Thalib as. Rasulullah saw. pernah bersabda: "Orang ini-sembari menunjuk Ali bin Abi Thalib-adalah tonggak dan pemimpin (ya'sûb) orang-orang yang beriman, sedang harta adalah tonggak dan pemimpin orang-orang yang zalim."

5. Amirul Mukminin (Pemimpin Orang-Orang Beriman)

Salah satu gelar Ali bin Abi Thalib as. yang terkenal adalah Amirul Mukminin. Gelar ini diberikan oleh Rasulullah saw. kepadanya.
 
Abu Nu'aim meriwayatkan sebuah hadis dari Anas bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Hai Anas, tuangkanlah air wudu untukku." Setelah berwudu, Rasulullah saw. mengerjakan salat dua rakaat. Setelah usai salat, ia bersabda: "Hai Anas, orang yang pertama kali masuk menjumpaimu melalui pintu ini adalah Amirul Mukminin, Sayidul Muslimin, pemimpin orang-orang yang putih bercahaya, dan penutup para washî."
 
Anas berkata: "Aku memanjatkan doa, 'Ya Allah, pilihlah ia dari salah seorang kaum Anshar.' Aku menyembunyikan keinginanku itu. Tidak lama berselang, datanglah Ali bin Abi Thalib as. Rasulullah saw. bertanya, 'Siapakah orang itu, hai Anas?' 'Ali bin Abi Thalib, ya Rasulullah', jawabku pendek. Mendengar jawAbânku itu, Rasulullah saw. segera bangkit untuk menyambut dan memeluk Ali bin Abi Thalib. Lantasnya mengusap seluruh keringat yang mengalir di wajahnya dan juga mengusap seluruh keringat yang mengucur di wajah Ali bin Abi Thalib. Ali as. bertanya (terheran-heran), 'Hai Rasulullah, kali ini aku melihat Anda melakukan suatu perbuatan terhadapku yang belum pernah kulihat sebelumnya?' Rasulullah saw. Menjawab, 'Apakah yang menghalangiku untuk melakukan itu? Engkau adalah orang yang akan memenuhi seluruh amanatku, menyampaikan seruanku kepada masyarakat, dan menjelaskan segala pertikaian yang mereka lakukan sepeninggalku.'"

Sabtu, 18 Oktober 2014

Nasihat-nasihat Imam Husein a.s



Nasihat-nasihat atau ucapan-ucapan suci pilihan yang pernah diucapkan oleh Imam Husein a.s. adalah penunjuk jalan demi terciptanya sebuah kehidupan yang tentram.

1.Nasihat Imam Husein a.s. kepada para ulama
 
“Wahai golongan yang dikenal dengan ilmunya, disebut-sebut karena kebaikannya, dikenal pandai menasihati, dan disegani oleh manusia karena mereka dikenal dekat dengan Allah. Kalian diperhitungkan oleh orang mulia, dihormati oleh orang lemah dan orang yang tidak pernah kalian kenal akan lebih mengutamakan kalian dari pada dirinya sendiri. Kalian dijadikan perantara untuk sebuah hajat ketika yang memintanya tidak dapat memperolehnya sendiri dan berjalan di atas bumi bak raja dan orang-orang penting. Hak orang-orang lemah telah kalian injak-injak. Dan adapun hak kalian –yang menurut kalian berhak atasnya– kalian (memaksa untuk mendapatkannya). (Di samping itu) kalian juga masih meminta surga-Nya, berdampingan dengan Rasul-Nya dan aman dari siksa-Nya”.

2.Kesehatan badan dan tazkiah jiwa
 
“Kuwasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah. Selama usia masih dikandung badan jagalah kesehatan kalian. Janganlah menjadi orang yang mengkhawatirkan dosa-dosa hamba-hamba Allah yang lain dan merasa aman dari siksa dosanya sediri”.

3.Macam-macam jihad
 
“Jihad itu ada empat macam: dua dari empat macam tersebut adalah wajib, satu jihad adalah sunnah yang tidak dijalankan kecuali bersamaan dengan jihad yang wajib dan selebihnya adalah sunnah.
  • Adapun jihad yang wajib adalah (1) jihad seseorang untuk tidak bermaksiat kepada Allah, –dan ini adalah jihad yang paling agung–, dan (2) jihad melawan orang-orang kafir.
  • Adapun jihad yang sunnah dan tidak dijalankan kecuali bersamaan dengan jihad yang wajib adalah jihad melawan musuh. Jihad melawan musuh adalah wajib bagi seluruh umat. Jika mereka meninggalkannya, akan datang azab menimpa mereka. Dan azab ini adalah azab atas nama mereka. Jenis jihad ini adalah sunnah bagi imam (pemimpin), dan jika ia hendak melaksanakannya, ia harus melaksanakannya bersama umat.
  • Adapun jihad yang sunnah adalah semua sunnah yang dilakukan oleh seseorang dan ia sangat konsisten dalam melakukan dan menghidupkannya. Usahanya dalam mengerjakan sunnah tersebut adalah amalan terbaik, karena hal itu adalah satu usaha untuk menghidupkan sunnah. Rasulullah SAWW bersabda: “Barang siapa yang meninggalkan sunnah hasanah (sebagai warisan darinya), maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya hingga hari kiamat tanpa dikurangi sedikit pun”.
4. Ibadah para pedagang, hamba dan orang merdeka
“Sebagian orang menyembah Allah karena ingin mendapatkan sesuatu. Ibadah ini adalah ibadah para pedagang. Sebagian yang lain menyembah Allah karena takut. Ibadah ini adalah ibadah para hamba sahaya. Dan sebagian kaum menyembah Allah karena hanya ingin bersyukur (kepada-Nya). Ibadah ini adalah ibadah orang-orang yang merdeka. Dan ini adalah ibadah yang paling utama”.

5.Tidak berbuat lalim
“Janganlah engkau berbuat lalim kepada orang yang penolongnya adalah Allah azza wa jalla semata”.

6.Kepada siapakah kita harus meminta?
“Janganlah engkau meminta hajatmu kecuali kepada salah satu dari tiga orang ini: orang yang beragama, orang yang memiliki harga diri dan orang yang berasal dari keturunan baik”.

7.Orang yang kikir
“Orang yang kikir adalah orang yang tidak mau mengucapkan salam”.

8.Akibat mengikuti orang yang berdosa
“Barang siapa yang bersahabat dengan seseorang atas dorongan ingin bermaksiat kepada Allah, maka ia tidak akan mendapatkan apa yang diharapkannya dan ditimpa apa yang ditakutinya”.

9.Menghormati anak-cucu Fathimah Az-Zahra` a.s.
“Demi Allah, aku tidak akan pernah mau hidup hina selamanya. Fathimah Az-Zahra` akan bertemu dengan ayahnya (pada hari kiamat) seraya mengadukan apa yang diperbuat oleh umatnya terhadap anak-cucunya. Dan tidak akan masuk surga orang yang mengganggunya dengan cara mengganggu anak-cucunya”.

10.Melawan orang-orang zalim
“Wahai manusia, sesungguhnya Rasulullah SAWW pernah bersabda: “Barang siapa yang melihat seorang raja (baca : penguasa) yang lalim, menghalalkan segala yang diharamkan oleh Allah, mengingkari janjinya kepada-Nya, menentang sunnah Rasul-Nya dan melakukan dosa dan kezaliman di dunia kemudian enggan merubahnya, maka Ia akan memasukkannya ke dalam golongannya”.

11.Ridha Allah adalah sumber kebahagiaan

“Tidak akan bahagia sebuah kaum yang berani membeli kerelaan makhluk dengan kemurkaan Allah”.

12.Pengikut terbaik
“Sungguh aku tidak mengenal pengikut yang lebih baik dari para pengikutku dan tidak pernah menemukan keluarga yang lebih setia dari keluargaku. Semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan”.

13.Ucapan pemusnah duka
“Sesungguhnya seluruh bumi akan mati dan penduduk langit tidak akan kekal serta segala sesuatu akan musnah kecuali Dzat-Nya yang telah menciptakan bumi dengan kekuatan-Nya dan membangkitkan semua makhluk kelak. Mereka akan bangkit kembali sedangkan Ia tetap tunggal”.

14.Kesabaran adalah jembatan kemenangan
Imam Husein a.s. menghibur para sahabatnya pada hari Asyura` seraya berkata: “Bersabarlah wahai orang-orang mulia, kematian hanyalah sebuah jembatan yang akan mengantarkan kalian menyeberangi dunia kesengsaraan menuju surga-surga yang luas dan nikmat yang abadi”.

15.Apakah dunia itu?
“Wahai hamba-hamba Allah, berhati-hatilah terhadap dunia, karena jika dunia harus kekal dimiliki oleh seseorang, maka para nabilah yang lebih berhak untuk hidup kekal dan lebih utama (untuk menyerahkan sepenuhnya apa yang mereka miliki untuk kehidupan dunia). Hanya saja Allah telah menciptakannya untuk dimusnahkan. Segala yang baru darinya akan sirna, nikmatnya akan musnah, kesenangannya akan berubah menjadi kesusahan, dan ia adalah sebuah rumah sementara. Oleh karena itu, berbekallah. Dan bekal yang terbaik adalah takwa. Dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung”.

16.Ketegaran yang menawan
“Tidak, demi Allah. Aku tidak akan menyerah kepada mereka seperti orang yang hina dan tidak akan lari dari medan perang seperti seorang hamba (yang lari dari majikannya)”.

17.Tidak kenal hina
“Ingatlah bahwa Yazid telah mengancam dengan dua hal: pedang dan kehinaan. Kami tidak mungkin memilih kehinaan. Allah, Rasul-Nya dan mukminin tidak menghendaki hal itu untuk kami. Jiwa-jiwa yang suci tidak mengizinkan kami mengorbankan manisnya terbunuh bersama orang-orang mulia demi menaati orang-orang yang tidak tahu diri”.

18.   Kemurkaan Allah terhadap bangsa Yahudi, Majusi dan musuh Ahlul Bayt a.s.
“Allah sangat murka kepada bangsa Yahudi karena mereka menjadikan anak untuk-Nya, Ia sangat murka kepada pengikut agama Nasrani karena mereka menjadikan-Nya tuhan ketiga dari tiga tuhan, Ia sangat marah kepada penganut agama Majusi karena mereka menyembah matahari dan bulan di samping menyembah-Nya, dan Ia sangat marah kepada sebuah kaum yang sepakat untuk membunuh cucu nabi mereka”.

19.Agama tidak? Jadilah orang yang merdeka!
“Wahai pengikut Abu Sufyan, jika kalian tidak memiliki agama dan tidak takut hari kebangkitan, maka jadilah orang yang merdeka di duniamu, dan kembalilah untuk menengok keturunan kalian jika kalian memang keturunan Arab sebagaimana kalian yakini”.

20.Lebih dahulu berdamai
“Jika di antara dua orang terjadi percekcokan dan salah satu dari mereka berdua lebih dahulu minta untuk berdamai, maka ia akan masuk surga”.

21.Pahala mengucapkan salam
“Mengucapkan salam memiliki tujuh puluh kebaikan; enam puluh sembilan dari kebaikan itu akan diberikan kepada orang yang terlebih dahulu mengucapkan salam dan satu darinya akan diberikan kepada yang menjawabnya”.

22.Ridha Allah
“Barang siapa yang mengorbankan kemurkaan manusia demi ridha Allah, maka Ia akan mencukupkannya darinya, dan barang siapa yang mengorbankan kemurkaan Allah demi ridha manusia, maka Ia akan menyerahkan segala urusannya kepada manusia itu”.

23.Sebuah mimpi
“Ketahuilah bahwa dunia ini, manis dan pahitnya adalah sebuah mimpi, dan kesadaran sejati akan terjadi di akhirat kelak”.

24.Hindarilah!
“Janganlah kalian ucapkan sebuah ucapan yang dapat mengurangi harag diri dan nilaimu”.

25.Hidup kekal dengan sebuah kematian
“Mati dalam menempuh kemuliaan tidak lain adalah sebuah kehidupan abadi, dan hidup terhina tidak lain adalah sebuah kematian yang tidak berarti”.

Jumat, 17 Oktober 2014

Zainab binti Jahsy: Muslimah Patriotik, Berjiwa Besar dan Dermawan



DIA ADALAH Zainab binti Jahsy bin Riab bin Ya’mar Al-Asadiyah, dari Bani Asad bin Khuzaimah Al-Mudhari. Ibunya bernama Umayyah binti Abdul Muthalib bin Hasyim, dan paman-pamannya adalah Hamzah dan Al-Abbas, keduanya adalah anak Abdul Muthalib.

Zainab termasuk wanita yang taat dalam beragama, wara’, dermawan, dan baik. Selain itu, dia juga dikenal mulia dan cantik, serta termasuk wanita terpandang di Makkah. Nama aslinya adalah Barrah, namun Nabi Muhammad SAW menyebutnya Zainab. Dinyatakan dalam hadits Al-Bukhari dan Muslim, dari Zainab binti Abu Salamah, dia berkata, “Namaku adalah Barrah, akan tetapi Rasulullah kemudian memberiku nama Zainab.” (HR. Muslim dalam Al-Adab, 14/140).

Zainab memeluk Islam di Makkah dan sempat mengalami siksaan dari orang-orang kafir Quraisy. Namun dia tetap bersabar dan mengharapkan ridha Allah, hingga akhirnya dia ikut berhijrah ke Habasyah (Ethiopia). Bersama kaum muslimin lainnya, Zainab kembali ke Makkah, hingga akhirnya Allah mengizinkannya untuk berhijrah ke Madinah Al-Munawwarah. Zainab termasuk wanita yang pertama kali berhijrah dan memiliki sikap patriot yang diabadikan dalam buku-buku sejarah.

…Zainab memiliki sikap patriot yang diabadikan dalam buku-buku sejarah…
Ketaatannya kepada Allah

Zaid adalah salah seorang hamba sahaya milik Khadijah binti Khuwailid. Ketika Rasulullah menikahi Khadijah, dia memberikan Zaid binti Haritsah kepada beliau. Dan itu terjadi sebelum masa kenabian Muhammad. Zaid kemudian tinggal di rumah Nabi Muhammad. Kemudian keluarga Zaid mencarinya ke Makkah, dan ingin menebusnya. Mereka datang kepada Nabi untuk memintanya dari beliau. Kemudian beliau memberi pilihan kepadanya antara tetap tinggal bersama beliau atau ikut keluarganya. Zaid lebih memilih untuk bersama Nabi daripada harus bersama keluarganya.

Rasulullah lantas keluar ke tempat Hajar Aswad, dan bersabda, “Wahai hadiri sekalian, saksikanlah bahwa Zaid adalah anakku, dia mewarisiku dan aku mewarisinya.” Beliau memanggilnya dengan Zaid bin Muhammad, hingga turunlah firman Allah:
“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu” (Al-Ahzab 5).

Nabi Muhammad sangat menyayangi Zaid. Ketika Zaid telah memasuki usia menikah, beliau memilihkan Umamah (Zainab), anak perempuan dari bibinya. Namun Zainab dan saudaranya, Abdullah, tidak menyetujui pernikahan itu. Zainab berkata kepada Rasulullah, “Aku tidak rela akan diriku, sedangkan aku adalah gadis Quraisy.” Namun Nabi menghendaki agar Zainab dan Abdullah mau menerima pernikahan itu.
…Ketaatan, keridhaan, dan keikhlasan Zainab merefleksikan kekuatan iman dan relasinya yang baik dengan Allah…
Nabi berkata kepada Zainab, “Nikahilah dia, sesungguhnya aku telah meridhainya untukmu.” Sebelum Zainab ragu tentang pernikahan ini, Allah menurunkan firman-Nya:

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (Al-Ahzab 36).

Setelah ayat tersebut diturunkan, Zainab dan saudaranya berkata, “Kami menyetujui, wahai Rasulullah.” Zainab berkata, “Aku telah menyetujui untuk dinikahkan, wahai Rasulullah.” Beliau kemudian bersabda, “Aku Telah merestuimu.” Zainab kembali berkata, “Jadi, aku tidak berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, karena engkau telah menikahkannya denganku.”

Dengan sikapnya ini, Zainab telah memberikan contoh yang terbaik bagi kita dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Demikian, seharusnya sikap yang wajib dilakukan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Menolak ketetapan dan hukum yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya merupakan perilaku yang buruk, keras hati, serta tidak sesuai dengan sikap yang diajarkan Islam. Ketaatan, keridhaan, dan keikhlasan Zainab merefleksikan kekuatan iman dan relasinya yang baik dengan Allah.

…Zainab telah memberikan teladan terbaik dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Demikian, seharusnya sikap yang wajib dilakukan terhadap Allah dan Rasul-Nya...
Menjaga Lisan dari Kesalahan

Setelah berpisah dengan Zaid, Zainab kemudian dinikahi oleh Rasulullah. Dengan demikian, dia menempati kedudukan mulia, karena menjadi bagian dari Ummahatul Mukminin. Bahkan, Aisyah pernah berkata, “Tidak ada seorang pun dari istri-istri Nabi yang kedudukannya menyamaiku di sisi beliau selain Zainab.”

Sekalipun tampak ada persaingan antara Zainab dan Aisyah dalam mendapatkan kasih sayang Rasulullah, namun Zainab tetap membela Aisyah pada peristiwa tuduhan kebohongan (haditsul-ifki). Aisyah berkata, “Tidak ada seorang pun dari istri-istri Nabi yang kedudukannya menyamaiku di sisi beliau selain Zainab. Zainab telah dilindungi Allah dalam agama, sehingga dia tidak mengatakan kecuali yang baik.

Dalam suatu riwayat dari Aisyah, dia berkata, “Rasulullah bertanya kepada Zainab binti Jahsy tentang masalahku, dan beliau berkata kepada Zainab, “Apa yang engkau ketahui atau bagaimana pendapatmu?” Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, aku melindungi pendengaranku dan penglihatanku. Demi Allah, aku tidak mengetahui kecuali yang baik.” Aisyah berkata, “Dialah yang menyamaiku dari istri-istri Nabi, maka Allah melindunginya dengan sikap wara’.”

Memang Allah telah melindunginya dan menjaga lisannya dari berkomentar buruk tentang Aisyah. Sikap ini merupakan sikap patriotik yang sungguh luar biasa. Kendati antara Aisyah dan Zainab seakan-akan terselip persaingan dalam mendapatkan kasih sayang Rasulullah, namun Zainab dengan besar hati membela madunya. Dia tidak menggunakan kesempatan itu untuk berkomentar tentang kehormatan Aisyah, dan tidak pula ada keinginan untuk menjelek-jelekkannya. Hendaknya muslimah belajar darinya bagaimana seharusnya menjalin hubungan dengan sesamanya.

…Zainab tidak memiliki kedengkian. Hendaknya muslimah belajar darinya bagaimana seharusnya menjalin hubungan dengan sesamanya..

Zainab tidak memiliki kedengkian kepada Aisyah. Islam telah mengajarkan kepada kita untuk toleran. Dengan kata lain, hubungan dengan sesama harus dibangun di atas dasar cinta, hormat, kasih sayang, dan keikhlasan. Dengan demikian, kehidupan akan berjalan sesuai dengan yang diridhai Allah dan Rasulullah.
Berinfak di Jalan Allah

Setelah Rasulullah wafat, Zainab konsisten untuk tetap tinggal di rumahnya untuk beribadah kepada Allah. Dia mengalami masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Khalifah Umar bin Al-Khatthab., Umar kerap memberikan tunjangan hidup kepada setiap istri Rasulullah sebanyak dua belas ribu Dirham.

Ketika Ummul Mukminin Zainab menerima tunjangan itu dari Umar, dia tidak menyisakan satu Dirham pun untuk dirinya. Dia menginfakkannya secara keseluruhan kepada kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Suatu ketika Umar bin Al-Khatthab mengirimkan kepadanya harta dalam jumlah banyak. Zainab lalu berkata, “Semoga Allah mengampuni Umar. Ummahatul Mukminin selain aku, lebih dermawan dalam membagi-bagikan harta ini.” Dikatakan kepadanya, “Semua harta ini untukmu.”

Zainab kemudian berkata, “Mahasuci Allah Yang Mahaagung.” Dia lalu menutupi harta itu dengan sebuah kain. Dia berkata, “Bungkuslah dengan kain.” Dia lalu menyuruh Barzah binti Rafi’, sembari berkata, “Wahai Barzah, masukkan tanganmu, lalu ambillah segenggam darinya dan bawalah kepada Fulan, kemudian kepada Bani Fulan.”

Zainab kemudian menyebutkan orang-orang dari kerabatnya, anak-anak yatim yang dikenalnya, dan orang-orang miskin. Barzah binti Rafi’ berkata, “Semoga Allah mengampuni dosamu, wahai Ummul Mukminin. Demi Allah sesungguhnya kita memiliki hak dalam dirham-dirham itu.” Zainab berkata, “Apa yang ada di bawah kain itu adalah milik kalian.”

Barzah berkata, “Kami lalu menghitung harta itu dan kami mendapatkannya sejumlah 1285 Dirham.” Zainab kemudian mengangkat tangannya ke langit dan berkata, “Ya Allah, semoga aku tidak lagi mendapatkan pemberian Umar setelah tahun ini.” Allah mengabulkan doa kezuhudannya, dan dia pun wafat pada tahun itu.
…Zainab dikenal sebagai wanita yang mulia, dermawan, dan selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Keagungan sikapnya mengindikasikan kekuatan iman dan hubungannya dengan Allah…

Pesan Rasulullah Kepada Ali R.A

Wahai Ali, bagi orang 'ALIM itu ada 3 tanda-tandanya:
1) Jujur dalam berkata-kata.
2) Menjauhi segala yang haram.
3) Merendahkan diri.

Wahai Ali, bagi orang yang JUJUR itu ada 3 tanda-tandanya:
1) Merahsiakan ibadahnya
2) Merahsiakan sedekahnya.
3) Merahsiakan ujian yang menimpanya.

Wahai Ali, bagi orang yang TAKWA itu ada 3 tanda-tandanya:
1) Takut berlaku dusta dan keji.
2) Menjauhi kejahatan.
3) Memohon yang halal kerana takut jatuh dalam keharaman.

Wahai Ali, bagi AHLI IBADAH itu ada 3 tanda-tandanya:
1) Mengawasi dirinya.
2) Menghisab dirinya.
3) Memperbanyakkan ibadah kepada Allah s.w.t.
Marilah kita sama- sama berusaha untuk berada di kalangan golongan- golongan ini. InsyaAllah...


Rasulullah SAW bersabda kepada menantunya, Ali r.a. , ” Wahai ‘Ali, setiap sesuatu pasti ada penyakitnya.
Penyakit bicara adalah bohong,
penyakit ilmu adalah lupa,
penyakit ibadah adalah riya’,
penyakit akhlaq mulia adalah kagum kepada diri sendiri,
penyakit berani adalah menyerang,
penyakit dermawan adalah mengungkap pemberian,
penyakit tampan adalah sombong,
penyakit bangsawan adalah membanggakan diri,
penyakit malu adalah lemah,
penyakit mulia adalah menyombongkan diri,
penyakit kaya adalah kikir,
penyakit agama adalah nafsu yang diperturutkan….”
Ketika berwasiat kepada ‘Ali bin Abi Thalib r.a. Rasulullah SAW bersabda,
“Wahai ‘Ali, orang yang riya’ itu punya tiga ciri, yaitu : rajin
beribadah ketika dilihat orang, malas ketika sendirian dan ingin
mendapat pujian dalam segala perkara. “
Wahai ‘Ali, jika engkau dipuji orang, maka berdo’alah, ” Ya Allah, jadikanlah
diriku lebih baik daripada yang dikatakannya, ampunilah dosa-dosaku
yang tersembunyi darinya, dan janganlah kata-katanya mengakibatkan
siksaan bagiku…”
Ketika ditanya bagaimana cara mengobati hati yang sedang resah dan gundah gulana, Ibnu
Mas’ud r.a berkata, ” Dengarkanlah bacaan Al-Qur’an atau datanglah ke
majelis-majelis dzikir atau pergilah ke tempat yang sunyi untuk
berkhalwat dengan Allah SWT Jika belum terobati juga, maka mintalah
kepada Allah SWT hati yang lain, karena sesungguhnya hati yang kamu
pakai bukan lagi hatimu…”

“Wahai Ali, ada 3 derajat, 3 penghapus dosa, 3 bencana,dan 3 penyelamat”.
Adapun ketiga derajat itu adalah ;
1.      Melakukan wudhu yang sempurna tatkala udara dinginmenggigit
2.      Menunggu datangnya waktu shalat berikutnya setelah shalat, dan
3.      Melalui malam dan siang dengan shalat jamaah.
Sedangkan ketiga penghapus dosa adalah ;
1.      Menyebarkan salam,
2.      Memberikan makanan,
3.      Melakukan tahajud di malam hari ketika kebanyak orang sedang tidur.
Ketiga bencana yang dapat membinasakan adalah ;
1.      Bersifat kikir,
2.      Mengikuti hawa nafsu,
3.      Merasa kagum atas diri sendiri.
Adapun yang terakhir, 3 hal yang akan menyelamatkan adalah ;
1.      Takut kepada Allah baik saat sendiri maupun saat ramai,
2.      Bersikap wajar ketika kaya atau miskin, dan
3.      Selalu berkata benar saat suka maupun duka.”


Berikut adalah kutipan dari berbagai sumber mengenai wasiat - wasiat dari Nabi Muhammad SAW, untuk Ali bin Abi Thalib ra. wasiat itu juga untuk kita semua bila mengaku sebagai umat Nabi SAW dan pecinta Ahlul Bait, Wasiat ini ini bersumber dari Imam Ja’far Ash-Shadiq dari ayahnya Imam Muhammad Al-Baqir, dari ayahnya Imam Ali Zainal Abdidin, dari ayahnya Imam Husein, dari ayahnya Ali bin Abi Thalib (ra).
Dalam wasiatnya kepada Imam Ali bin Abi Thalib (ra) Rasulullah saw bersabda:

“Wahai Ali, aku wasiatkan padamu suatu wasiat, maka jagalah wasiatku ini. Kamu akan selalu berada dalam kebaikan selama kamu menjaga wasiatku ini.”

“Wahai Ali, barangsiapa yang menahan amarahnya padahal ia mampu menunaikannya, allah akan menjamin baginya keamanan dan keimanan
sehingga dengannya ia mendapat kenikmatan pada hari kiamat.”

“Wahai Ali, barangsiapa yang belum memperbaiki wasiatnya saat menjelang kematiannya, ia memiliki kekurangan dalam kehormatan dirinya (marwah) dan ia tak layak mendapat syafa'at.”

“Wahai Ali, perjuangan yang paling utama adalah orang yang tidak berduka karena kezaliman seseorang.”

“Wahai Ali, barangsiapa yang lisannya ditakuti oleh manusia, maka ia adalah penghuni neraka.”

“Wahai Ali, manusia yang paling buruk adalah orang yang dimuliakan oleh manusia karena takut pada keburukannya.”

“Wahai Ali, manusia yang paling buruk adalah orang yang menjual akhiratnya dengan dunianya. lebih buruk lagi dari itu orang yang menjual akhiratnya dengan dunia orang lain.”

“Wahai Ali, barangsiapa yang tidak menerima alasan orang yang ingin melepaskan diri (dari dosa, pidana; ini penjelasan dlm kitab Al-Bihar), benar atau dusta, maka ia tidak akan mendapat syafaatku.”

“Wahai Ali, sesungguhnya allah azza wa jalla lebih mencintai dusta untuk kemaslahatan dan lebih membenci kejujuran dalam kerusakan.”

“Wahai Ali, barangsiapa yang meninggalkan khomer karena selain Allah, maka Allah akan memberinya minuman khomer yang murni (Ar-Rahiqil makhtum, lihat QS 83: 25). Kemudian Imam Ali (ra) bertanya: Karena selain Allah?? Rasulullah Saw menjawab: “Ya, untuk menjaga dirinya, Allah bersyukur padanya atas hal itu.”

“Wahai Ali, peminum khomer seperti penyembah berhala. Wahai Ali, orang yang minum khomer, Allah azza wa jalla tidak menerima shalatnya selama empat puluh hari. Dan jika ia mati maka matinya mati kafir”

“Wahai Ali, setiap yang memabukkan hukumnya haram, dan setiap yang memabukkan dalam kapasitas yang banyak maka seteguk pun darinya hukumnya haram.”

“Wahai Ali, semua dosa terjadinya di dalam rumah, dan kuncinya adalah minuman khomer.”

“Wahai Ali, akan datang pada peminum khomer suatu saat ia tidak mengenal Tuhannya azza wa jalla.

“Wahai Ali, memindahkan gunung-gunung yang tak bergerak lebih mudah ketimbang memindahkan kekuasaan yang saatnya berakhir, tidak kurang dari beberapa hari.”

“Wahai Ali, orang yang tidak bermanfaat agama dan dunianya, maka tidak ada kebaikan bagimu dalam majlis-majlisnya. Dan barangsiapa yang tidak menjaga hakmu, maka kamu tidak wajib menjaga haknya dan kehormatannya.” (Biharul Anwar 77: 46-47)

Ali bin Abi Thalib berkata : "Bahwa Rasulullah berwasiat kepadaku dengan sabda beliau :

"Ya Ali! Aku berwasiat kepadamu dengan sesuau wasiat, maka jagalah dia baik-baik, kerana selama engkau
memelihara wasiat ini nescaya engkau akan tetap berada dalam kebaikan.

Ya Ali! Bagi orang mukmin itu ada tiga tanda :melakukan solat, berpuasa dan berzakat. dan bagi orang munafik
ada pula tiga tandanya : pura-pura sayang bila berhadapan, mengumpat di belakang dan gembira bila orang lain mendapat musibah.

Bagi orang zalim ada tiga cirinya : menggagahi orang bawahannya dengan kekerasan, orang diatasnya dengan kedurhakaan dan melahirkan kezalimannya secara terang-terangan.

Bagi orang riya' ada tiga tandanya : rajin bila di depan orang ramai, malas bila bersendirian dan ingin dipuji untuk semua perkara

bagi orang munafik ada tiga alamat : bohong bila berkata, mungkir bila berjanji dan khianat apabila dipercayai.

Ya Ali, bagi orang pemalas ada tiga tanda : menunda-nundakan waktu, mensia-siakan kesempatan dan melalaikannya sampai berdosa.

Dan tidak patut orang berakal menonjolkan dirinya kecuali tiga perkara : berusaha untuk penghidupan atau mencari hiburan dalam sesuatu perkara yang tidak terlarang atau mengenangkan hari akhirat.

Ya Ali! Diantara bukti orang yang percaya kepada allah ialah tidak mencari keredhaan seseorang dengan kemurkaan allah, tidak menyanjung seseorang atas nikmat yang diterima, dan tidak mencela sesorang bila tidak mendapat nikmat allah. ingatlah bahawa rezeki tidak dapat diraih oleh orang yang sangat tamak mendapatkannya dan tidak pula dapat dielak oleh orang yang tidak menyukainya. allah telah menjadikan nikmat kurunia dan kelapangan itu dalam yakin dan redha dengan pemberian allah dan ia menjadikan kesusahan dan kedukaan itu dalam murka terhadap rezeki yang telah ditentukan oleh allah

Ya Ali! Tidak ada kefakiran yang lebih hebat daripada kebodohan, tidak ada harta yang lebih berharga daripada akal, tiada kesepian yang lebih sunyi daripada ujub ( Kagum kepada diri sendiri ), tiada kekuatan yang lebih kuat daripada musyawarah, tiada iman keyakinan, tiada wara' yang lebih baik daripada menahan diri,keindahan seindah budi pekerti dan tidak ada ibadah yang melebihi tafakkur.

Ya Ali! SEGALA SESUATU ITU ADA PENYAKITNYA. Penyakit bicara adalah bohong, penyakit ilmu lupa, penyakit ibadah adalah riya', penyakit budi pekerti adalah memuji, penyakit berani adalah agresif, penyakit pemurah adalah menyebut-nyebut pemberian, penyakit cantik adalah sombong, penyakit bangsawan adalah bangga, penyakit malu adalah lemah, penyakit mulia adalah menonjolkan diri, penyakit kaya adalah bakhil, penyakit royal (mewah) adalah berlebih-lebihan dan penyakit agama adalah hawa nafsu.

Ya Ali! Apabila engkau disanjung orang, bacalah kalimat ini : Ya Allah, jadikanlah aku lebih baik daripada apa yang mereka katakan. Ampunilah dosaku apa yang mereka tidak ketahui, dan janganlah aku disiksa tentang apa-apa yang mereka katakan.

Ya Ali! Apabila engkau puasa sampai petang, maka ucapkanlah dikala engkau berbuka : "Untuk-Mu lah aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu lah aku berbuka." Nescaya dituliskan bagimu pahala orang puasa pada hari itu dengan tidak kurang sedikit pun daripada pahala mereka Ketahuilah, bahawa bagi setiap orang yang berpuasa itu ada doa yang diperkenankan. Maka jika ia pada permulaan suapannya waktu makan mengucapkan : "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, wahai Tuhan Yang Maha Luas pengampunan-Nya, ampunilah aku." nescaya diampuni dosanya. Ketahuilah bahawa puasa itu adalah perisai yang akan menangkis bahaya api neraka.

Ya Ali! PERBANYAKKANLAH MEMBACA SURAH YASIN KERANA DIDALAMNYA TERDAPAT SEPULUH MACAM BERKAT. Tiada orang yang membacanya waktu lapar (puasa) kecuali kenyang, tiada yang haus kecuali lepas hausnya, tiada yang bertelanjang kecuali peroleh pakaian, tiada yang sakit melainkan sembuh, tiada yang takut kecuali aman, tiada yang dipenjarakan melainkan lepas, tiada yang bujang melainkan kahwin, tiada musafir melainkan matanya terang dalam perjalanan, tiada orang yang hilang barangnya melainkan menemukannya, tidak dibacakan keatas orang yang hampir tiba ajalnya melainkan diringankan baginya. Barangsiapa membacanya ketika subuh nescaya ia akan aman sampai petang dan barangsiapa yang membacanya di waktu petang nescaya ia akan aman sehingga ke pagi.

Ya Ali! Bacalah surah ad-Dukhan pada malam Jumaat nescaya Allah memberi keampunan kepadaMu.

Ya Ali! bacalah surah Hasyr nescaya engkau akan berkumpul pada hari kiamat dalam keadaan aman dari sesuatu.

Ya Ali! bacalah surah al-Mulk dan as-sajdah nescaya engkau diselamatkan Tuhan dari marabahaya hari kiamat.

Ya Ali! bacalah surah al-Mulk waktu tidur nescaya engkau selamat dari azab kubur dan dari pertanyaan malikat munkar dan nakir.

Ya Ali bacalah surah al-Ikhlas dalam keadaan berwudhu' nescaya engkau akan diseru pada hari kiamat : Hai pemuji Tuhan, bangkitlah, maka kemudian masuklah ke dalam syurga.

Ya Ali! bacalah surah al-baqarah kerana membacanya itu membawa berkat. Dan tidak mahu membacanya itu membawa penyesalan.

Ya Ali! jangan terlalu lama duduk di bawah cahaya matahari kerana itu akan menimbulkan penyakit lama datang kembali, merusakkan pakaian dan mengubah warna muka.

Ya Ali! Engkau akan aman dari bahaya kebakaran jika engkau mengucapkan : subhana rabbi lailaha illa anta a'laika tawakkaltu wa anta rabbul 'arsyil 'azim.

Ya Ali! Engkau aman dari was-was syaitan bila engkau baca : wa idzaa qoro'tal qur-aanaa ja'alnaa baynaka wabaynal ladziina laa yu'minuuna bbil aakhiroti chijaaban mastuuro...dst(surah al-Isra' : 45-46)

Ya Ali! apabila engkau berdiri di depan cermin maka ucapkanlah : Ya Allah sebagaimana Engkau telah mengindahkan kejadianku maka indahkanlah pula budi pekertiku dan berikanlah aku rezeki.

10 Pesan Rahbar Tentang Adab Shalat



1. Kita harus berlatih untuk khusyuk dalam setiap salat
Salat memiliki bingkai dan kandungan; memiliki badan dan ruh. Kita harus berhati-hati jangan sampai badan salat kita kosong dari ruh salat. Tapi jangan kita katakan bahwa badan salat tanpa ruh tidak akan memiliki pengaruh. Salat seperti ini tetap memiliki pengaruh. Tetapi salat yang diinginkan oleh Islam, al-Quran, syariat, Rasulullah saw, dan para imam maksum as adalah salat yang memiliki badan dan ruh yang sempurna. Badan salat ini telah dipersiapkan sesuai dengan ruh salat tersebut: ada bacaan, ada rukuk, ada sujud, ada mengangkat tangan, ada membaca dengan suara pelan dan juga dengan suara keras. Keberagaman ini diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh salat, dan setiap dari gerakan dan bacaan itu memiliki rahasia tertentu. Semua ini membentuk bingkai salat. Bingkai ini juga sangat penting. Tetapi ruh salat adalah kesadaran. Yakni kita harus tahu apa yang sedang kita lakukan. Salat tanpa kesadaran ini hanya memiliki sedikit manfaat.

2. Kita harus mengetahui makna setiap bacaan salat
Semua kita harus berusaha mengerjakan salat dengan memahmi seluruh arti bacaan salat. Tetapi, ketidakmampuan untuk memahami bacaan salat jangan sampai menjadi alasan bagi kita untuk meninggalkan salat. Salat dalam kondisi apapun adalah sebuah kewajiban. Orang yang meninggalkan salat telah kehilangan kesempatan terbesar untuk menjalin hubungan dengan Allah. Sudah selayaknya pihak-pihak yang bertanggung jawab supaya mencetak brosur-brosur yang berisi terjemahan bacaan salat dan disebarluaskan ke seluruh lapisan masyarakat sehingga mereka bisa memahami makna setiap bacaan itu.
 
Tetapi, apabila mereka yang tidak memahami Bahasa Arab bisa memfokuskan diri pada saat salat bahwa mereka sedang berbicara dengan Allah, maka ini adalah sesuatu yang sangat bagus. Tetapi, hendaknya kita berusaha memahami arti setiap bacaan salat itu. Dan memahami arti bacaan salat itu sungguh sangat mudah dan kita dengan cepat bisa memahaminya.

3. Salat sunah dapat menambah kekhusykan
Ketika sedang mengerjakan salat, ada beberapa hal yang semestinya kita perhatikan. Tidak wajib, tetapi sunah. Seperti kita harus memandang ke mana ketika sedang berdiri, ketika sujud, ketika rukuk, dan lain-lain. Dalam beberapa hadis disebutkan, pejamkanlah mata Anda dan sebagian hadis menganjurkan kita untuk memandang ke depan. Semua ini dapat membantu kita menggapai kekhusyukan yang diperlukan.

4. Kerjakan salat dengan penuh ikhlas dan tanpa ada unsur riya’
Jika kita mengerjakan salat dengan niat mendekatkan diri kepada Allah dan penuh ikhlas, maka ibadah ini adalah ibadah yang tertinggi. Jika kita mengerjakan salat ini dengan niat riya’, maka salat tersebut bisa menjadi maksiat dan dosa. Riya’ adalah salah satu dosa besar.

5. Salat tanpa perhatian penuh dapat mendatangkan kekerasan hati
Menurut Almarhum Syaikh Muhammad Bahari, ketika doa, zikir, dan salat diulang-ulang tanpa perhatian dan fokus yang penuh, maka semua ini bisa mendatangkan kekerasan hati. Hal ini lantaran kita mengerjakan salat tanpa kehadiran kalbu dan kekhusyukan.

6. Biasakan diri kita untuk mengerjakan salat dengan baik ketika kita masih muda
Jika kawula muda sudah membiasakan diri dengan mengerjakan salat yang baik dari sejak sekarang, maka ketika sudah mencapai usia tua tidak akan susah lagi mengerjakan salat dengan baik. Bagi mereka yang tidak membiasakan diri mengerjakan salat dengan baik, ketika sudah sampai ke usia kita, mengerjakan salat dengan baik sangat sulit bagi mereka. Mengerjakan salat dengan baik tidak berarti salat dengan bacaan dan suara yang indah. Tetapi salat dengan penuh perhatian dan kekhusyukan hati. Jika ini sudah terbentuk, maka salat ini akan menjadi darah dagingnya hingga akhir hayat.

7. Jangan meremehkan salat
Dalam wasiat terakhir Imam Shadiq disebutkan, “Bukan termasuk golongan kami orang yang meremehkan salat.” Berapa menitkah seluruh salat wajib yang kita kerjakan setiap hari? Jika kita mengerjakannya dengan penuh perhatian, mungkin seluruh salat tersebut hanya akan memakan waktu selama 34 menit. Jika tidak, maka jelas hanya membutuhkan waktu yang lebih sedikit.

8. Kita kerjakan salat di awal waktu
Kita sesegera mungkin harus mengerjakan setiap pekerjaan yang bagus. Seperti ibadah dan amalan baik yang lain. Menunda pekerjaan seperti ini memiliki banyak cela dan aib, dan dengan segere mengerjakannya, kita telah menghindarkan dari dari setiap cela itu.

9. Kita kerjakan salat secara berjamaah dan di masjid
Tanda lain bahwa kita menghargai hak salat adalah masjid bertambah makmur dan salat berjamaah bertambah subur. Ini berarti berkah salat di arena kerja sama dan partisipasi sosial.

10. Kerjakanlah salat-salat sunah semampu mungkin
Wasiat saya kepada seluruh lapisan masyarakat terutama kawula muda adalah akrabkanlah diri kita dengan salat. Kita kerjakanlah salat-salat sunah rawatib terutama salat sunah rawatib Maghrib dan Shubuh.