203 Hijriyah, Demi kepentingan politik, al-Ma'mun sebagai penguasa
Bani Abbas masa itu mengundang Imam al-jawad yang berada di Madinah
untuk datang ke pusat pemerintahannya di Baghdad. al-Ma'mun berniat
untuk menikahkan putrinya yang bernama Ummul Fadhl dengan Imam Jawad
yang masih sangat muda belia. niatnya itu diketahui oleh klannya dari
Bani Abbas dan mereka semua tidak menyetujui bahkan menentangnya.
karenanya, al_ma'mun mengadakan rapat keluarga dan memaparkan sebab
niatnya itu yang dianggap akan melanggengkan kekhalifahan Bani Abbas
dengan mempersatukan darah dagingnya dengan Ahlul Bayt, serta meyakinkan
semua bahwa Al-jawad adalah sosok yang paling alim dan akan mempunyai
pengaruh sangat kuat atas masyarakat, karena berdasarkan investigasi,
dia sudah mengetahui bahwa al-Jawad adalah Imam pengganti ayahnya
Al-Ridha walaupun usianya masih di bawah umur. Imam Jawad pun datang ke
Baghdad dan Ma'mun sudah mengundang para ulama dan hakim-hakim paling
alim untuk menguji keilmuan al-Jawad. Singkat cerita, ternyata al-jawad
begitu mencengangkan dan segala puji bagi Allah riwayat dialog tanya
jawab yang panjang tersebut terekam hingga kita bisa pelajari sampai
saat ini. Silahkan rujuk buku sejarah ahlul bayt atau cari di internet.
Akhirnya,
sesuai permintaan al-Ma'mun berlangsunglah perayaan akad nikah Imam
jawad dengan Ummu fadl putri al-Ma'mun di Majlis itu juga. kemudian ummu
fadl ikut bersama Imam Jawd kembali ke Madinah. Namun harapan Ma'mun
dari pernikahan itu gagal karena ternyata putrinya mandul dan sampai 15
tahun pernikahan tidak dikaruniai anak. Imam al-jawad menikah lagi
dengan seorang pelayan mu'minah asal maroko yang bernama Sumanah dan
mendapat kemuliaan besar dengan menjadi Ibu Imam Ali al-Hadi. karena
pernikahan itu, Ummul Fadl menjadi cemburu sampai dia menulis surat
mennyampaikan kesedihan dan kecemburuannya kepada ayahnya. tapi
al_ma'mun malah menjawab suratnya demikian; "Wahai putriku, aku tidak
menikahkan kamu dengan Abu Ja'far (alJawad) supaya kau mengharamkan apa
yang halal baginya, maka tolong jangan kau biasakan lagi mengadukan
hal-hal tersebut."
Banyak sekali karamah dan keajaiban Imam
Jawad, seperti kisahnya saat mengurus jenazah ayahnya di Khurasan
padahal beliau berada di Madinah saat itu. kisah beliau mengajak ahli
ibadah di Damaskus untuk shalat ke masjid Kufah, kemudian umroh Ke
Mekkah dan kembali ke tempat dia shalat semula di bekas tempat diinapkan
kepala sayyidina husain di Damaskus. Semua riwayat itu dan lainnya bisa
dibaca di buku-buku rujukan dan terjemahan. saat ini, demi mengenang
syahadah beliau di akhir Dzulqa'dah tahun 220 H, saya ingin mendapat
berkah berbagi baca riwayat berikut ini saja dari kisah pengakuan Ummul
Fadl:
Sayyidah Hakimah putri Imam Ridha meriwayatkan: Tatkala
saudaraku Abu Ja’far (Imam Muhammad al-Jawad) meninggal dunia, aku
mengunjungi istri beliau Ummul Fadhl (putri khalifah al-Ma’mun) karena
suatu kepentingan. Kami berdua pun mengenang keutamaan, keistimewaan,
dan apa yang di karuniakan Allah kepada al-Jawad. Tiba-tiba Ummul Fadhl
mengungkapkan; “Maukah kamu saya beritahu tentang suatu keajaiban abu
Ja’far yang tidak pernah terdengar sama sekali. Aku kata “Apa itu?” dan
Ummul Fadhl menceritakan ; “Saya pernah cemburu terhadap seorang pelayan
dan juga pernah cemburu atas pernikahan sehingga saya mengadu kepada
al-Ma’mun, dan dia pun berkata “Wahai putriku, sabar dan bertahanlah
karena dia adalah putra Rasulullah saw! Namun suatu waktu saya sedang
duduk di malam hari, tiba-tiba seorang wanita yang anggun menghampiriku
dan aku pun bertanya siapakah kamu? dia menjawab “Saya adalah istri abu
Ja’far dan saya dari keturunan Ammar bin Yasir ra.” Sebegitu
terkejutnya, diri saya dirasuki kecemburuan yang membuat saya tak tahan
dan kehilangan akal, maka saat itu juga saya bangkit dan pergi ke
al-Ma’mun ayah saya yang mana pada saat itu sedang mabuk berat. Dalam
keadaan seperti itu saya katakan bahwa suami saya al-Jawad mencaciku dan
mencaci Bani Abbas dan semua keturunannya. Serta saya tambahkan
(fitnah) segala hal yang sama sekali dia tidak pernah melakukannya.
Ayahku pun sangat marah dan langsung mangambil pedang. Saya ikuti dia
bersama ajudannya sampai dia masuk ke ruangan al-Jawad sementara dia
sedang tidur kemudian ayahku menghantam-hantam dengan pedangnya
berkali-kali sampai tubuh al-Jawad terpotong-potong.
Ke-esokan
harinya kami sadar dan merasa kebingungan dan tegang akan apa yang
terjadi semalam, maka kami menyuruh ajudan tersebut untuk melihat
kondisi al-Jawad, namun tak disangka ia terkejut melihat al-jawad
sedang shalat. Dia segera kembali dan mengabarkan kepada ayah bahwasanya
al-Jawad selamat dan sedang sholat seakan tak terjadi apa-apa. Ayah
saya begitu lega sehingga langsung memberi ajudannya itu seribu dinar,
kemudian bergegas membawa kepada al-Jawad sepuluh ribu dinar dan meminta
maaf untuk segalanya, dan al-Jawad pun menasehatinya untuk menjauhi
minuman keras.
al-Ma'mun meninggal di tahun 218 H dan kemudian
digantikan oleh saudaranya yang bernama al-Mu'tashim. tahun kedua dari
pemerintahannya, al-Mu'tashim berkonspirasi untuk membunuh Imam jawad.
Beliau alaihis salam akhirnya syahid karena diracun.
Ref: Kitab
Wafiyaat al-Aimmah.
Masaaib aal Muhammad,
Siirah al-Aimmah al-12
Wafiyaat al-Aimmah.
Masaaib aal Muhammad,
Siirah al-Aimmah al-12
credit : Shaheer Hamdy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar