Ayatullah Marashi Najafi Wafat
Ayatullah Sayid Shihab ad-Din bin Sayid Mahmoud bin Sayid al-Hukama
Tabrizi Marashi Najafi lahir di kota suci Najaf, Irak pada 1276 Hs.
Ayahnya adalah seorang ahli hukum dihormati yang mengajar di hauzah
Najaf, dan itu di bawah bimbingan ayahnya, beliau mulai pendidikan
agamanya. Dia kemudian pergi ke Samarra dan Kazhimiah untuk pendidikan
tinggi. Setelah itu beliau pindah ke Mashad, sehingga akhirnya beliau
memutuskan untuk pindah ke kota Qom dan menyelesaikan pendidikan agama
tingkat mujtahid di bawah bimbingan Ayatullah Sheikh Abdolkareem Hairi
Yazdi. Selain teologi dan fiqih, beliau juga belajar matematika,
astronomi, dan obat-obatan dari berbagai macam ahli.
Di Qom, beliau menjadi ulama terkemuka dan mulai memberikan
kuliah-kuliah agama dan diakui sebagai marji dari sejumlah ulama besar
lainnya. Beliau mengabdikan usianya selama 70 tahun untuk mengajar dan
mendidik ulama besar lainnya seperti Syahid Murtadha Muthahhari,
Ayatullah Ibrahim Amini, Sheikh Hossein Mazhahiri, Sayid Ali Qazi
Thathabai, dan Sayid Murtadha Askari.
Beliau juga
meninggalkan sebuah perpustakaan besar di kota Qom yang memiliki
khazanah kitab yang cukup besar. Perpustakaan ini termasuk ketiga
terbesar di Dunia Islam dan saat ini memiliki sekitar 250 ribu kitab dan
2500 manuskrip.
Terkait alasan beliau mengumpulkan
kitab dan pendirian perpustakaan tersebut, Ayatullah Marashi mengatakan,
"Aku melintasi pasar di kota Najaf dan menyaksikan para santri kerap
memasuki sebuah toko buku. Kemudian aku bertanya, apa sebenarnya yang
tengah terjadi. Mereka mengatakan, ulama yang telah meninggal dunia,
karya-karyanya diobral di toko ini. Aku masuk ke toko tersebut dan aku
saksikan sekelompok orang berkumpul serta terdapat seseorang yang
menjajakan buku dengan cara diobral. Kemudian orang-orang di sekitarnya
mulai menawar harga, dari mulai yang terendah hingga tertinggi. Siapa
yang mampu menawar dengan harga tertinggi maka ia akan memiliki buku
tersebut.
Di majlis tersebut, terdapat seorang Arab
yang duduk di pojok, di tangannya tergenggam kantong uang dan ia yang
senantiasa memberikan tawaran tertinggi dan tidak memberi kesempatan
kepada orang lain untuk membeli kitab. Kemudian aku menyadari bahwa
orang tersebut bernama Kazim dan orang suruhan konsulat Inggris di
Baghdad. Selama sepekan Kazim sibuk membeli buku dan di hari Jumat ia
mengangkut buku tersebut ke Baghdad dan menyerahkannya ke Inggris.
Setelah menyaksikan peristiwa tersebut, Ayatullah Marashi berusaha
mencegah dibawa kaburnya buku dan kitab karya ulama Islam ke Barat,
khususnya yang masih berbentuk manuskrip. Oleh karena itu, selanjutnya
Ayatullah Marashi bertekad untuk mengumpulkan kitab dan mendirikan
perpustakaan. Beliau rela bekerja keras usai mengajar dan belajar serta
menerima shalat dan puasa ijarah demi melaksanakan cita-citanya
tersebut. Pengorbanan beliau tidak hanya sampai di sini, ulama besar ini
pun rela mengurangi jatah makanannya hanya untuk membeli buku.
Selain itu, mengingat penghasilannya yang tidak mencukupi kehidupan
beliau, Ayatullah Marashi tidak sempat menunaikan ibadah haji selama
hidupnya. Namun demikian beliau berhasil menulis 148 kitab dan makalah
ilmiah selama hidupnya. Akhirnya, ulama besar ini meninggal dunia pada 7
Shahrivar 1369 Hs di usia 96 tahun dan dikuburkan di jalan masuk
perpustakaan yang dibangunnya.
Ayatullah Sayid Mohammad Taqi Khansari Wafat
Tanggal 7 Shahrivar 1331 Hs, Ayatullah Sayyid Muhammad Taqi Khansari,
salah seorang ulama besar dan marji taklid asal Iran, meninggal dunia.
Beliau dilahirkan pada tahun 1888 di kota Khansar, Iran tengah. Beliau
mempelajari ilmu fiqih, ushul fiqih, dan filsafat dari ulama-ulama
terkemuka hauzah ilmiah Najaf, Irak.
Di Irak,
bersama-sama dengan rakyat negeri itu, Ayatullah Khansari ikut berjuang
dalam melawan imperialisme Inggris. Akibatnya, beliau ditangkap oleh
tentara Inggris dan dibuang ke Singapura. Setelah empat tahun berada di
pembuangan, beliau kembali ke Iran dan mengajar di hauzah ilmiah Qom.
Beberapa lama kemudian, akhirnya beliau mencapai derajat marjaiyah.
Di Iranpun, Ayatulah Khansari meneruskan perjaungannya melawan
imperialisme Inggris di Iran dan mendukung gerakan rakyat Iran dalam
menasionalisasi minyak Iran. (IRIB Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar