Jumat, 25 Juli 2014

7 Shahrivar, Ayatullah Marashi Najafi Wafat




Ayatullah Marashi Najafi Wafat
 
Ayatullah Sayid Shihab ad-Din bin Sayid Mahmoud bin Sayid al-Hukama Tabrizi Marashi Najafi lahir di kota suci Najaf, Irak pada 1276 Hs. Ayahnya adalah seorang ahli hukum dihormati yang mengajar di hauzah Najaf, dan itu di bawah bimbingan ayahnya, beliau mulai pendidikan agamanya. Dia kemudian pergi ke Samarra dan Kazhimiah untuk pendidikan tinggi. Setelah itu beliau pindah ke Mashad, sehingga akhirnya beliau memutuskan untuk pindah ke kota Qom dan menyelesaikan pendidikan agama tingkat mujtahid di bawah bimbingan Ayatullah Sheikh Abdolkareem Hairi Yazdi. Selain teologi dan fiqih, beliau juga belajar matematika, astronomi, dan obat-obatan dari berbagai macam ahli.
 
Di Qom, beliau menjadi ulama terkemuka dan mulai memberikan kuliah-kuliah agama dan diakui sebagai marji dari sejumlah ulama besar lainnya. Beliau mengabdikan usianya selama 70 tahun untuk mengajar dan mendidik ulama besar lainnya seperti Syahid Murtadha Muthahhari, Ayatullah Ibrahim Amini, Sheikh Hossein Mazhahiri, Sayid Ali Qazi Thathabai, dan Sayid Murtadha Askari.
 
Beliau juga meninggalkan sebuah perpustakaan besar di kota Qom yang memiliki khazanah kitab yang cukup besar. Perpustakaan ini termasuk ketiga terbesar di Dunia Islam dan saat ini memiliki sekitar 250 ribu kitab dan 2500 manuskrip.
 
Terkait alasan beliau mengumpulkan kitab dan pendirian perpustakaan tersebut, Ayatullah Marashi mengatakan, "Aku melintasi pasar di kota Najaf dan menyaksikan para santri kerap memasuki sebuah toko buku. Kemudian aku bertanya, apa sebenarnya yang tengah terjadi. Mereka mengatakan, ulama yang telah meninggal dunia, karya-karyanya diobral di toko ini. Aku masuk ke toko tersebut dan aku saksikan sekelompok orang berkumpul serta terdapat seseorang yang menjajakan buku dengan cara diobral. Kemudian orang-orang di sekitarnya mulai menawar harga, dari mulai yang terendah hingga tertinggi. Siapa yang mampu menawar dengan harga tertinggi maka ia akan memiliki buku tersebut.
 
Di majlis tersebut, terdapat seorang Arab yang duduk di pojok, di tangannya tergenggam kantong uang dan ia yang senantiasa memberikan tawaran tertinggi dan tidak memberi kesempatan kepada orang lain untuk membeli kitab. Kemudian aku menyadari bahwa orang tersebut bernama Kazim dan orang suruhan konsulat Inggris di Baghdad. Selama sepekan Kazim sibuk membeli buku dan di hari Jumat ia mengangkut buku tersebut ke Baghdad dan menyerahkannya ke Inggris.
 
Setelah menyaksikan peristiwa tersebut, Ayatullah Marashi berusaha mencegah dibawa kaburnya buku dan kitab karya ulama Islam ke Barat, khususnya yang masih berbentuk manuskrip. Oleh karena itu, selanjutnya Ayatullah Marashi bertekad untuk mengumpulkan kitab dan mendirikan perpustakaan. Beliau rela bekerja keras usai mengajar dan belajar serta menerima shalat dan puasa ijarah demi melaksanakan cita-citanya tersebut. Pengorbanan beliau tidak hanya sampai di sini, ulama besar ini pun rela mengurangi jatah makanannya hanya untuk membeli buku.
 
Selain itu, mengingat penghasilannya yang tidak mencukupi kehidupan beliau, Ayatullah Marashi tidak sempat menunaikan ibadah haji selama hidupnya. Namun demikian beliau berhasil menulis 148 kitab dan makalah ilmiah selama hidupnya. Akhirnya, ulama besar ini meninggal dunia pada 7 Shahrivar 1369 Hs di usia 96 tahun dan dikuburkan di jalan masuk perpustakaan yang dibangunnya.
 
Ayatullah Sayid Mohammad Taqi Khansari Wafat
 
Tanggal 7 Shahrivar 1331 Hs, Ayatullah Sayyid Muhammad Taqi Khansari, salah seorang ulama besar dan marji taklid  asal Iran, meninggal dunia. Beliau dilahirkan pada tahun 1888 di kota Khansar, Iran tengah. Beliau mempelajari ilmu fiqih, ushul fiqih, dan filsafat dari ulama-ulama terkemuka hauzah ilmiah Najaf, Irak.
 
Di Irak, bersama-sama dengan rakyat negeri itu, Ayatullah Khansari ikut berjuang dalam melawan imperialisme Inggris. Akibatnya, beliau ditangkap oleh tentara Inggris dan dibuang ke Singapura. Setelah empat tahun berada di pembuangan, beliau kembali ke Iran dan mengajar di hauzah ilmiah Qom. Beberapa lama kemudian, akhirnya beliau mencapai derajat marjaiyah.
 
Di Iranpun, Ayatulah Khansari meneruskan perjaungannya melawan imperialisme Inggris di Iran dan mendukung gerakan rakyat Iran dalam menasionalisasi minyak Iran. (IRIB Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar