Seorang
lelaki dari beberapa sahabat Nabi SAW yang hidup dalam kemiskinan.
Dahulu, dia tidak mempunyai pekerjaan yang layak dan kebanyakan
waktu-waktunya terbuang secara percuma, akhirnya dia menjadi
pengangguran. Suatu hari sang istri berkata kepadanya: Seandainya kamu
pergi ketempat Nabi SAW dan mohonlah bantuan darinya! Lelaki tersebut
berangkat ketempat Nabi SAW dengan anjuran sang istri. Sewaktu mata Nabi
SAW tertuju kepadanya, beliau berkata: “Man sa alna a’athainaahu wa manistaghnaa aghnaahullah;
Barang siapa yang menginginkan bantuan dari kami, kami akan menolongnya
akan tetapi apabila dia tidak menampakkan kebutuhan dan hajatnya, dia
tidak akan menengadahkan tangannya kepada orang lain, dan Tuhan akan
menjadikan dia tidak butuh kepada orang lain.”
Lelaki itu
berkata pada dirinya sendiri tentang apa yang di maksud oleh Nabi SAW,
dia lalu menebak bahwa maksud Nabi SAW itu adalah dirinya dan tanpa
berkata sepatah kata pun, dia kembali ke rumahnya dan mengatakan kepada
sang istri tentang peristiwa tersebut. Istrinya berkata: Rasulullah SAW
adalah juga manusia dan beliau tidak mengetahui kabar tentang kamu.
Beritahukanlah kepada beliau tentang keadaan hidupmu yang malang dan
penuh derita!
Lelaki
tersebut terpaksa untuk yang kedua kalinya datang menemui Rasulullah SAW
tetapi sebelum dia sempat berkata sesuatu, Rasulullah SAW mengulangi
kembali perkataan sebelumnya. Dia kembali ke rumah tanpa menampakkan
sedikitpun hajatnya di depan Nabi SAW tetapi karena dia melihat dirinya
masih juga dalam cengkeraman kefakiran dan pengangguran, lemah dan tidak
mampu, maka untuk yang ketiga kalinya dengan niat yang sama dia
berangkat ke majelis Rasulullah SAW. Bibir Rasulullah SAW bergerak
dengan nada yang sama dan memberikan keyakinan kuat pada hati dan ruh,
beliau mengulangi kembali ucapannya. Kali ini memberikan keyakinan lebih
kuat pada hatinya; dia merasakan bahwa kunci dari masalahnya terdapat
pada kalimat ini. Tatkala dia meninggalkan majelis tersebut, dengan
langkah-langkah yang pasti dan meyakinkan dia menelusuri jalan. Dia
berpikir dengan dirinya sendiri bahwa dirinya tidak akan pergi lagi
mencari dan memohon pertolongan kepada orang lain. Saya akan
menyandarkan diri saya kepada Tuhan dan saya akan menggunakan kekuatan
dan potensi yang telah tersimpan dalam diriku dan saya juga menginginkan
dari-Nya agar diberikan keberhasilan dalam pekerjaan saya dan
menjadikan saya tidak butuh kepada orang lain. Dengan niat ini, dia
mengambil sebuah kapak pinjaman dan berangkat ke padang pasir. Hari itu
dia mengumpulkan sejumlah kayu dan menjualnya dan merasakan kelezatan
hasil dari jerih payahnya sendiri. Hari-hari berikutnya dia melanjutkan
pekerjaan ini sehingga perlahan-lahan mampu menghasilkan pendapatan dan
menyediakan kebutuhan hidupnya. Dia masih juga melanjutkan pekerjaannya
sehingga dia telah memiliki modal, unta dan beberapa budak. Dia telah
menjadi salah satu dari orang-orang kaya, dikarenakan usaha dan upayanya
sepanjang hari. Suatu hari dia menemui Rasulullah SAW dan
menceritakankan kepada beliau tentang keadaan dirinya bahwa sebagaimana
pada hari itu dia datang menemui Rasulullah SAW dalam keadaan malang dan
bagaimana ucapan Rasulullah SAW telah mendesak saya untuk bergerak dan
bekerja. Rasulullah SAW berkata: Saya telah mengatakan kepadamu;
barang siapa yang menginginkan bantuan dari kami, kami akan menolongnya
tetapi apabila dia tidak menampakkan ketidakbutuhannya, maka Tuhan akan
menolongnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar