Hadrat Fatimah az-Zahra As lahir menghiasi kebahagiaan Hadrat
Khadijah As dan Rasulullah Saw. Sebelum kelahirannya, Nabi Saw memiliki
dua putra, Qasim dan Tahir, akan tetapi kedua putra beliau ini meninggal
selagi mereka masih belia.
Nabi Saw memulai menyebarkan ajaran Islam
dan mendapatkan musuh-musuh akibat dakwah ini. Sebagai hasilnya,
beberapa kaum Musyrik memulai melancarkan ejekan kepada beliau akibat
kematian putra beliau, dengan memanggilnya sebagai “Abtar“.
Istilah Abtar ini bermakna seekor binatang yang tidak memiliki ekor – betapa kejinya orang-orang mengejek Nabi Saw dengan “Abtar” karena beliau tidak memiliki anak yang akan melanjutkan garis keturunannya.
Kemudian, ketika Hadrat Fatimah As lahir, turunlah surat al-Qur’an berikut ini:
بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan Nama Allah Yang Mahakasih dan Mahasayang
Dengan Nama Allah Yang Mahakasih dan Mahasayang
اِناّ اَعْطَيْنكَ اَلْكَوْثَر °
ٍSesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (wahai Muhammad) nikmat yang melimpah (kautsar),
فَصَلِّ لِرَِِِبِّكَ وَانْحَرْ °
Oleh karena itu, pujilah Tuhanmu dan berkorbanlah.
اِنَّ شا نئَك هُو البترٌ °
Sesungguhnya orang yang membencimu dialah yang terputus (tidak akan memiliki keturunan).
Ketika Nabi Saw ditanya tentang apa arti dari kautsar, beliau menjawab bahwa kautsar berarti
sebuah sungai di Surga dan seseorang yang akan memberikan air dari
sungai tersebut kepada orang-orang Mukmin adalah Imam ‘Ali al-Murtada
As.
Kemudian Nabi Muhammad Saw berkata bahwa kautsar
juga bermakna nikmat yang melimpah, dan kelahiran Sayidah Fatimah
menandakan bahwa, melalui dirinya, keturunan Rasulullah Saw akan
melimpah ruah.
Janji Allah terbukti karena hari ini,
keturunan Nabi Muhammad Saw tidak terhitung banyaknya, (Sayyid),
sementara tidak ada orang yang mengklaim dirinya sebagai seorang
keturunan dari kaum Musyrik Quraisy.
Lalu musuh-musuh Nabilah yang terbukti menjadi Abtar.
Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Sayidah Fatimah As di atas adalah:
Keturunan Nabi Saw seluruhnya berasal dari
Sayidah Fatimah As. Ketika kita melihat orang yang mengenakan surban
hitam, kita harus senanitasa menghormatinya karena hubungan
kekerabatannya dengan Nabi Muhamamad Saw.
Sumber Rujukan:
Fakhruddin Razi, Tafsir Kabir, Tafsir Surah al-Kautsar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar