“Seandainya Husain berjihad (ke Karbala) untuk memenuhi hasrat duniawinya, maka saya tidak mengerti, mengapa saudara-saudara perempuannya, isterinya, dan anak-anaknya, ikut serta menemaninya. Alasan yang masuk akal adalah bahwa dia berjuang semata-mata demi Islam.” (Charles Dickens)
“Pelajaran terbaik yang dapat kita peroleh dari tragedi Karbala adalah bahwa Husain dan sahabat-sahabatnya adalah orang-orang yang memiliki keimanan yang kuat kepada Tuhan-(nya). Mereka menggambarkan bahwa keunggulan kwantitas tidak lagi dianggap ketika telah tampak jelas kebenaran dan kebatilan. Kemenangan Husain adalah (ketika) dia tidak menghiraukan jumlah pasukannya yang sedikit, dan itulah yang membuat saya benar-benar kagum.” (Thomas Carlyle)
“Bersama sahabat-sahabat setianya yang sedikit itu, Husain membangkang bukan untuk mencari kemenangan, bukan juga untuk merebut kekuasaan, apalagi untuk mendapatkan kekayaan, tetapi untuk pengorbanan yang paling tinggi. Rombongan yang gagah berani ini, laki-laki dan perempuan, sudah mengetahui bahwa kedatangan musuh bukan untuk berdamai, bahkan bukan sekadar untuk berperang, musuh memang dipersiapkan untuk membantai. Walau ditolak bahkan setetes air untuk anak-anak kecil, dipanggang di bawah terik matahari, dengan bentangan pasir panas yang membakar, namun tak seorang pun dari mereka yang tergoyahkan untuk sebuah momen dan keberanian menghadapi segala rintangan.” (Dr. K. Sheldrake)
“Imam Husain telah mencabut pemerintahan sewenang-wenang selamanya sampai Hari Kebangkitan kelak. Dia telah mengairi kebun yang kering dari kebebasan dengan gelombang gelora darahnya, dan sungguh dia telah membangkitkan keterlelapan kaum Muslim. Jika Imam Husain bertujuan untuk mendapatkan Kerajaan Duniawi, pastilah ia tidak akan melakukan perjalanan (ke Karbala) seperti yang telah ia lakukan. Husain telah berkubang darah dan debu demi Kebenaran. Sungguh dia, karenanya telah menjadi batu pijakan bagi keyakinan kaum Muslim: Laa ilaha illah Allah (Tiada tuhan kecuali Allah).” (Sir Muhammad Iqbal)
“Dia memberikan kepalanya, tetapi dia tidak memberikan tangannya di atas tangan Yazid. Sungguh, Husain adalah pondasi Laa ilaha illa Allah. Husain adalah pemimpin dan dialah pemimpin dari segala pemimpin. Husain sendiri adalah Islam dan dialah yang telah melindungi Islam. Walaupun dia telah memberikan kepalanya (demi Islam) tetapi dia tidak sudi memberikan janji setianya kepada Yazid. Itulah karenanya, (saya katakan) Husain adalah peletak pondasi “Tiada tuhan kecuali Allah!” (Khwaja Moinuddin Chisti)
“Tidak ada pertempuran di dalam peradaban modern maupun sejarah manusia pada masa lalu, yang telah mendapatkan perhatian dan simpati serta kekaguman yang lebih besar dan juga telah memberikan pelajaran yang lebih banyak daripada kesyahidan Husain di pertempuran Karbala.” (Antoine Bara)
“Saya belajar dari Husain bagaimana
bersikap ketika diperlakukan secara tidak adil dan bagaimana menjadi pemenang!”
(Mahatma Ghandi)
sumber:http://donhasan.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar