Bahwa meskipun hawa nafsu mempunyai daya
yang sangat kuat dan berpevan aktif serta efektif dalam kehidupan
manusia, tapi kehendaknya untuk menyempurnakan, mematangkan dan
menonjolkan peran akal tidak pernah terampas. Hal itu disebabkan oleh
karena manusia terdiri dari akal dan hawa nafsu.
Manusia selalu berada dalam tarik-menarik
kedua faktor ini. Fluktuasi keduanya berakibat langsung pada manusia.
Semuanya, sebenarnya, bergantung pada manusianya sendin dalam sejauh
mana mengfungsikan atau medisfungsikan akal dalam kehidupannya.
Manusia berbeda sekali dengan binatang.
Binatang tidak mempunyai akal yang bisa mengatur dunianya;
langkah-langkahnya secara total dikemudikan oleh hawa nafsu. la
sepenuhnya tunduk padanya dan sikapnya termanifestasi melalui faktor
hawa nafsu saja.
Imam Ali as berkata: “Allah
menganugerahkan akal yang tak berunsur syahwat kepada inalaikat, syahwat
tanpa unsur akal pada binatang, dan keduanya (akal dau syahwat) kepada
anak cucu Adam. Karenanya, siapa yang akalnya bisa mengalahkan
syahwatnya, maka dia lebih baik daripada malaikat dan siapa yang
syahwatnya mengalahkan akalnya, maka dia lebih buruk daripada binatang.”
sumber: http://sipencariilmu.wordpress.com
sumber: http://sipencariilmu.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar