Abu Bakar Ash-Shiddiq
Lahir
|
Abdullah
bin Abi Quhaifah
Mekkah, Jazirah Arab (Sekarang Saudi Arabia) |
Meninggal
|
|
Tempat peristirahatan
|
Madinah,
Jazirah Arab
|
Nama panggilan
|
'Abu Bakar Ash-Shiddiq'
|
Dikenal karena
|
Sahabat Nabi
Muhammad
|
Agama
|
.
Abu Bakar (bahasa Arab: أبو بكر الصديق, Abu
Bakr ash-Shiddiq) (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H) termasuk di antara mereka yang paling
awal memeluk Islam.
Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi khalifah Islam
yang pertama pada tahun 632
hingga tahun 634 M.
Lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhafah, ia adalah satu diantara
empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi
petunjuk. .
Abu Bakar Ash-Shidiq Nama lengkapnya adalah 'Abd Allah ibn 'Utsman bin Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr al-Quraishi at-Tamimi'. Bertemu nasabnya dengan nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani Taim.
Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah Abdul
Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Muhammad menjadi
Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Muhammad
memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang berkata benar') setelah Abu Bakar
membenarkan peristiwa Isra Miraj yang diceritakan
oleh Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan nama
"Abu Bakar ash-Shiddiq".
|
|
Kehidupan sebelum Muhammad
Abu Bakar dilahirkan di kota Mekkah dari
keturunan Bani Tamim (Attamimi), sub-suku bangsa Quraisy.
Beberapa sejarawan Islam mencatat ia adalah seorang pedagang, hakim dengan
kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercaya sebagai orang yang
bisa menafsirkan mimpi.
Era bersama Nabi
Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, ia pindah dan hidup
bersama Abu Bakar. Saat itu Muhammad menjadi tetangga Abu Bakar. Sama seperti
rumah Khadijah, rumahnya juga bertingkat dua dan mewah[rujukan?]. Sejak saat itu mereka
berkenalan satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama, pedagang dan ahli
berdagang.
Memeluk Islam
Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad
kepada perorangan, dituliskan bahwa Abu bakar masuk Islam setelah diajak oleh
Nabi[1]
Abubakar kemudian [dakwah|mendakwahkan] ajaran Islam kepada Utsman bin Affan,
Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam,
Saad bin Abi Waqas dan
beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.
Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima Islam sebagai agama
sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi
Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abd Rahman bin Abu Bakar, sehingga ia dan
'Abd Rahman berpisah.
Penyiksaan oleh Quraisy
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk
Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk
Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun,
penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak.
Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga
dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong
Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya
kemudian memberinya kemerdekaan.
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi
Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang
menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan.
Anak perempuannya, Aisyah
menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.
Menjadi Khalifah
Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang
ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya,
banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan
posisinya. Segera setelah kematiannya, dilakukan musyawarah di kalangan para
pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan
penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah
Islam pada tahun ((632)) M.
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi
sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah adalah subyek yang
sangat kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana
umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni
dan Syi'ah.
Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang
menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri
sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk
penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Muhammad mengedepankan musyawarah
untuk penunjukan pemimpin.sementara muslim syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam
hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dll, tidak
pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah
kepemimpinan umat terahir. Banyak hadits
yang menjadi rujukan dari kaum Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah
sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin islam yang dua belas.
Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut,
Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar
dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni
menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali menjadi
pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa
Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma, mengingat ia berbaiat
setelah sepeninggal Fatimah istrinya yang berbulan bulan lamanya dan setelah
itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.
Perang Ridda
Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah
yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu
muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan
sistem yang ada. Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak
menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan
tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa
hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya
tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap
mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan
terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal
dengan nama Musailamah Al-Kazab
(Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru
menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran
Akraba oleh Khalid bin Walid.
Ekspedisi ke utara
Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara
penuh menguasai Arab, Abu Bakar memerintahkan para jenderal Islam melawan
kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid. Khalid bin Walid
menaklukkan Irak
dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih
sukses.
Al-Qur'an
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian
teks-teks tertulis Al Qur'an. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat
sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghafal Al Qur'an
yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk
mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat
Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran Al-quran dari para
penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti
tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini maka kemudian
disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar
bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri
dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan
koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an yang dikenal saat ini.
Kematian
Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di
Madinah
karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah
putrinya Aisyah di dekat masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad.
Referensi
1.
^ Dakwahnya Nabi saw kepada Abubakar,Malaulana
Yusufrah,menulis, Diriwayatkan oleh Abu Hasan Al-Athrabulusi ,sebagaimana
disebutkan dalam Al-Bidayah .3/29 dari Aisyah r.ha,ia berkata_Sejak zaman
jahiliyah ,Abubakar adalah kawan Rasulullah saw. Pada suatu hari ,dia hendak
menemui Rosulullah saw,ketika bertemu dengan Rosulullah saw ,dia berkata_Wahai
Abul Qosim(panggilan Nabi), ada apa denganmu ,sehingga engkau tidak terlihat di
majelis kaummu dan orang -orang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk
tentang nenek moyangmu dan lain lain lagi?,Rasulullah saw bersabda,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah swt dan aku mengajak kamu kepada Allah
swt.,setelah selesai Rosulullah saw berbicara ,Abu Bakar pun langsung masuk
Islam.Melihat keislamannya itu beliau gembira sekali ,tidak ada seorangpun yang
ada di antara kedua
Umar bin Khattab
Lahir
|
Umar bin Khattab
Mekkah, Jazirah Arab (Sekarang Saudi Arabia) |
Meninggal
|
|
Tempat
peristirahatan
|
Madinah,
Jazirah Arab
|
Dikenal karena
|
Sahabat Nabi Muhammad
|
Agama
|
Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab (581 - November 644) (bahasa Arab:عمر ابن الخطاب) adalah salah
seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga adalah khalifah
kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan
satu diantara empat orang Khalifah yang digolongkan sebagai Khalifah yang
diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin).
Umar dilahirkan di kota
Mekkah
dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy,
suku terbesar di kota
Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan
ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh
Muhammad yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara
kebenaran dan kebatilan.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas
menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu
yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi
juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang
sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang
dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur putrinya
hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar.
Setelah memeluk Islam di bawah Muhammad, Umar dikabarkan menyesali perbuatannya
dan menyadari kebodohannya saat itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Aku
menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir
janggutku".
Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat,
beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum
anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan
larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas.
Memeluk Islam
Ketika Muhammad
menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati
terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui
bahwa Umar adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan
Umar yang memang sudah mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli
strategi perang dan seorang prajurit yang sangat tangguh pada setiap peperangan
yang ia lalui. Umar juga dicatat sebagai orang yang paling banyak dan paling
sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut Muhammad.
Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Muhammad,
Umar memutuskan untuk mencoba membunuh Muhammad, namun saat dalam perjalanannya
ia bertemu dengan salah seorang pengikut Muhammad bernama Nu'aim bin Abdullah
yang kemudian memberinya kabar bahwa saudara perempuan Umar telah memeluk
Islam, ajaran yang dibawa oleh Muhammad yang ingin dibunuhnya saat itu. Karena
berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan maksud untuk
menghukum adiknya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu sedang
membaca Al Qur'an
(surat Thoha),
ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul saudarinya. Ketika melihat
saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar
bacaan tersebut dapat ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa
yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan
memeluk Islam, tentu saja hali iang selama ini selalu membelanyani membuat
hampir seisi Mekkah terkejut karena seseorang yang terkenal paling keras
menentang dan paling kejam dalam menyiksa para pengikut Muhammad kemudian
memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya Umar dikucilkan dari
pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh para
petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu membelanya.
Kehidupan di Madinah
Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Muhammad dan
pemeluk Islam lain berhijrah
(migrasi) (ke Yatsrib
(sekarang Madinah)
. Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Pada
tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad. Ia dianggap sebagai
seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain
reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal
sebagai orang terdepan yang selalu membela Muhammad dan ajaran Islam pada
setiap kesempatan yang ada bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya
yang dulu bersama mereka ia ikut menyiksa Muhammad dan para pengikutnya.
Kematian Muhammad
Pada saat kabar kematian Muhammad pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10
Hijriah) di Madinah sampai kepada umat Muslim secara keseluruhan, Umar
dikabarkan sebagai salah seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia
menghambat siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Akibat
syok yang ia terima, Umar berkeras bahwa Muhammad tidaklah wafat melainkan
hanya sedang tidak sadarkan diri, dan akan kembali sewaktu-waktu. [1]
Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah,
Ia menjumpai Umar sedang menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan
(|cquote! :"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad,
Muhammad sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah
hidup selalu tak pernah mati."! |)
Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam
yang sedang terguncang, termasuk Umar saat itu, bahwa Muhammad, seperti halnya
mereka, adalah seorang manusia biasa, Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari
Al Qur'an [2]
yan mencoba untuk mengingatkan mereka kembali kepada ajaran yang diajarkan
Muhammad yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah peristiwa itu Umar
menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
kekhalifahan Abu Bakar
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah,
Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Ssetelah meninggalnya Abu Bakar
pada tahun 634,
Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah
Islam.
Menjadi khalifah
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh
dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari
tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid)
serta mengambil alih Mesir, Palestina,
Syria, Afrika Utara
dan Armenia
dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan
Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah
pimpinan Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang
menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus
pada tahun 636, 20
ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai
70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil
bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan
atas pasukan Persia
dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat.
Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas
mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang
terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama
terhadap Yerusalem,
pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk
memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of
the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak
membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat
ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara
administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun
sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan
diselenggarakannya sensus
di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk
memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi
di Medinah.
Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana,
alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia
tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat
kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya
mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Beliaupun memiliki 5 keutamaan diantaranya :
1. Telah disebutkan dalam beberapa hadits shahih
bahwa ‘ Umar radhiallohu anhu termasuk penghuni surga. 2. Seorang yang
disegani, hingga setan akan lari jika ber-papasan dengan beliau. 3. Kemuliaan ‘
Umar radhiallohu anhu tak hanya sebatas pada keberaniannya, tetapi juga pada
kebenaran dirinya. 4. Ia adalah salah satu orang yang mendapatkan ilham dari
Alloh subhanahu wa ta’ ala. 5. Salah satu sebab kejayaan Islam.
Kematian
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz),
seorang budak yang fanatik pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah
orang Persia
yang masuk Islam
setelah Persia
ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu
Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia,
yang saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada
hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah
dipegang oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat
yaitu[rujukan?]:
- Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
- Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
- Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah ALLAH SWT. Karena tiada seorang manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain ALLAH SWT.
- Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
- Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
- Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan mencarinya.
Catatan kaki
1.
^ (Hayatu Muhammad, M Husain
Haikal)
2.
^ "Muhammad itu tidak lain
hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.
Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan
mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur." (surat Ali 'Imran
ayat 144)
gunung di Mekkah yang merasa gembira melebihi kegembiraan
beliau.Kemudian Abubakar menemui Utsman bin Affan,Thalhah bin Ubaidillah,Zubair
bin Awwam,dan Saad bin Abi Waqas r.hum,mengajak mereka untuk masuk
Islam.Lalu,merekapun masuk Islam.Hari berikutnya Abu bakar menemui Utsman bin
Mazhum,Abu Ubaidah bin Jarrah,Abdurarahman bin Auf,Abu Salamah bin Abdul
Saad,dan Arqam bin Abil Arqam r.hum,juga mengajak mereka untuk masuk Islam,dan
mereka semua juga masuk Islam.
Utsman bin Affan
Lahir
|
Utsman bin Affan
574 Ta'if, Jazirah Arab (Sekarang Saudi Arabia) |
Meninggal
|
|
Tempat
peristirahatan
|
Madinah,
Jazirah Arab
|
Dikenal karena
|
Sahabat Nabi Muhammad
|
Agama
|
Utsman bin Affan (bahasa Arab: عثمان بن عفان, 574 – 656 / 12 Dzulhijjah
35 H; umur 81–82 tahun)[1]
adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang termasuk Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Utsman adalah
seorang yang saudagar yang kaya tetapi sangatlah dermawan. Ia juga berjasa
dalam hal membukukan Al-Qur'an.
Ia adalah khalifah
ketiga yang memerintah dari tahun 644
(umur 69–70 tahun) hingga 656
(selama 11–12 tahun). Selain itu sahabat nabi yang satu ini memiliki sifat yang
sangat pemalu.
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga
khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya
dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang
diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan
Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena
Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah dan
Ummu Kaltsum.
Kelahiran
Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan
Bani Umayyah.
Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu
Bakar dan termasuk golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang
pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai
pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin. Diriwayatkan
oleh Imam Muslim
bahwa Aisyah
bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar
masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun
biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk
engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab,
“Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah
Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam,
Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy
reda. Tak lama tinggal di Mekah,
Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim
oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman
diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan
beribadah di Ka'bah,
lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan
berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat
walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor
kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama
dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan
kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki
suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan
rakyat umum.[2]
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan
1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khattab
sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilik khalifah
selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan,
Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam
dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi
Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga
hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung
memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70
tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari
beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi
khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.
ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan
perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin
ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). ia mencetuskan ide
polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan
mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian,
menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes,
dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah
saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti
gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan
orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati
pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah.
Kematian
Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak
selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Beliau diberi 2
ulimatum oleh pemberontak, yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman
mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk
tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada
bulan Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan
membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang
disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya.
peristiwa pembunuhan usman berawal dari pengepungan rumah usman oleh para
pemberontak selama 40 hari.usman wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah
35 H.[3]
Ia dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.
Ali bin Abi Thalib
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab,
pada tanggal 13 Rajab.
Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian
Muhammad, sekitar tahun 599
Masehi atau 600(perkiraan).
Muslim Syi'ah
percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah.
Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat
menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan
32 tahun. Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib,
paman Nabi Muhammad SAW.
Haydar yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib
untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di
antara kalangan Quraisy
Mekkah.
Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar,[rujukan?] Nabi SAW memanggil
dengan Ali yang berarti Tinggi(derajat di sisi Allah).
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan
keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu. Kelahiran Ali
bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena beliau
tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib
memberi kesempatan bagi Nabi SAW bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya
putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib
yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil hingga dewasa, sehingga sedari
kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.
Dalam biografi asing (Barat), hubungan Ali kepada Nabi Muhammad SAW
dilukiskan seperti Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya)
kepada Yesus (Nabi Isa).
Dalam riwayat-riwayat Syi'ah dan sebagian riwayat Sunni, hubungan tersebut
dilukiskan seperti Nabi Harun kepada Nabi Musa.
Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat
lama seperti Ibnu Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang
mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali
berusia sekitar 10 tahun.
Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak
belajar langsung dari Nabi SAW karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu
dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga beliau menjadi menantu Nabi. Hal
inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran
tertentu masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf
lebih suka menyebut istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf
yang diajarkan Nabi khusus kepada beliau tapi tidak kepada Murid-murid atau
Sahabat-sahabat yang lain.
Karena bila ilmu Syari'ah
atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah maupun kemasyarakatan
semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya,
sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu
dengan kapasitas masing-masing.
Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua
aspek ilmu Islam baik aspek zhahir (exterior) atau syariah dan bathin
(interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang sangat
cerdas, berani dan bijak.
Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah ke Madinah
Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui
orang-orang Quraisy
yang akan menggagalkan hijrah Nabi. Beliau tidur menampakkan kesan Nabi yang
tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur,
sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh Nabi yang telah meloloskan diri ke
Madinah bersama Abu Bakar.
Kehidupan di Madinah
Perkawinan
Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah,
Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra
yang banyak dinanti para pemuda. Nabi menimbang Ali yang paling tepat dalam
banyak hal seperti Nasab keluarga yang se-rumpun (Bani Hasyim),
yang paling dulu mempercayai ke-nabi-an Muhammad
(setelah Khadijah), yang selalu belajar di bawah Nabi
dan banyak hal lain.
Ketika Muhammad mencari Ali menantunya, ternyata
Ali sedang tidur. Bagian atas pakaiannya tersingkap dan debu mengotori
punggungnya. Melihat itu Muhammad pun lalu duduk dan membersihkan punggung Ali
sambil berkata, "Duduklah wahai Abu Turab, duduklah." Turab
yang berarti debu
atau tanah
dalam bahasa Arab.
Julukan tersebut adalah julukan yang paling disukai oleh Ali.
[sunting] Pertempuran yang diikuti pada masa Nabi saw
[sunting] Perang Badar
Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang
Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di sini Ali betul-betul menjadi
pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi. Banyaknya Quraisy
Mekkah
yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tapi semua sepakat beliau
menjadi bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun.
[sunting] Perang Khandaq
Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian
Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin Abdi Wud . Dengan satu tebasan
pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua
bagian.
[sunting] Perang Khaibar
Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat
perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari
Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan Yahudi
yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh, biasa disebut dengan perang
Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi saw
bersabda:
"Besok,
akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia
akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya.
Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya".
Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk
mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, temyata Ali bin Abi Thalib
yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan
berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu
menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.
[sunting] Peperangan lainnya
Hampir semua peperangan beliau ikuti kecuali
perang Tabuk karena mewakili nabi Muhammad
untuk menjaga kota Madinah.
Setelah Nabi wafat
Sampai disini hampir semua pihak sepakat tentang
riwayat Ali bin Abi Thalib, perbedaan pendapat mulai tampak ketika Nabi Muhammad
wafat. Syi'ah
berpendapat sudah ada wasiat (berdasar riwayat Ghadir Khum)
bahwa Ali harus menjadi Khalifah bila Nabi SAW wafat. Tetapi Sunni tidak sependapat,
sehingga pada saat Ali dan Fatimah masih berada dalam suasana duka orang-orang
Quraisy bersepakat untuk membaiat Abu Bakar.
Menurut riwayat dari Al-Ya'qubi dalam kitab
Tarikh-nya Jilid II Menyebutkan suatu peristiwa sebagai berikut. Dalam perjalan
pulang ke Madinah seusai menunaikan ibadah haji ( Hijjatul-Wada'),malam hari
Rasulullah saw bersama rombongan tiba di suatu tempat dekat Jifrah yang dikenal
denagan nama "GHADIR KHUM." Hari itu adalah hari ke-18 bulan
Dzulhijah. Ia keluar dari kemahnya kemudia berkhutbah di depan jamaah sambil
memegang tangan Imam Ali Bin Abi Tholib r.a.Dalam khutbahnya itu antara lain
beliau berkata : "Barang siapa menanggap aku ini pemimpinnya, maka
Ali adalah pemimpinnya.Ya Allah, pimpinlah orang yang mengakui kepemimpinannya
dan musuhilah orang yang memusuhinya"
Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah tentu
tidak disetujui keluarga Nabi Ahlul Baitdan pengikutnya. Beberapa riwayat berbeda pendapat
waktu pem-bai'at-an Ali bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar
sebagai Khalifah
pengganti Rasulullah.
Ada yang meriwayatkan setelah Nabi dimakamkan, ada yang beberapa hari setelah
itu, riwayat yang terbanyak adalah Ali mem-bai'at Abu Bakar
setelah Fatimah meninggal, yaitu enam bulan setelah
meninggalnya Rasulullah demi mencegah perpecahan dalam ummat. Ada yang
menyatakan bahwa Ali belum pantas untuk menyandang jabatan Khalifah
karena umurnya yang masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa kekhalifahan
dan kenabian sebaiknya tidak berada di tangan Bani Hasyim.
Sebagai khalifah
Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan
mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah
membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu
menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi
Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam
dan Talhah bin Ubaidillah
memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali
satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya
dipilih melalui cara yang berbeda-beda.
Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama
sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa
pemerintah Khalifah
sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang
saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Perang Jamal. 20.000
pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam,
Talhah bin Ubaidillah, dan
Ummul mu'minin
Aisyah binti Abu Bakar, janda Rasulullah.
Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.
Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan
yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena
fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh
Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh
hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan,
menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang
tersebut. Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga
akhir pemerintahannya. Perang Shiffin yang
melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut.
Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer
dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena
kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di
usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam,
seseorang yang berasal dari golongan Khawarij
(pembangkang) saat mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali
menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah.
Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf,
bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.
Keturunan
Ali memiliki delapan istri setelah meninggalnya Fatimah az-Zahra[1]
dan memiliki keseluruhan 36 orang anak. Dua anak laki-lakinya yang terkenal,
lahir dari anak Nabi Muhammad, Fatimah,
adalah Hasan dan Husain. Keturunan Ali melalui Fatimah dikenal
dengan Syarif atau Sayyid,
yang merupakan gelar kehormatan dalam Bahasa Arab,
Syarif berarti bangsawan dan Sayyed berarti tuan.
Sebagai keturunan langsung dari Muhammad, mereka dihormati oleh Sunni dan
Syi'ah. Menurut riwayat, Ali bin Abi Thalib memiliki 36 orang anak yang terdiri
dari 18 anak laki-laki dan 18 anak perempuan. Sampai saat ini keturunan itu
masih tersebar, dan dikenal dengan Alawiyin atau Alawiyah. Sampai saat ini keturunan Ali bin Abi Thalib
kerap digelari Sayyid.
Anak laki-laki
|
Anak perempuan
|
Zainab al-Kubra
|
|
Zainab al-Sughra
|
|
Abbas al-Akbar (dijuluki Abu
Fadl)
|
Ramlah al-Kubra
|
Abdullah al-Akbar
|
Ramlah al-Sughra
|
Ja'far al-Akbar
|
Nafisah
|
Utsman al-Akbar
|
Ruqaiyah al-Sughra
|
Muhammad al-Ashghar
|
Ruqaiyah al-Kubra
|
Abdullah al-Ashghar
|
Maimunah
|
Abdullah (yang dijuluki Abu Ali)
|
Zainab al-Sughra
|
‘Aun
|
Ummu Hani
|
Yahya
|
Fathimah al-Sughra
|
Muhammad al-Ausath
|
Umamah
|
Utsman al-Ashghar
|
Khadijah al-Sughra
|
Abbas al-Ashghar
|
Ummu al-Hasan
|
Ja'far al-Ashghar
|
Ummu Salamah
|
Umar al-Ashghar
|
Hamamah
|
Umar al-Akbar
|
Ummu Kiram
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar