Setiap kali bulan Muharram tiba, para pecinta Rasulullah saw. dan
pengikut setia Ahlulbait as. di seluruh penjuru dunia memperingati
kesyahidan Imam Husain as.; cucu terkasih Nabi Muhammad saw. Mereka
meperingatinya dengan membaca kembali sejarah tragedi Karbala yang
sangat memilukan dan menyayat hati setiap yang orang yang memliki nurani
sehat… Mereka mencucurkan air mata kesedihan, meratapi kesyahidan Imam
Husain as. dan kekejaman yang dilakukan oleh pasukan munafik yang biadab
terhadap keluarga dan keturunan Nabi saw.!
Namun di balik sana, ada sekelompok yang menamakan dirinya sebagai
umat Nabi Muhammad saw. namun mereka merayakannya sebagai hari kejayaan
Islam dan kemenangan sang Khalifah Amirul Mukminin Yazid putra Mu’awiyah
putra Abu Sufyan yang telah membantai keluarga suci Nabi Muhammad saw.!
Hari Asyûrâ’ menjadi hari penuh kebahagiaan bagi bani Umayyah dan
pengikut mereka! Lalu sebagian kaum Muslimin tertipu oleh kepalsuan
propaganda sesat bani Umayyah.
Dalamkesempatan ini, kami hanya akan mencari tau akar dan asal
muasslam tradisi masyrû’iyyah menangisi kesyahidan Imam Husain as.?
hanya itu sementara yang saya ningin terlusuri… mengingat ada sebagian
anggapan yang salah dengan menuduuhnya sebagai tradisi buruk yang
dilarang dalam Islam!
Nabi saw. lah yang Mencontohkan Dan Mengajarkan Kepada Umat Islam Dimasyrû’kannya Menangisi Imam Husain as.!
Dalam banyak hadis shshih disebutkan bahwa sesaat setelah Imam Husain
as. lahir dan dibawakan kepangkuan suci Nabi saw. beliau menggendongnya
dan mengumandangkan adzan di telinga kanan Husain dan iqamah di telinga
kirinya… Setelahnya beliau saw. meneteskan air meta kesedihan atas cucu
tercintanya tersebut.. ketika ditanya mengapa beliau menangis, beliau
menjawab bahwa Malaikat Jibril as. baru saja mengabarkan kepada beliau
bahwa cucu tercintanya ini krlak akan dibantai oleh sekawanan orang yang
mengaku sebagai umatnya… beliau bersabda bahwa mereka tidak akan
mendapakan syafa’at beliau.
Hadis-hadis tentang masalah ini sangat banyak jadi tidak mungkin
disebutkan seluruhnya di sini. Tetapi paling tidak satu hadis dapat
meyakinkan kita jika kita memang beriman kepada kesucian sunnah Nabi
saw.
Para ulama meriwayatkan bahwa: Ketika Husain as. lahir, Nabi saw.
berkata kepaqda Asmâ’, “Hai Asmâ’, bawakan kemari putraku!” Lalu aku
bawakan dia kepada beliau dalam kain selimut berwarna putih, beliau
mengumandangkan adzan di telinga kanan Husain dan iqamah di telinga
kirinya, setelahnya beliau meletakkannya di pangkuannya dan beliau
menangis.
Asmâ’ berkata, “Semoga ayah dan ibuku sebagai tebusan bagi Anda, mengapa Anda menangis?”
Beliau saw. bersabda, “Aku menangisi putraku ini.”
Aku berkata, “Bukankah ia baru saja lahir. Ini adalah saat gembira, lalu bagaimana ANda menangis?”
Beliau saw. bersabda, “Hai Asmâ’ ia akan dibunuh oleh Fi’atun
bâghiyah (kelompok pembangkang). Semoga Allah tidak memberi mereka
syafa’atku.”
Lalu beliau bersabda kepada Asmâ’, “Hai Asmâ’ jangan engkau kabarkan
berita ini kepada putriku Fatimah, ia baru saja melahirkannya.”[1]
[1] Banyak sekali rujukan yang menjadi sumber hadis di atas, di antaranya Jawâhir al Aqdain; as Samhudi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar