Selasa, 19 Agustus 2014

BUKTI-BUKTI KEBENARAN PASCA SYAHADAH (Al-Husain)


 


Orang zalim sekuat apapun dia, sebanyak apapun pendukungnya dan selama apapun masa kekuasaannya, dia tetaplah lemah. Sebab Allah SWT, pemilik kekuatan mutlak, yang berhadapan langsung dengannya. Dialah yang selalu mengawasi gerak-gerik orang-orang zalim dan durjana, lalu mengazab mereka dan menurunkan atas mereka segala macam bencana baik di dunia maupun di akhirat.
 
Demikianlah hukum dan ketentuan yang Allah perlihatkan kepada mereka yang menzalimi Al-Husain as., membantai dan menginjak-injak kehormatannya. Allah telah menghukum mereka di dunia dengan siksaan dan derita. Dan kelak di hari kiamat azab yang akan mereka rasakan jauh lebih pedih.
Allah SWT selalu menolong mereka yang dizalimi karena memperjuangkan kebenaran dan demi tegaknya kalimatullah. Karenanya Allah menampakkan kezaliman yang mereka alami di dunia sedang mereka berada di jalan yang benar dan musuh-musuh mereka berada di kedalaman neraka, mereka kekal di dalamnya. Sungguh tempat adalah seburuk-buruk tempat kembali.
Setelah kematian Al-Husain as., Allah SWT menunjukkan banyak bukti kebenaran yang disaksikan dan diyakini oleh semua orang. Hal itu menunjukkan bahwa Al-Husain as. terbunuh di jalan kebenaran. Kedudukan beliau di sisi Allah adalah kedudukan yang tinggi. Beliau dan para sahabatnya mendapatkan tempat yang mulia di sisi-Nya. Karena itu, peristiwa yang mereka alami, nama dan jalan yang mereka tempuh tetap hidup sepanjang masa. Orang-orang yang berjiwa merdeka di dunia akan terus mengikuti apa yang mereka perjuangkan, sepanjang zaman, dan akan tetap abadi sampai Allah mengizinkan Al-Qaim Al-Mahdi as. untuk muncul dan menuntut balas kematian beliau.
Disini kami sebutkan beberapa bukti kebenaran yang terlihat setelah syahadah Al-Husain as. yang kami nukil dari buku-buku rujukan stantard kaum muslimin:
Kepala suci Al-Husain as. yang berada di ujung tombak berbicara dengan membawakan ayat-ayat suci Al-Quran dan lainnya.
Miftahu Al-Naja fi Manaqibi Aali Al-'Abahal. 145, Al-Khashaishu Al-Kubra 2 hal. 127, Al-Kawakibu Al-Durruiyyah hal. 57, Is'afu Al-Raghibin hal. 218, Nuuru Al-Abshar hal. 125, dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 452-453.
Al-Husain as. melemparkan darah ke atas dan tak setetespun yang jatuh ke tanah
Kifayatu Al-Thalibhal. 284 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 454.
Pada hari Al-Husain as. terbunuh, langit meneteskan hujan darah sehingga semua orang pada keesokan harinya mendapati apa yang mereka miliki telah dipenuhi oleh darah. Darah itu membekas pada baju-baju mereka beberapa waktu lamanya, hingga akhirnya terkoyak-koyak. Warna merah darah terlihat di langit pada hari itu. Peristiwa tersebut hanya pernah terjadi saat itu saja.
Maqtalu Al-Husain 2 hal. 89, Dzakhairu Al-'Uqba hal. 144, 145 dan 150, Tarikhu Dimasyq -seperti yang disebutkan di muntakhab (ringkasan)nya- 4 hal. 339, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 116 dan 192, Al-Khashaishu Al-Kubra hal. 126, Wasilatu Al-Maal hal. 197, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 320 dan 356, Nuuru Al-Abshar hal. 123, Al-Ithaf bi Hubbi Al-Asyraf hal. 12, Tarikhu Al-Islam 2 hal 349, Tadzkiratu Al-Khawash hal. 284, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 220 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 458-462.
Pada hari Al-Husain as. terbunuh, tak ada satu batupun di dunia yang diangkat kecuali di bawahnya terdapat darah segar mengalir
Tadzkiratu Al-Khawash hal. 284, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 220, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 320 dan 356, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 349, Kifayatu Al-Thalib hal. 295, Al-Ithaf fi Hubbi Al-Asyraf hal. 12, Is'afu Al-Raghibin hal. 215, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 116 dan 192, Miftahu Al-Naja - tulisan tangan -, Tafsir Ibnu Katsir 9 hal. 162, Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 462 dan 481-483.
Ketika kepala Al-Husain as. dibawa ke istana Ubaidillah bin Ziyad, orang ramai melihat dinding-dinding mengalirkan darah segar.
Dzakahiru Al-'Uqbahal. 144, Tarikhu Dimasyq seperti yang disebutkan dalam muntakhab-nya 4 hal. 339, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 192, Wasilatu Al-Maal hal. 197, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 322, dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 463.

Ketika Al-Husain as. terbunuh, selama beberapa hari, lagit memerah bagai segumpal darah.
Al-Mu'jamu Al-Kabirhal. 145, Majma'u Al-Zawaid 9 hal. 196, Al-Khashaishu Al-Kubra 2 hal. 127 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 464.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, selama tujuh hari, orang-orang ketika melakukan salat Ashar, mereka melihat matahari berwarna merah darah dari celah-celah tembok. Merekapun menyaksikan bintang-bintang saling bertabrakan satu dengan yang lain.
Al-Mu'jamu Al-Kabirhal. 146, Majma'u Al-Zawaid 9 hal. 197, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 348, Siyaru A'lami Al-Nubala' 3 hal. 210, Tarikhu Al-Khulafa' hal. 80, Al-Shawaiqu Al-Muhariqah hal. 192, Is'afu Al-Raghibin hal. 251, dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 465-466.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, selama dua atau tiga bulan orang-orang banyak menyaksikan tembok-tembok yang bagai dicat darah, mulai dari waktu salat subuh hingga terbenamnya matahari.
Tadzkiratu Al-Khawashhal. 284, Al-Kamil fi Al-Tarikh 3 hal. 301, Al-Bidayatu wa Al-Nihayah 8 hal. 171, Al-Fushulu Al-Muhimmah hal. 179, Akhbaru Al-Duwal hal. 109 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 466-467.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, di sudut-sudut langit terlihat warna warna kemerahan. Warna merah itu menandakan bahwa langit tengah menangis. Sewaktu pasukan musuh membagi-bagikan sejenis tumbuhan berwarna kuning milik Al-Husain as., tumbuhan itu berubah menjadi abu. Dan sewaktu mereka menyembelih seekor unta yang dirampas dari kamp Al-Husain as., mereka menemukan sejenis kayu di dagingnya.
Maqtalu Al-Husain 2 hal. 90, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 348, Siyaru A'lami Al-Nubala' 3 hal. 311, Tafsir Ibnu Katsir 9 hal. 162, Tahdzibu Al-Tahdzib 2 hal. 353, Tarikhu Dimasyq 4 hal. 339, Al-Mahasinu wa Al-Masaw.i hal. 62, Tarikhu Al-Khulafa' hal. 80 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 467-469.
Ufuk langit berwarna kemerahan setelah kematian Al-Husain as. yang menampakkan warna darah. Hal itu berlangsung selama enam bulan.
Tarikhu Al-Islam 2 hal. 348, Siyaru A'lami Al-Nubala' 3 hal. 210, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 192, Majma'u Al-Zawaid 9 hal. 197, Tarikhu Al-Khulafa' hal. 80, Mifathu Al-Naja -tulisan tangan-, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 322, Is'afu Al-Raghibin hal. 215 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 469-470.
Langit tak pernah berwarna merah darah, sampai terjadinya pembantaian atas diri Al-Husain as. Di negeri Rumawi, selama empat bulan, tak ada seorang wanitapun yang mengalami menstruasi kecuali berwarna putih. Kaisar Rumawi segera berkirim surat kepada penguasa Arab dan mengatakan, "Kalian pasti telah membunuh seorang Nabi atau putra Nabi.
Al-Mu'jamu Al-Kabirhal. 146, Maqtalu Al-Husain 2 hal. 90, Al-Mahasinu wa Al-Masawi hal. 62, Tarikhu Dimasyq 4 hal. 339, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 348, Siyaru A'lami Al-Nubala' 3 hal. 211, Al-Shawaiqu Al-Muhariqah hal. 192, Majma'u Al-Zawaid 9 hal. 197, Muntakhabu Kanzi Al-'Ummal -dicetak di pinggir Musnad- 5 hal. 112, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 322, dan 356, Mifathu Al-Naja -tulisan tangan- dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 471-473.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, selama tiga hari dunia menjadi gelap gulita, lalu terang kembali dan terlihat warna kemerahan di langit. Tidak ada seorangpun yang menyentuh za'faron Al-Husain as., kecuali terbakar.
Tadzkiratu Al-Khawashhal. 283, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 192, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 220, Miftahu Al-Naja -tulisan tangan-, Nuuru Al-Abshar hal. 123, Tarikhu Dimasyq 4 hal. 339, Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 474-475.
Langit tidak pernah menangisi siapapun juga kecuali dua orang: Yahya bin Zakaria dan Al-Husain bin Ali as. Tangisan langit adalah ketika ia memerah hingga mirip bunga mawar yang dibubuhi minyak sampai mengkilat.
Tarikhu Dimasyq 4 hal. 339, Kifatayu Al-Thalib hal. 289, Siyaru A'lami Al-Nubala' 3 hal. 210, Tadzkiratu Al-Khwash hal. 283, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 220, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 192, Miftahu Al-Naja -tulisan tangan-, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 322, Nuuru Al-Abshar hal. 123, Tafsir Al-Quran karya Ibnu Katsir 9 hal. 162 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 476-478.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, terjadilah gerhana matahari total yang menyebabkab bintang-bintang terlihat di siang hari dan orang-orang menyangkanya matahari.
Al-Mu'jamu Al-Kabirhal. 145, Kifayatu Al-Thalib hal. 296, Maqtalu Al-Husain 2 hal. 89, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 220, Majma'u Al-Zawaid 9 hal. 197, Al-Ithaf fi Hubbi Al-Asyraf hal. 12, Is'afu Al-Raghibin hal. 111, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 321 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 479-480.
Sesaat setelah Al-Husain as. terbunuh, warna langit menghitam pekat sekali. Lalu bintang-bintang bermunculan di siang hari, sampai-sampai bintang kembar terlihat di waktu sore. Segumpal tanah berwarna merah jatuh dari atas. Langit terlihat berwarna merah bagai darah selama tujuh hari tujuh malam.
Tarikhu Dimasyq 4 hal. 339 dan Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 116.
Pada hari Al-Husain as. terbunuh, tak ada satupun batu di Syam dan Baitul Maqdis yang diangkat kecuali di bawahnya terdapat darah yang masih segar.
Al-Mu'jamu Al-Kabirhal. 145, Dzakhiru Al-'Uqba hal. 145, Al-Unsu Al-Jalil hal. 252, Wasilatu Al-Maal hal. 197, Tahdzibu Al-Tahdzib 2 hal. 353, Kifayatu Al-Thalib hal. 296, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 348, Siyaru A'lami Al-Nubala' 3 hal. 212, Maqtalu Al-Husain 2 hal. 89 dan 90, Al-'Iqdu Al-Farid 2 hal. 220, Al-Khashaishu Al-Kubra 2 hal. 126, Majma'u Al-Zawaid 9 hal. 196, Tarikhu Al-Khulafa' hal. 80, Miftahu Al-Naja -tulisan tangan-, Nuuru Al-Abshar hal. 123, Yanabi'u Almawaddah hal. 321, Is'afu Al-Raghibin hal. 215 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 484-488.
Pada hari 'Asyura' burung-burung menahan diri dari memakan makanan.
Maqtalu Al-Husain 2 hal. 91 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 490.
Dari bejana tempat kepala Al-Husain as. diletakkan,terpancar sinar yang terang menembus langit dan burung-burung mengepakkan sayap mereka mengelilingi kepala suci tersebut.
Maqtalu Al-Husain 2 hal 101, Al-Kamil fi Al-Tarikh 3 hal. 296 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 491.
Pada saat Al-Husain as. terbunuh, seekor burung gagak datang dan bergumul di tumpahan darah beliau lalu terbang kembali menuju kota Madinah dan hinggap di dinding rumah Fatimah binti Al-Husain as.
Maqtalu Al-Husain 2 hal. 92 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 492-493.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, banyak orang yang mendengar suara rintihan dan ratapan bangsa Jin untuk Al-Husain as. Mereka berkata:
Wahai mata, lakukanlah dengan baik tugasmu
Siapa lagi yang kan menangisi syuhada setelahku
Tangisilah mereka yang berjalan digiring kematian
Menuju negeri kekuasaan anak bekas budak belian
Wahai kalian yang telah membantai Al-Husain
Bersiaplah menerima azab dan balasan
Seluruh penghuni langit mengutuk kalian
Juga para nabi, utusan Allah dan bani insan
Kalian dikutuk lewat lisan putra Daud, Sulaiman
Juga Musa dan Isa, pembawa injil Tuhan
Wanita mulia bangsa Jin menangis sedih
Pukuli pipi yang bak keping emas nan bersih
Berpakaian kumal warna hitam, matapun letih
Aku bersedih meratapi Al-Husain
Sungguh Al-Husain seorang pahlawan
Demi Allah, aku datang kepada kalian setelah melihat dia
Di tepi Furat, pipinya berdebu dan luka leher menganga
Di sekitarnya, jasad-jasad muda dengan leher terluka
Mereka bak pelita, mengusir gulita dengan cahaya
Al-Husain bagaikan pelita penerang segala
Allahlah saksinya bahwa aku tak berdusta
Al-Husain tewas di negeri orang, sebatang kara
Dengan rasa dahaga yang mencekik jiwanya
Nabi sering mengusap dahinya
Dari pipinya memancar cahaya
Orang tuanya pembesar Quraisy
Kakeknya, sebaik-baik orang tua
Mereka membantaimu, wahai putra Rasul
Tempat mereka adalah neraka selamanya
Karena menyembelih unta, kaum Tsamud binasa
Petaka tanpa bahagia adalah akhir nasib mereka
Kehormatan cucu Rasulullah tentu lebih utama
dan lebih agung dari hanya seekor induk unta
Sangatlah mengherankan mereka tidak berubah rupa
Mungkin Allah menangguhkan azab para durjana
Al-Mu'jamu Al-Kabir hal. 147, Dzakhairu Al-'Uqba hal. 150, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 349, Asma' Al-Rijal 2 hal. 141, Siyaru A'lami Al-Nubala' 3 hal. 214, Akamu Al-Marjan hal. 147, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 217, 223, dan 224, Al-Ishabah 1 hal. 334, Majma'u Al-Zawaid 9 hal. 199, Al-Bidayah wa Al-Nihayah 6 hal. 231, 8 hal. 197 dan 200, Tarikhu Al-Khulafa' hal. 80, Al-Shawaiqu Al-Mughriqah hal. 194, Wasilatu Al-Maal hal. 197, Mifathu Al-Naja hal. 144, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 320, 323, 351, dan 352, Al-Syarafu Al-Muabbad hal. 68, Kifayatu Al-Thalib hal. 294 dan 295, Al-Maqtal 2 hal. 126, 127, Muhadharatu Al-Abrar 2 hal. 160, Tarikhu Al-Umami wa Al-Muluk 4 hal ; 357, Al-Kamil fi Al-Tarikh 3 hal. 301, Tahdzibu Al-Tahdzib 2 hal. 353, Al-Bad'u wa Al-Tarikh 6 hal. 10, Akhbaru Al-Duwal hal. 109, Nuuru Al-Qabas Al-Mukhtashar min Al-Muqtabas hal. 263, Taj Al-'Arus 3 hal. 196 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 570-589.
Pada saat Al-Husain as. terbunuh, ditemukan sebuah batu yang bertuliskan:
Kelak Fatimah kan datang dengan membawa
baju berlumurkan darah Al-Husain, putranya
Celakalah mereka, musuh pemberi syafa'at
Di saat telah ditiupnya sangkakala kiamat
Al-Tadzkirahhal. 284, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 219, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 331 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 569.
Di dinding sebuah gereja tertulis:
Apakah umat yang membantai Al-Husain
Mengharapkan syafaat kakeknya di hari kiamat
Ketika pendeta yang berada di sana ditanya tentang tulisan tersebut dan siapakah yang menulisnya, ia menjawab, "Bait syiar ini telah tertulis di sini sejak lima ratus tahun sebelum nabi kalian diutus."
Tarikhu Al-Islam wa Al-Rijalhal. 386, Al-Akhbaru Al-Thiwal hal. 109, Hayatu Al-Hayawan 1 hal. 60, Nuuru Al-Abshar hal. 122, Kifayatu Al-Thalib hal. 290 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 567-568.
Seorang penduduk Najran saat menggali tanah menemukan sebuah kepingan emas yang bertuliskan:
Apakah umat yang telah membantai Al-Husain
Mengharapkan syafaat kakeknya di hari kiamat
Miftahu Al-Najahal. 135, Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 566.
Sebuah tembok merekah lalu muncullah sebuah telapak tangan yang bertuliskan:
Apakah umat yang telah membantai Al-Husain
Mengharapkan syafaat kakeknya di hari kiamat.
Tarikhu Al-Khamis 2 hal. 299 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 567.
Setelah Al-Husain as. terbunuh, para durjana itu memenggal kepala beliau. Selagi mereka asyik duduk-duduk di tempat peristirahan pertama mereka untuk meminum arak, tiba-tiba sebuah tangan keluar dari balik sebuah tembok yang membawa sebuah pena dari besi lalu dengan bertintakan darah, ia menulis:
Apakah umat yang telah membantai Al-Husain
Mengharapkan syafaat kakeknya di hari kiamat
Al-Mu'jamu Al-Kabirhal. 147, Dzakhairu Al-'Uqba hal. 144, Maqtalu Al-Husain 2 hal. 93, Mahadhiru Al-Abrar 2 hal. 160, Kifayatu Al-Thalib hal. 291, Tarikhu Dimasyq 4 hal. 342, Tarikhu Al-Islam 3 hal. 13, Majma'u Alzawaid 9 hal. 199, Al-Bidayatu wa Al-Nihayah 8 hal. 200, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 116, Al-Khashaishu Al-Kubra 2 hal. 127, Al-Thabaqatu Al-Kubra 1 hal. 23, Jam'u Al-Fawaid 2 hal. 217, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 230 dan 351, Jaliyatu Al-Kadir hal. 198 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 561-565.
Di atas sebuah batu terdapat tulisan yang berumur lebih dari seribu tahun sebelum masa kenabian. (Di beberapa gereja Rumawi ada sebuah tulisan yang berumur tiga ratus sampai enam ratus tahun sebelum masa kenabian). Tulisan itu adalah sebagai berikut:
Apakah umat yang telah membantai Al-Husain
Mengharapkan syafaat kakeknya di hari kiamat
Al-Mu'jamu Al-Kabirhal. 147, Kifayatu Al-Thalib hal. 290, Maqtalu Al-Husain 2 hal. 93, Al-Bidayah wa Al-Nihayah 8 hal. 200, Majma'u Al-Zawaid 9 hal. 199, Tarikhu Dimasyq 4 hal. 342, Al-Tadzkirah hal. 283, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 291, Maatsiru Al-Inafah fi Ma'alimi Al-Khilafah hal. 117, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 331, Mukhtasharu Tadzkirati Al-Qurthubi hal. 194 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 557-560.
Dalam mimpi seorang yang ikut menyaksikan pembantaian atas diri Al-Husain as., Nabi saw. datang kepadanya dan mengoleskan darah suci cucu beliau itu ke mata orang tersebut. Keesokan harinya ia menjadi buta, karenanya.
Nuuru Al-Abshar hal. 123, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 117 dan 194, Is'afu Al-Raghibin hal. 192, Al-Tadzkirah hal. 291, Maqtalu Al-Husain 2 hal. 104, Rasyfatu Al-Shadi hal. 291, Yanabi'u Almawaddah hal. 330 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 552-555.
Abu Raja' berkata, "Janganlah kalian mencaci Ali atau siapapun juga dari keluarga Nabi saw.! Sebab seorang dari bani Al-Hajim (Seorang tetangga dari Balhajim) memasuki kota Kufah sambil berseru,
"Tidakkah kalian mengenal si fasik anak si fasik? Allah kini telah membinasakannya." Yang dia maksudkan adalah Al-Husain bin Ali as. Seketika itu juga Allah melemparnya dengan dua buah batu dari langit yang jatuh tepat mengenai kedua matanya. Akibatnya, dia menjadi buta untuk selamanya."
Al-Manaqib karya Ahmad bin Hanbal -tulisan tangan-, Al-Mu'jamu Al-Kabir hal. 145, Tarikhu Dimasyq 4 hal. 430, Kifayatu Al-Thalib hal. 296, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 194, Majma'u Al-Zawaid 9 hal. 196, Akhbaru Al-Duwal hal. 109, Al-Mukhtar hal. 22, Tahdzibu Al-Tahdzib 2 hal. 353, Siyaru A'lami Al-Nubala' 3 hal. 211, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 248, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 220, Miftahu Al-Naja hal. 151, Rasyfatu Al-Shadi hal. 63, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 220, Wasilatu Al-Maal hal. 197 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 547-550.
Semua orang yang ikut serta dalam pasukan yang membantai Al-Husain as. mengalami penderitaan di dunia. Ada yang terbunuh, ada yang menjadi buta, ada yang wajahnya berubah menjadi berwarna hitam pekat, dan ada juga yang kehilangan kekuasaan dalam tempo yang relatif singkat.
Al-Tadzkirahhal. 290, Nuuru Al-Abshar hal. 123, Is'afu Al-Raghibin hal. 192, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 322 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 513.
Seorang yang menghalangi Al-Husain as. untuk sampai ke air mendapatkan siksaan dari Allah berupa rasa haus yang mencekik. Itu terjadi setelah Al-Husain as. mendoakannya dengan berkata, "Ya Allah, siksalah ia dengan rasa dahaga yang mencekik! Ya Allah siksalah ia dengan rasa haus yang mencekik!" Berkat doa itu, orang tersebut berteriak-teriak karena rasa panas yang ia rasakan dari dalam perut. Sedangkan punggungnya terasa amat dingin, hingga kemudian perutnya terkoyak seperti perut unta yang dibelah.
Maqtalu Al-Husain 2 hal. 91, Dzakhairu Al-'Uqba hal. 144, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 195, Majabi Al-Da'wah hal. 38 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 514-515.
Ketika seseorang berkata kepada Al-Husain as., "Bersiap-siaplah untuk masuk neraka!", Al-Husain as. mendoakannya dan berkata, "Ya Allah, kirimlah ia segera ke neraka!" Tiba-tiba kuda yang ditungganginya bergerak tak terkendali sehingga ia terjatuh di sungai dengan kaki yang masih tergantung di pelana kuda dan kepala yang membentur tanah. Kuda tersebut berlari ke sana kemari. Kepala orang itu membentur setiap batu dan pohon yang dilaluinya hingga ajal datang merenggut nyawanya.
Tarikhu Al-Umami wa Al-Muluk 4 hal. 327, Al-Mu'jamu Al-Kabir hal. 146, Maqtalu Al-Husain 2 hal. 94, Dzakkhairu Al-'Uqba hal. 144, Al-Kamil fi Al-Tarikh 3 hal. 289, Kifayatu Al-Thalib hal. 287, Wasilatu Al-Maal hal. 197, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 342 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 516-519.
Pada saat mereka menghalangi Al-Husain as. untuk sampai ke sungai dan meminum air darinya, seseorang berseru kepada beliau, "Lihatlah sungai yang terbentang luas ini! Seperti bentangan langit bukan ? Tapi sayang, kau tidak akan mendapatkan setetespun darinya, sampai kau mati perlahan-lahan karena kehausan."
Al-Husain as. mengadu kepada Allah dan berkata, "Ya Allah, binasakanlah ia dengan rasa haus yang mencekik !"
Berkat doa tersebut, ia mendapatkan kutukan dari Allah, hingga tidak pernah merasa puas meskipun banyak air yang telah memasuki kerongkongannya. Akhirnya ia mati karena rasa dahaganya itu.
Al-Shawaiqu Al-Muhariqah hal. 195 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 520.
Beberapa orang yang menghalangi Al-Husain as. untuk sampai ke air, semuanya mati kehausan berkat doa beliau as.
Seseorang menjadi buta. Kaki dan tangannya terlepas dari tubuhnya, karena berniat merampas pakaian yang dikenakan Al-Husain as. Hal itu terjadi setelah ia ia bermimpi melihat Fatimah as. mengutuknya.
Seorang lagi, yang merampas sorban Al-Husain as., tangannya terpotong sampai ke siku. Dan ia hidup dalam kesengsaraan dan kemiskinan. Keadaannya sangat mengenaskan sampai ajal datng menjemputnya.
Orang yang mengatakan, "Sayalah yang telah berhasil membunuh Al-Husain as.," lidahnya terkatup menjadi bisu dan tak lama setelah itu ia menjadi gila.
Al-Bidayatu wa Al-Nihayah 8 hal. 174, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 348, Maqtalu Al-Husain 2 hal. 34, 94 dan 103, Tarikhu Dimasyq 4 hal. 340, Al-Kamil fi Al-Tarikh 3 hal. 283, Al-Mu'jamu Al-Kabir hal. 146, Dzakhairu Al-'Uqba hal. 144, Kifayatu Al-Thalib hal. 287, Wasilatu Al-Maal hal. 196 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 522-525 dan 528-530.
Orang yang merampas celana Al-Husain as. menjadi lumpuh beberapa waktu lamanya. Sedangkan yang merampas sorban beliau tertimpa penyakit kusta dan yang mengambil baju perang beliau menjadi gila. Lalu pada saat itu juga, terlihat debu tebal yang berwarna gelap disertai oleh tiupan angin merah sehingga tak ada sesuatupun yang tampak. Orang-orang menyangka bahwa azab Allah akan segera menimpa mereka.
Maqtalu Al-Husain 2 hal. 37 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 526.
Ketika kepala suci Al-Husain as. dihadapkan ke Yazid bin Mu'awiyah, tiba-tiba dari balik dinding istana keluar sebuah tangan yng lantas menulis di dahi beliau:
Apakah umat yang telah membantai Al-Husain
Mengharapkan syafaat kakeknya di hari kiamat
Ghuraru Al-Khashaishi Al-Wadhihahhal. 276 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 546.
Setelah Ubaidillah bin Ziyad dan kawan-kawannya berhasil dibunuh dan kepalanya dibawa ke hadapan Mukhtar, datanglah seekor ular yang menyusup di antara kepala-kepala tersebut lalu masuk ke mulut Ibnu Ziyad dan keluar lewat lehernya. Kemudian masuk lagi dari leher dan keluar lewat mulutnya. Demikianlah ia keluar masuk kepala yang satu ini, padahal masih banyak kepala-kepala yang lain di situ. Mereka yang menyaksikan adegan tersebut berkata, "Sungguh Ibnu Ziyad dan kawan-kawannya telah merugi di dunia dan akherat." Mereka lantas menangisi Al-Husain as., anak-anak dan para sahabatnya yang setia.
Shahih Tirmidzi13 hal. 97, Maqtalu Al-Husain 2 hal. 84, Usdu Al-Ghabah 2 hal. 22, Al-Mu'jamu Al-Kabir hal. 145, Dzakhairu Al-'Uqba hal. 128, Siyaru A'lami Al-Nubala' 3 hal. 359, Mukhtasharu Tadzkirati Al-Qurthubi hal. 192, Jami'u Al-Ushul 10 hal. 25, Al-Shawaiqu Al-Muhariqah hal. 196, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 220, 'Umdatu Al-Qari 16 hal. 241, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 321, Is'afu Al-Raghibin hal. 185, Nuuru Al-Abshar hal. 126 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 542-545.
Wajah Harmalah, salah seorang yang terlibat langsung dalam membunuh Al-Husain as., berubah menjadi sangat buruk dan berwarna hitam lebam.Beberapa setelah itu, pada malam hari, pasukan Mukhtar menangkap dan melemparkannya ke dalam api yang berkobar-kobar.
Al-Tadzkirahhal. 291, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 330, Is'afu Al-Raghibin hal. 192, Nuuru Al-Abshar hal. 123 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 531-532.
Ketika seseorang berkata, "Tak ada seorangpun yang ikut terlibat dalam pembantaian atas diri Al-Husain as., kecuali mendapatkan bencana sebelum kematiannya," seorang lelaki tua mengatakan kepadanya, "Aku termasuk salah seorang anggota pasukan Ibnu Ziyad pada hari itu. Tapi lihatlah, sampai detik ini, tak ada satu petakapun yang kualami dalam hidupku."
Tiba-tiba lampu penerang rumah padam. Iapun lantas bangkit untuk memperbaikinya. Tak disangka, api meletup dan membakar tubuhnya. Cepat-cepat ia berlati menuju ke sungai dan melemparkan dirinya ke dalam air. Tapi, api tak kunjung padam hingga badannya terpanggang dan berubah menjadi arang.
Maqtalu Al-Husain 2 hal. 62, Tahdzibu Al-Tahdzib 2 hal. 353, Al-Mukhtar hal. 22, Tarikhu Dimasyq 4 hal. 340, Kifayatu Al-Thalib hal. 279, Al-Tadzkirah hal. 292, Wasilatu Al-Maal hal. 197, Nadzmu Durari Al-Simthain hal. 220, Siyaru A'lami Al-Nubala' 3 hal. 211, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 193, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 322, Miftahu Al-Naja -tulisan tangan-, Is'afu Al-Raghibin hal. 191 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 536-539.
Pada saat Al-Husain as. terbunuh, pohon yang tumbuh berkat mu'jizat Nabi saw. mendadak layu dan mengering, setelah sebelumnya dari batang pohon tersebut keluar darah segar. Daun-daunnya rontok dan meneteskan darah seperti cairan yang menetes dari daging yang segar.
Rabi'u Al-Abrarhal. 44, Al-Tuhfatu Al-'Aliyyah wa Al-Adabu Al-'Ilmiyyah hal. 16, Maqtalu Al-Husain 2 hal. 98 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 494-497.
Biji-bijian yang berwarna wangi yang dirampas dari kemah Al-Husain as. berubah menjadi abu.
Al-Mu'jamu Al-Kabirhal. 147, Siyaru A'lami Al-Nubala' 3 hal. 211, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 348, Tahdzibu Al-Tahdzib 2 hal. 353, Maqtalu Al-Husain 2 hal. 90, Dzakhairu Al-'Uqba hal. 144, Majma'u Al-Zawaid 9 hal. 197, Al-Shwaiqu Al-Muhriqah hal. 192, Nadzmu Durari Al-Simthan hal. 220, Al-Khashaish 2 hal. 126, Yanabi'u Al-Mawaddah hal 321 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 503-505.
Di sebuah perkampungan, mereka membagi-bagikan daging unta yang mereka rampas dari perkemahan Al-Husain as., tiba-tiba kuali mereka hangus terbakar.
Barang peninggalan Al-Husain yang mereka ranmpas dan letakkan di sebuah nampan berubah menjadi api.
Daging unta rampasan mereka berubah rasanya menjadi pahit seperti jadam.
Nadzmu Durari Al-Simthainhal. 220, Al-Mahasin wa Al-Masawi hal. 62, Al-Mu'jamu Al-Kabir hal. 147, Majma'u Al-Zawaid 9 hal. 196, Tarikhu Dimasyq 4 hal. 340, Tarikhu Al-Islam 2 hal. 348, Siyaru A'lami Al-Nubala' 3 hal. 211, Tahdzibu Al-Tahdzib 2 hal. 353, Al-Khashaishu Al-Kubra 2 hal. 126, Tarikhu Al-Khulafa' hal. 80, Maqtalu Al-Husain 2 hal. 90, Al-Tadzkirah hal. 277, Nuuru Al-Abshar hal. 123 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 506-510.
Ketika kepala suci Al-Husain as. dibawa sebagai persembahan untuk Ubaidillah bin Ziyad, ia bertanya, "Siapa di antara kalian yang telah berhasil membunuhnya?"
Seseorang menjawab, "Sayalah yang telah berhasil membunuhnya."
Setelah berkata demikian, tiba-tiba wajahnya berubah menjadi hitam.
Dzakhairu Al-'Uqbahal. 149, dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 540.
Sinar yang terang memancar dari kepala Al-Husain as. yang diletakkan di sebuah bejana hingga menembus angkasa. Itu terjadi pada malam hari. Hal tersebut menyebabkan seorang pendeta masuk agam Islam.
Al-Tadzkirahhal. 273, Maqtalu Al-Husain 2 hal. 102, Al-Shawaiqu Al-Muhriqah hal. 119, Rasyfatu Al-Shadi hal. 164, Yanabi'u Al-Mawaddah hal. 325 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 498-502.
Pagi hari setelah Al-Husain as. terbunuh, orang-orang mendapatkan kuali tempat mereka memasak berubah menjadi darah. Semua bejana yang berisi air berubah menjadi darah.
Nadhmu Durari Al-Simthainhal. 220 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 502.
Semua wanita yang memakai minyak wangi yang diambil dari kamp Al-Husain as. terkena penyakit belang kulit.
Al-'Iqdu Al-Farid 2 hal. 220, 'Uyunu Al-Akhbar 1 hal. 212 dan Ihqaqu Al-Haq 11 hal. 511.
Inilah yang berhasil kami kumpulkan dari kitab-kitab rujukan Ahlussunnah. Adapun kitab-kitab rujukan Syiah menyebutkan lebih banyak lagi kejadian-kejadian aneh yang mengandung unsur mu'jizat yang terjadi seiring atau setelah peristiwa syahadah Imam Al-Husain as. Di sini kami hanya akan menyebutkan beberapa hal saja yang kami anggap perlu:
Setelah Al-Husain as. terbunuh, burung hantu tak mau lagi tinggal di tempat keramaian dan hanya menempati rumah-rumah kuno dan kosong. Sepanjang hari mereka berpuasa dan bersedih hingga malam tiba. Pada malam hari, mereka selalu meratapi Al-Husain as. Padahal sebelum peristiwa Karbala dan pembantaian yang meinimpa diri Al-Husain as. mereka selalu tinggal di istana-istana dan gereja-gereja. Jika ada orang yang sedang menyantap hidangan makan, mereka datang dan berdiri di depan orang tersebut. Setelah dilempari makanan dan diberi minum, mereka akan terbang kembali ke tempatnya.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, burung-burung merpati mengutuk para pembunuh beliau.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, langit menurunkan hujan darah dan abu.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, tak ada batu, tanah liat ataupun batu besar yang diangkat kecuali di bawahnya terdapat darah yang mendidih. Dinding-dinding rumah memerah bagai disiram darah. Hujanpun turun dalam bentuk darah selama tiga hari.
Setelah Al-Husain as. terbunuh, sebanyak empat ribu malaikat turun ke bumi dan duduk di sisi pusara suci beliau dengan raut wajah yang tak teratur dan penuh debu dan pasir. Mereka menangis dan meratap sampai hari kiamat - kemunculan Imam Mahdi as. - Kelompok malaikat ini diketuai oleh malaikat yang bernama Mansur.
Sesaat setelah Al-Husain as. terbunuh, muncul warna kemerahan di langit sebelah barat dan timur. Kedua warna kemerahan itu sakan-akan bertemu di tengah-tengah langit.
Setelah Al-Husain as. terbunuh, selama empat puluh hari lamanya, orang-orang banyak menyaksikan warna kemerahan seperti darah saat matahari terbit dan terbenam. Hal itu berarti bahwa mataharipun menangisi kematian Al-Husain as.
Setelah Al-Husain terbunuh, langit menurunkan hujan darah. Tong-tong tempat menyimpan air dipenuhi oleh darah. Unta yang pergi ke lembah untuk mencari air minum hanya menemukan darah bukan air.
Langit tidak pernah menangisi kematian manusia kecuali kematian Yahya bin Zakaria dan Al-Husain bin Ali as. Tanda bahwa langit menangis adalah jika kita menghadapkan kain ke atas, akan tampak di kain tersebut warna darah yang mirip dengan tetesan darah serangga.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, tujuh petala langit dan bumi beserta penghuninya dan mereka yang tinggal di antara langit dan bumi, juga mereka yang ada di surga atau neraka, dan yang terlihat maupun yang tidak kasat mata, semuanya menangisi Al-Husain as.
Pada saat Al-Husain as. terbunuh, semua mahluk dari mulai dari binatang buas di sahara, ikan-ikan di dasar laut, burung-burung yang terbang bebas di angkasa, matahari, bulan, bintang-bintang, langit, bumi, seluruh kaum Mukminin dari bangsa Jin dan manusia, sampai para malaikat di langit dan bumi, Ridhwan, penjaga surga, Malik penjaga neraka, dan malaikat-malaikat pembawa 'arsy, semuanya ikut menangisi beliau.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, binatang-binatang buas dengan setia menjaga kubur beliau sambil menangis dan meratapinya, siang dan malam.
Ketika Al-Husain as. terbunuh, selama empat puluh hari, langit menangis dengan meneteskan darah. Bumi menangis dengan menunjukkan kegelapan yang menyelimutinya. Matahari menangis dengan warna kemerahan. Gunung-gunung retak dan lautan bergolak. Para malaikat duduk bersimpuh di pusara beliau dan larut dalam tangisan. Dengan tangisan mereka, seluruh malaikat yang ada di langit dan seluruh jagat ikut menangis.
Sewaktu Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as. membaca ayat:
فما بكت عليهم السماء والأرض وما كانوا منظرين
"Langit dan bumi tidak menangisi mereka dan mereka tidak ditangguhkan lagi" (Q. S. Al-Dukhan: 29)
Al-Husain as. datang menghampiri beliau. Sambil menunjuk kepadanya beliau berkata, "Ketahuilah! Anakku ini kelak akan dibantai dan langit serta bumi akan menangisinya."
Fatimah as. menangisi dan meratapi Al-Husain as..
Ketika Al-Husain as. terbunuh, sekelompok Jin meratapinya dan bersenandung:
Sungguh tombak-tombak yang beterbangan
menuju Al-Husain, telah memerangi Tanzil[50]
Mereka bersorak gembira saat membunuhmu
Padahal mereka membunuh takbir dan tahlil
Seakan mereka membunuh kakekmu, Muhammad
Allah bersalawat atasnya, begitu pula Jibril
Hai putra syahid, keponakan syahid
Sebaik-baik paman Ja'far Thayyar
Amat mengherankan pedang yang menimpamu
Tepat di wajahmu yang dikotori pasir.
Hai mata! Cucurkan deras jangan sampai mengering
Cucurkan airmatamu, tangisi pemimpin yang kini tiada
Kini ia terbaring di tepi sungai Karbala, sungguh
berita duka bagi kami dan bencana tiada tara
Wanita-wanita Jin sedih menangisi
Iringi tangisan putri-putri Hasyimi
Mereka ratapi Al-Husain, karena musibah ini
Mereka pukul pipi yang bagai dinar murni
Dengan berbaju hitam dan tipis, dukapun terlengkapi
Rujuk, Al-Manaqib karya Ibnu Syahr Asyub 4 hal. 754, Kamilu Al-Ziyarat hal. 75, Amali Al-Shaduq bagian ke-27, 'Ilalu Al-Syarayi' 1 hal. 217, Amali Al-Mufid, Biharu Al-Anwar 45 hal. 201-241 serta masih banyak lagi kitab-kitab rujukan lainnya.
________________________________________
[1] Tanqihu Al-Maqal 1 hal. 380: Hamid bin Muslim Al-Kufi. Kami tidak mendapatkan satu sumberpun yang menyebutkan biografinya, kecuali Syekh Thusi yang memas.ukkannya ke dalam kelompok sahabat Imam Sajjad as. Tampaknya ia adalah seorang pengikut Ahlul Bait as. Hanya saja, keadaan yang sebenarnya dari orang ini tidak diketahui dengan pasti.
Mustadraku 'Ilmi Al-Rijal 3 hal. 289: Hamid bin Muslim Al-Kufi, dikategorikan oleh para ulama sebagai sahabat Imam Sajjad as. Dialah yang meriwayatkan banyak hal dari tragedi Karbala yang menunjukkan bahwa ia hadir saat itu… Dia termasuk salah seorang prajurit Sulaiman bin Shurad dari pihak Mukhtar dalam tragedi 'Ainu Al-Wardah pada suatu peperangan melawan tentara Syam untuk menuntut darah Al-Husain as.
Menurut hemat saya, ada kemungkinan bahwa Hamid bin Muslim nama dari dua orang yang berbeda, yang salah satunya adalah orang yang hadir dalam peristiwa Karbala dan menceritakan banyak hal yang terjadi pada waktu itu. Dia jugalah yang diperintahkan oleh Umar bin Sa'ad untuk membawa kepala Al-Husain bersama sekelompok orang yang lain. Ini menunjukkan bahwa dia adalah salah satu antek Bani Umayyah. Sedangkan yang lain adalah orang yang termas.uk sahabat Imam Sajjad as. dan tentara di barisan Sulaiman bin Shurad.
[2] Dalam naskah A setelah ini disebutkan: Ada pula yang mengatakan:
Apakah umat yang membantai Al-Husain
Masih mengharap syafaat kakeknya di hari kiamat
[3] Hasan bin Al-Hasan bin Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, dikenal Al-Mutsanna. Anaknya yang juga bernama Hasan disebut dengan Hasan Al-Mutsallats. Beliau adalah seorang yang mulia , terhormat dan wara'. Beliaulah yang mengurusi harta-harta sedekah atas. nama Amirul Mukminin as. di zamannya. Beliau menikah dengan saudara sepupunya, Fatimah binti Al-Husein as. Ikut bersama pamannya, Al-Husain as., dalam peristiwa Karbala. Setelah berperang dan terluka, Allah memberinya kesembuhan. Ibunya bernama Khaulah binti Mandhur Al-Farrazi. Wafat sekitar tahun 90-an H, di Madinah. Beliau tidak pernah mengaku sebagai Imam atau diangkat sebagai imam oleh sekelompok orang, berbeda dengan anaknya, Hasan Al-Mutsallats
( Rujuk, Tasmiatu Man Qutila Ma'a Al-Husain hal. 157, Tahdzibu Ibni Asakir 4 hal. 162, Al-A'lam 2 hal. 187 dan Mu'jamu Rijali Al-Hadis 4 hal. 301 ).
[4] Naskah A setelah ini menyebutkan:
Penulis kitab Al-Mashabih meriwayatkan bahwa Hasan bin Al-Hasan Al-Mutsanna di hari itu berhasil mempersembahkan tujuh belas nyawa musuh untuk pamannya. Sedang ia sendiri mengalami delapan belas buah luka, hinggga jatuh tersunggur di tanah. Salah seorang kerabatnya yang bernama Asma' bin Kharijah segera mengambil dan membawanya ke Kufah lalu merawatnya hingga sembuh. Setelah itu ia mengirimnya kembali ke kota Madinah.
[5] Zaid bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Abul Hasan Al-Hasyimi, sepupu sekaligus sahabat Imam Sajjad as., Ia seorang yang mulia, berperangai baik, berjiwa besar dan banyak melakukan kebajikan. Beliaulah yang mengurusi sedekah Rasulullah saw. Sebagian sejarawan menulis bahwa beliau tidak ikut menyertai pamannya, Al-Husain as., ke Irak. Wafat tahun 120 H Beliau tidak pernah mengklaim imamah untuk dirinya atau diangkat sebagai imam oleh orang lain.
( Rujuk, Mu'jamu Rijali Al-Hadis 7 hal. 339 yang menukil dari Rijalu Al-Syekh, Al-Irsyad karangan Syekh Mufid dan Al-Umdah karangan Sayyid Mihna, Biharu Al-Anwar 46 hal. 329 ).
[6] Dalam kitab Mukhtasharu Tarikh Dimas.yq 19 hal. 198 disebutkan dengan nama: Umar bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, ikut bersama pamannya dalam perjalanan beliau ke Irak. Beliau termas.uk salah seorang yang dibawa ke Damaskus bersama Ali bin Al-Husain as. Beliau memiliki seorang anak bernama Muhammad, tapi sayang, keturunannya hanya sampai di sini. Beliau juga dikenal sebagai orang yang rajin beribadah dan orang yang shaleh.
[7]Naskah R: Syubair bin Khuzaim Al-Asadi
Mustadraku 'Ilmi Al-Rijal 2 hal. 37. Basyir bin Jazim Al-Asadi, biografinya tidak tertulis. Dialah yang meriwayatkan khotbah Zainab di kota Kufah.
[8] Dalam sebagian riwayat disebutkan: Kejahatan kalian sanagtlah besar dan tak mungkin untuk disembunyikan, sebesar bumi dan sepenuh langit.
[9] Q. S. Al-Hadid: 22-23.
[10] Q.S. Nur: 40.
[11] Naskah R: Umar bin Huraits.
Dia adalah 'Amr bin Huraits bin 'Amr bin Utsman bin Abdullah Al-Makhzumi. Meriwayatkan hadis dari Abu Bakar dan Ibnu Mas.'ud. Anaknya yang bernaama Ja'far, Has.an A-'Arani, Mughirah bin Sabi' dan lainnya meriwayatkan darinya. Rumahnya menjadi tempat berkumpul musuh-musuh Ahlul Bait, Pernah menjabat sebagai gubernur Kufah dari pihak Ziyad dan anaknya Ubaidillah. Meninggal dunia pada tahun 85 H.
(Rujuk, Siyaru A'lami Al-Nubala' 3 hal. 417-419 dan Al-A'lam 5 hal. 76).
[12] Ansabu Al-Asyraf hal. 210. Abdullah bin 'Afif Al-Azdi Al-Ghamidi, seorang pengikut Ahlul Bait yang mata kirinya buta di perang Jamal dan mata kanannya di perang Shiffin. Beliau tidak pernah meninggalkan masjid agung.
[13] Utsman bin Affan bin Abu Al-'Ash bin Umayyah, masuk Islam pada permulaan da'wah Nabi saw. Setelah kematian Umar, ia dibaiat sebagai khalifah kaum muslimin pada tahun 23 H. Rakyat bangkit memberontak setelah ia memberikan keistimewaan bagi sanak kerabatnya untuk memegang pos-pos penting pemerintahannya. Selain itu ia juga membagi-bagikan harta Baitul Maal kepada mereka. Ia dikepung di dalam rumahnya dan dibunuh beramai-ramai pada tahun 35 H.
( Rujuk, Tarikh Ibnu Atsir peristiwa tahun 35 H, Syarhu Nahji Al-Balaghah 2 hal. 61, Al-Bad'u wa Al-Tarikh 5 hal. 79, dan Al-A'lam 4 hal. 210 ).
[14] Mu'jamu Al-Buldan 3 hal. 30 menyebutkan: Sabkhah adalah tanah yang gembur dan bergaram di kota Bashrah … Sabkhah adalah nama satu desa di Bahrain.
Saya tidak menemukan di buku-buku dan kamus yang menyebutkan bahwa Sabkhah adalah nama satu tempat di Kufah. Tetapi ada satu tempat antara masjid Sahlah dan masjid Kufah yang lazim dikenal dengan nama Sabkhah. Menurut satu pendapat bahwa Sabkhah berarti tempat pembuangan sampah.
[15] 'Amr bin Said bin 'Ash bin Umayyah bin Abdi Syams Al-Umawi, gubernur Mekah dan Madinah, yang dilantik oleh Mu'awiyah dan anaknya, Yazid. Setelah itu ia pergi ke Syam. Ketika Marwan bin Hakam berusaha memperoleh kursi khilafah, 'Amr mendukungnya. Karenaitu, Marwan mengangkatnya sebagai putra mahkota setelah anaknya Abdul Malik. Setelah Abdul Malik naik tahta, ia berniat untuk menggeser kedudukan 'Amr sebagai putra mahkota. 'Amr melarikan diri setelah terlibat perselisihan dengan Abdul Malik. Abdul Malik terus memburunya, hingga akhirnya pada tahun 70 H, ia berhas.il menangkap 'Amr dan membunuhnya.
( Rujuk, Al-Ishabah biografi No.: 6850, Fawatu Al-Wafayat 2 hal. 118, Tahdzibu Al-Tahdzib 8 hal. 37 dan Al-A'lam 4 hal. 78 ).
[16] Dalam kitab Ansabu Al-Asyraf hal. 221 disebutkan: Zainab ini adalah istri Ali bin Yazid bin Rukanah dari Bani Muththalib bin Abdi Manaf, yang melahirkan anak untuknya. Di antara anak-anaknya adalah Abdah yang kemudian mempunyai anak bernama Abu Al-Bukhturi, Wahb bin Wahb, hakim yang terkenal.
[17] Naskah A:
Hai para pembunuh Al-Husain dengan kebodohan
Bersiap-siaplah mendapat azab dan balasan
Semua yang di langit mengutuk kalian
Juga para Nabi, Malik dan semua insan
[18] Naskah-naskah dan buku rujukan berbeda dalam menukilkan namanya. Yang kami sebutkan di sini diambil dari naskah A. Naskah R: Mujaffar. Naskah B: Mukhaffar.
Dia adalah Muhaffar bin Tsa'labah bin Murrah bin Khalid dari Bani 'Aidzah dari kabilah Khuzaimah bin Luayy. Salah seorang tentara bayaran Bani Umayyah di awal-awal kekuasaan mereka.
( Rujuk, Nasabu Quraisy hal. 441 yang menyebutnya dengan nama Mukhaffar, Jamharatu Al-Ansab hal. 165 dan Al-A'lam 5 hal. 291).
[19] Ibnu Lahi'ah bernama Abdullah bin Lahi'ah bin Far'an Al-Hadhrami Al-Misri, Abu Abdur Rahman, seorang muhaddits Mesir dan hakim di sana. Beliau termasuk salah seorang penulis kitab hadis dan seorang yang pengetahuan luas. Wafat tahun 174 H di Kairo Mesir.
(Rujuk, Al-Walatu wa Al-Qudhat hal. 368, Al-Nujumu Al-Zahirah 2 hal. 77, Mizanu Al-I'tidal 2 hal. 64 dan Al-A'lam 4 hal. 115 ).
[20] Naskah B:
"Mereka akan berhadapan denganku di pengadilan Allah kelak di hari kiamat."
Mereka lalu mensalati kepala Al-Husain as. Kemudian sekelompok malaikat datang dan berkata, "Allah memerintahkan kami untuk membunuh lima puluh orang ini." Kepada mereka Nabi saw. bersabda, "Silahkan! Selesaikanlah urusan kalian dengan mereka !"
Merekapun lantas sibuk memukuli kami dengan tombak pendek mereka. Salah satu dari mereka hendak memukulku dengan tombaknya. Aku segera berteriak minta tolong, "Ya Rasulullah, selamatkan aku, selamatkan aku !" Rasulullah menjawab, "Pergilah ! Tapi Allah tidak akan mengampunimu." Keesokan harinya, aku melihat kawan-kawanku tersungkur di tanah dengan badan yang hangus terbakar.
[21] Naskah A setelah ini menyebutkan:
Aku mendapatkan bagian akhir biografi Ali bin Nasr Al-Syabuki yang ditulis oleh Muhammad bin Najjar, guru besar hadis di Baghdad, dengan sanadnya, riwayat yang lebih panjang lagi. Beliau menyebutkan: Ketika Al-Husain terbunuh dan kepalanya diarak beramai-ramai, mereka lalu duduk-duduk untuk minum-minuman. Kepala tersebut dikelilingkan dari satu tangan ke tangan yang lain. Tiba-tiba keluarlah sebuah tangan yang lalu menulis di tembok dengan pena besi:
Apakah umat yang telah membantai Al-Husain
Mengharapkan syafa'at kakeknya di hari kiamat
Sewaktu mereka menyaksikan hal itu, mereka tinggalkan kepala itu dan lari tunggang langgang.
[22] Q.S. Syuro: 23
[23] Q.S. Bani Israil: 26
[24] Q.S. Al-Anfal: 41
[25] Q.S. Al-Ahzab: 33
[26] Fadhlah bin 'Ubaid bin Harits Al-Aslami. Abu Barzah, julukannya, lebih populer dari pada nama aslinya, yang masih diperselisihkan. Beliau adalah sahabat Nabi saw. yang tinggal di Madinah sebelum kemudian pindah ke Bashrah. Ikut bersama Amirul Mukminin Ali as. dalam perang Nahrawan. Meninggal dunia pada athun 65 H, di Khurasan.
( Rujuk, Tahdzibu Al-Tahdzib 10 hal. 446, Al-Ishabah biografi No. 8718 dan Al-A'lam 8 hal. 33 ).
[27] Abdullah bin Zi'bari bin Qais Al-Sahmi Al-Quraisyi, Abu Saad, seorang penyair Quraisy di jaman Jahiliyyah. Dia dikenal sebagai orang yang anti terhadap kaum muslimin sampai kota Mekah jatuh ke tangan pas.ukan Rasulullah saw. Ia lalu melarikan diri ke Najran dan meninggal pada tahun 15 H.
(Rujuk, Al-A'lam 4 hal. 87 dan kitab-kitab lain yang menyebutkan biografinya ).
[28] Q.S. Ar-Rum: 10
[29] Q.S. Ali 'Imran: 178
[30] Sebutan bagi penduduk Mekkah yang masuk Islam setelah kota tersebut ditaklukkan oleh Rasulullah saw.. Pent.
[31] Q.S. Al-Imran: 169
[32] Abdullah bin Muhammad bin Said bin Sinan, Abu Muhammad Al-Khafaji Al-Halabi, seorang penyair. Beliau belajar sastera dari Abu 'Ala' dan lannya. Wafat tahun 466 H, karena diracun.
( Rujuk, Al-A'lam 4 hal. 122 yang menyebutkan sumber rujukan biografinya antara lain: Fawatu Al-Wafayat 1 hal. 233 dan Al-Nujum Al-Zahirah 5 hal. 96 ).
[33] Abul Aswad, Muhammad bin Abdur Rahman bin Naufal bin As.wad bin Naufal Al-Quraisyi Al-Asadi. Pergi ke Mesir dan banyak bercerita tentang kisah peperangan Nabi saw. kapada 'Urwah bin Zubair. Dia mengambil riwayat dari Imam Ali bin Al-Husain as., Nu'man bin Abi 'Iyasy dan beberapa orang lainnya. Habwah bin Syuraih, Malik bin Anas., dan lain-lain mengambil riwayat darinya. Wafat tahun 130-an H.
( Rujuk, Siyaru A'lami Al-Nubala' 6 hal. 150 biografi No. 62).
[34] Oman adalah nama satu kota di di pesisir laut Yaman dan India … Mayoritas. penduduknya pengikut aliran Khawarij Ibadhiyyah… Penduduk negeri Bahrain yang bertetangga dengan mereka menganut kepercayaan yang sama sekali bertentangan dengan mereka …
[35] Amman , sebuah kota di kawasan Syam dengan banyak benteng
( Rujuk, Mu'jamu Al-Budan 4 hal. 150-151 )
[36] Cina nama sebuah negeri di laut Timur yang menjorok ke selatan. Di sebelah kiri negeri ini adalah negeri Turki.
( Rujuk Mu'jamu Al-Buldan 3 hal. 444 ).
[37] Naskah B dan A: satu tahun.
[38] Naskah R: Minhal bin Umar
Minhal bin 'Amr Al-Asadi, Syekh Thusi kadang menyebutnya sebagai sahabat Imam Husain as., kadang sahabat Imam Ali bin Al-Husain as., kadang dengan menambah kata "Maulahum" di akhir namanya sebagai sahabat Imam Baqir as., terkadang pula sebagai sahabat Imam Ja'jar Shadiq as. Syekh husi berkata, "Minhal bin 'Amr Al-As.adi maulahum Kufi, meriwayatkan dari Ali bin Al-Husain, Imam Abu Ja'far Al-Baqir dan Abu Abdillah Ja'far Shadiq as..
Al-Barqi menyebutnya sebagai sahabat Ali bin Al-Husain as..
Beliau meriwayatkan dari Ishbaq. Ali bin Abbas meriwayatkan darinya …
( Rujuk, Mu'jamu Rijali Al-Hadis 19 hal. 8 ).
[39] Mihyar bin Marzwaih, Abul Hasan atau Abul Husain, Al-Dailami, seorang penyair besar yang memiliki daya cipta tinggi dan gaya bahasa yang kuat. Dia berasal dari negeri Persia dan tinggal di Baghad. Beliau masuk Islam di tangan Syarif Radhi yang menjadi gurunya dan belajar dari syair dan ilmu sastera Arab. Wafat di Baghdad pada tahun 428 H.
( Rujuk, Al-A'lam 7 hal. 317, yang menyebutkan sumber rujukan biografinya seperti Tarikh Baghdad 13 hal. 276, Al-Muntadhim 8 hal. 94, Al-Bidayatu wa Al-Nihayah 12 hal. 41 dan lainnya ).
[40] Naskah A: 'Amr bin Al-Husain
Sebelum ini kami telah menyebutkan biografi singkatnya.
[41] Khalid bin Yazid bin Mu'awiyah bin Abi Sufyan, Abu Has.yim Al-Quraisyi Al-Umawi. Mengambil riwayat dari ayahnya, dan Dihyah, padahal dia tidak pernah berjumpa dengannya.
Menurut riwayat ia meninggal dunia pada tahun 84, atau, 85 atau 90 H.
( Rujuk, Siyaru A'lami Al-Nubala' 4 hal. 382 )
[42] Naskah A: Tawanan keluarga Al-Husain as..
[43] Jabir bin Abdillah bin 'Amr bin Hizam Al-Khazraji Al-Anshari Al-Salmi, wafat pada tahun 78 H. Beliau termasuk sahabat yang meriwayatkan banyak hadis dari Nabi saw. Banyak sahabat yang mengambil riwayat darinya. Beliau ikut serta dalam tujuh belas. peperangan Nabi saw. Di akhir hayatnya, beliau membuka majlis ilmu di masjid Nabawi.
(Rujuk, Rijalu Al-Syekh hal. 72, Al-A'lam 1 hal. 213, Al-Ishabah 1 hal. 213, Tahdzibu Al-As.ma' 1 hal. 142).
[44] Dalam bas.kah-nas.kah otentik disebutkan: Abu Habbab Al-Kalbi. Sedangkan yang tertuilis di sini adalah namanya yang sebenarnya.
Dia adalah Yahya bin Abi Hayyah AL-Kalbi. Dia menukil hadis dari ayahnya, juga Sya'bi, Abu Ishaq Al-Sabi'I dan lainnya. Abdur Rahman Al-Muharibi juga meriwayatkan hadis darinya.
( Rujuk, Al-Ikmal 2 hal. 134 ).
[45] Jibbanah nama beberapa tempat di Kufah seperti Jibbanah Kindah yang terkenal, Jibbanah Sabi' yang pernah dikuas.ai oleh tentara Mukhtar, Jibbanah Maimun …, Jibbanah 'Arzam…, Jibbanah Salim…, dan lain-lain yang kesemuanya berada di Kufah.
( Rujuk, Mu'jamu Al-Buldan 2 hal. 99-100 ).
[46] Naskah R: Bisyr bin Khudaim
Naskah B: Basyir bin Hadzlam
Naskah A: Basiyir bin Jadzlam.
Kami tidak menemukan seorang ahli sejarahpun yang menulis biografinya atau menyebutkan nama. Memang ada beberapa penulis di masa-masa akhir ini yang menyebutkan sesuatu tentang orang ini yang mereka ambil dari kitab Al-Malhuf (kitab yang ada di tangan pembaca ini).
[47] Naskah B: Hai Basyir.
Demikianlah naskah ini menyebutnya dalam seluruh riwayat ini.
[48] Ayahnya, Sha'sha'ah bin Shauhan, disebutkan oleh para ahli sebagai sahabat Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as. Adapun sang anak, Shauhan bin Sha'sha'ah, sejauh ini kami tidak menemukan satu kitabpun yang menulis tentang biografinya. Sedangkan para penulis sejarah yang menyebutkannya, mereka bersandar pada apa yang ditulis Sayyid Ibnu Thawus dalam kitab Al-Mulhuf ini.
[49] Naskah R: Ibnu Qubbah.
Naskah A: Ibnu Qutaibah.
Yang benar adalah Ibnu Qattah. Beliau adalah Sulaiman bin Qattah Al-'Adawi Al-Taimi, bekas. budak Bani Tami bin Murrah. Wafat pada tahun 126 H. Beliau adalah seorang pecinta Bani Hasyim.
( Rujuk, Siyaru A'lami Al-Nubala' 4 hal. 596 yang menyebutkan bahwa Qattah adalah nama ibunya, seperti yang disebutkan dalam Adabu Al-Thaff 1 hal. 54 ).
[50] Tanzil berarti Al-Quran.
   


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar