Selasa, 12 Agustus 2014

Syair Imâm asy-Syâfi’i: “Selamat Tinggal Rasa Malas”

 

 

Imâm asy-Syâfi’i rahimahullâh berkata dalam syairnya:

تَصَبَّرْ عَلَى مُرِّ الجَفَا مِنْ مُعَلِّمٍ ** فَإِنَّ رُسُوْبَ الْعِلْمِ فِيْ نَفَرَاتِهِ

“Bersabarlah atas pahit getirnya jauh dan asing dari Sang Guru ** Karena bersemayamnya ilmu (di dalam hati-pent), diraih dari talqîn dan penjelasan Sang Guru (maka janganlah berpaling darinya-pent).”

فَمَنْ لَمْ يَذُقْ مُرَّ التَعَلُّمِ سَاعَةً ** تَجَرَّعَ ذُلَّ الجَهْلِ طُوْلَ حَياتِهِ

“Barangsiapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat ** Ia kan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.”

وَمَن فاتَهُ التَعليمُ وَقْتَ شَبابِهِ ** فَكَبِّر عَلَيْهِ أَربَعاً لِوَفاتِهِ

“Barangsiapa menyia-nyiakan waktu menuntut ilmu di masa mudanya ** Maka bertakbirlah empat kali  atas kematiannya (maksudnya: shalati jenazah orang tersebut, karena pada hakikatnya orang yang menyia-nyiakan masa mudanya, adalah orang yang telah lama mati sekalipun ia masih berjalan di muka bumi-pent).”

Penyair lain berkata…[1]


اُطْلُبِ الْعِلمَ وَلَا تَكْسَلْ فَمَا ** أَبْعَدَ الْخَيْرَ عَلَى أَهْلِ الْكَسَلْ

“Tuntutlah ilmu, dan jangan malas. ** Betapa jauhnya kebaikan dari seorang pemalas.”

وَاحْتَفِلْ لِلْفِقْهِ فِي الدِّيْنِ وَلَا ** تَشْتَغِلْ عَنْهُ بِمَالٍ أَوْ خَوَلْ

“Timbunlah kafaqihan dalam agama ** Dan jangan engkau disibukkan darinya dengan harta dan hamba sahaya—wanita—).”

وَاهْجُرِ النَّوْمَ وَحَصِّلْهُ فَمَنْ ** يَعْرِفِ الْمَطْلُوْبَ يَحْقِرْ مَا بَذَلْ

“Jauhkan diri dari tidur (berleha-leha), dan panenlah ilmu ** Barangsiapa mengenal nilai sebuah tujuan yang mulia (yaitu: ilmu), maka ia akan meremehkan segenap pengorbanan—untuk meraihnya—.”

لَا تَقُلْ قَدْ ذَهبَتْ أَرْبَابُهُ ** كُلُّ مَنْ سَارَ عَلَى الدَّرْبِ وَصَلْ

“Jangan pernah berkata: ‘Sudah berlalu masa para alim ulama (kita tidak mungkin menyamai tingginya pencapaian mereka-pent).’ ** Karena siapa saja yang menempuh suatu jalan, dia pasti akan sampai pada tujuan (sekalipun tujuan tersebut amatlah jauh dan tinggi-pent).”

[1] Konon ini diucapkan oleh Ibnul Wardi (Abu Hafsh Zainuddin ibn al-Wardi) wafat: 749-H. Seorang pakar sejarah dan sastrawan yang terkenal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar