Jumat, 22 Agustus 2014

KEHEBATAN AL HUSAIN DAN AMIRUL MUKMININ ALI BIN ABI THOLIB AS



Hadis ini berisi tentang mufakharah (“saling berbangga diri”) antara Amirul Mukminin Ali as dengan putranya Abu Abdillah al-Husain as, yang dinukilkan oleh Syadzan bin Jibril saat menyebutkan keutamaan beliau. Imam Ali as membanggakan dirinya seraya berkata, ‘Akulah’ dan ‘Akulah’, yang menjelaskan maknanya yang agung. Beliau memerinci diri sekaitan dengan kepemimpinan kaum mukminin; bahwa beliau adalah pemimpin dan umat manusia harus mengacu kepada beliau.

Beliaulah sang pengganti setelah Rasulullah saw wafat. Juga, lantaran beliau adalah pribadi yang menerangkan syariat dan akidah. Manusia harus meraih agama dan keyakinannya dari beliau sepeninggal Rasulullah saw. Oleh karena itu, beliau menekankan kata ‘Akulah’ dalam statusnya sebagai Amirul Mukminin (pemimpin orang² beriman) dan khalifah (pengganti Nabi saww). Tentang Fadhail (Keutaman²) yang diriwayatkan oleh Syadzan bin Jibril.

Suatu hari, Rasulullah saw sedang duduk-duduk bersama Imam Ali bin Abi Thalib as. Tiba², al-Husain bin Ali as datang. Kemudian, Nabi saww menggendong al-Husain dan mendudukkannya dipangkuan beliau, mencium dahi di antara kedua matanya, dan mencium bibirnya. Saat itu, al-Husain as berusia enam tahun.

Kemudian, Imam Ali as bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau mencintai putraku, al-Husain?”
Rasulullah saw menjawab, “Bagaimana mungkin aku tidak mencintainya, sementara dia adalah bagian tubuhku.”

Imam Ali as kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih engkau cintai, aku ataukah al-Husain?”
Imam Husain as berkata, “Ayah, siapa saja yang paling tinggi kemuliaannya, niscaya dia lebih dicintai Nabi, dan kedudukannya (tentu) lebih dekat dengan beliau.”
Imam Ali as berkata kepada putranya, “Apakah engkau hendak mengajakku membanggakan diri, wahai Husain?”
Al-Husain as berkata, “Benar, wahai ayah, apabila engkau menghendaki.”
Kemudian, Imam Ali as berkata kepadanya,
“Wahai Husain, akulah Amirul Mukminin (pemimpin orang-orang beriman).
Akulah lisan orang² yang jujur.
Akulah penolong al-Musthafa (Rasulullah) saww.
Akulah khazanah ilmu Allah dan yang terpilih di antara makhluk-Nya.
Akulah yang menuntun al-Sabiqin (orang-orang terdahulu yang menerima kebenaran) menuju surga.
Akulah yang melunasi hutang Rasulullah saww.
Akulah yang pamannya adalah pemimpin di surga.
Akulah yang saudaranya adalah Ja’far al-Thayyar yang terbang di surga bersama para malaikat.
Akulah hakim Rasulullah saww.
Akulah yang berhak bersumpah dalam mewakili beliau.
Akulah pembawa Surat al-Tanzil bagi penduduk Mekah atas perintah Allah Swt.
Akulah yang dipilih Allah di antara makhluk-Nya.
Akulah tali Allah yang kokoh. Allah perintahkan makhluk-Nya untuk berpegang-teguh dengannya dalam firman-Nya yang menyatakan: Berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah.
Akulah bintang Allah yang bersinar.
Akulah yang sering dikunjungi malaikat langit.
Akulah lisan Allah yang berbicara.
Akulah hujjah Allah bagi makhluk-Nya.
Akulah tangan Allah yang kuat.
Akulah wajah Allah di langit.
Akulah Janbullahi al-Dhahir.
Akulah yang Allah berfirman tentang diri dan hakku: Merekalah hamba² mulia yang tidak pernah mendahului firman Tuhan dan mereka hanya menjalankan perintah-Nya.
Akulah tali Allah yang kokoh, yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Akulah pintu Allah yang harus didatangi.
Akulah bendera Allah di atas Shirat (titian menuju surga).
Akulah Baitullah (rumah Allah) yang siapasaja memasukinya niscaya selamat. Barangsiapa berpegang teguh kepada wilayah-ku dan kecintaan padaku, niscaya dia selamat dari api neraka.
Akulah yang memerangi kelompok Nakitsin (Pasukan Jamal), Qashitin (Pasukan Muawiyah), dan Mariqin (kaum Khawarij).
Akulah yang memerangi orang² kafir.
Akulah ayah anak² yatim.
Akulah tempat perlindungan para janda.
Akulah ‘Amma Yatasaa-aluuna (tentang apakah mereka saling bertanya²?). Yaitu, tentang wilayah-ku pada hari kiamat. Allah Swt berfirman : Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan. Akulah kenikmatan Allah Swt yang dianugrahkan kepada makhluk-Nya.
Akulah yang Allah berfirman tentang diri dan hakku :
Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah Aku cukupkan bagi kalian nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam menjadi agama kalian. Siapasaja yang mencintaiku, dialah seorang muslim dan mukmin yang sempurna agamanya.
Akulah yang melalui diriku kalian beroleh petunjuk.
Akulah yang Allah berfirman tentang diri dan hakku: Hentikan langkah mereka. Sesungguhnya mereka akan ditanya. Yaitu, mereka akan ditanya tentang wilayah-ku pada hari kiamat.
Akulah al-Naba’ al-‘Adhim (berita yang besar).
Akulah yang digunakan Allah sebagai penyempurna agama pada hari Ghadir Khum dan Khaibar.
Akulah yang Rasulullah saw bersabda tentang diriku, “Barangsiapa yang aku adalah pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.”
Akulah shalat orang mukmin.
Akulah Hayya ‘alash-shalah (Marilah mengerjakan shlalat!).
Akulah Hayya ‘alal-falah (Marilah menuju keberuntungan!).
Akulah Hayya ‘ala khairil amal (Marilah melakukan pekerjaan terbaik!).
Akulah yang ayat diturunkan bagi musuh²ku: Ada orang yang meminta datangnya azab yang nyata. Sesungguhnya orang² kafir itu tidak memiliki pelindung untuk menolak bencana. Artinya, orang yang mengingkari wilayah-ku adalah Nu’man bin Harits al-Yahudi – La’anahullah.
Akulah yang mengajak umat manusia menuju Telaga Haudh di surga. Adakah selain aku yang (dapat) mengajak orang² mukmin ke sana?
Akulah ayah para pemimpin suci dari anak keturunanku.
Akulah neraca keadilan pada hari kiamat.
Akulah penjaga agama.
Akulah penuntun kaum mukminin menuju kebaikan dan ampunan kepada Tuhanku.
Akulah yang penghuni surga adalah para kekasihku. Yaitu orang² yang berlepas diri
dari musuh²ku. Pada saat kematian menjelang, mereka tidak merasa takut dan tidak pula bersedih hati. Di alam kubur, mereka tidak akan disiksa. Mereka adalah para syuhada dan orang² yang percaya pada kebenaran. Dan mereka akan berbahagia di sisi Tuhan mereka.
Akulah yang pengikut setiaku telah berjanji bahwa mereka tidak akan mencintai siapasaja yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun itu adalah ayah atau anak² mereka.
Akulah yang pengikut setiaku kelak akan masuk surga tanpa diperhitungkan amal perbuatannya.
Akulah yang di tanganku terdapat daftar pengikut setiaku lengkap dengan nama² mereka.
Akulah penolong dan pemberi syafaat orang² beriman di hadapan Tuhan pengatur alam semesta.
Akulah yang memukul dengan dua pedang.
Akulah yang menusuk dengan dua tombak.
Akulah yang membunuh orang² kafir dalam Perang Badar dan Hunain. Akulah Murdil Kumaat dalam Perang Uhud.
Akulah yang membunuh Amru bin Abdu Wud dalam Perang Ahzab (Perang Khandaq atau Parit).
Akulah yang membunuh Amru dan Marhab.
Akulah yang membunuh pasukan berkuda Benteng Khaibar (Yahudi).
Akulah yang disebut malaikat Jibril : “Tiada pedang kecuali Dzulfikar dan tiada pemuda kecuali Ali.”
Akulah yang menaklukkan Kota Mekah.
Akulah yang menghancurkan berhala Lata dan Uzza.
Akulah yang merobohkan patung Hubal dan Manat.
Akulah yang menaiki pundak Nabi saw dan menghancurkan arca².
Akulah yang menghancurkan patung Yaghutsa, Yauqa, dan Nashra.
Akulah yang membunuh orang² kafir di jalan Allah.
Akulah yang bersedekah dengan cincin.
Akulah yang tidur di atas tempat tidur Nabi demi menjaga beliau dengan nyawaku dari kejahatan orang² musyrik.
Akulah yang bangsa jin takut kepada kekuatanku.
Akulah yang dengannya Allah disembah.
Akulah penerjemah Allah.
Akulah bendera Allah.
Akulah penyimpan ilmu Rasulullah saww.
Akulah yang membunuh Pasukan Jamal dan Shifin sepeninggal Rasulullah saww.
Akulah yang membagi²kan surga dan neraka.” 
Setelah itu, Imam Ali as terdiam. Kemudian Rasulullah saw berkata kepada al-Husain as :
“Apakah engkau mendengar, wahai Abu Abdillah, apa yang dikatakan ayahmu..? Itulah sebagian kecil dari keutamaannya dan beribu² keutamaan lainnya. Sementara, kedudukannya lebih tinggi dari semua itu.”

Al-Husain as berkata, “Segala puji bagi Allah yang mengutamakan kami di atas hamba²Nya yang beriman dan yang melebihkan kakek kami dengan menurunkan kitab suci al-Quran. Penakwilan, kejujuran, dan kemampuan berbicara dengan Malaikat Jibril al-Amin (yang tepercaya). Dan menjadikan kami hamba terpilih yang terbaik di antara makhluk-Nya.”
Kemudian al-Husain as menambahkan, “Adapun apa yang engkau sebutkan, wahai Amirul Mukminin, engkaulah orang yang jujur dan tepercaya.”
Nabi saw berkata, “Sekarang, sebutkan keutamaanmu, wahai anakku!”
Al-Husain as berkata, :
“Wahai ayahku, akulah Husain putra Ali bin Abi Thalib as.[1]
Ibuku adalah Fathimah al-Zahra as, pemimpin kaum wanita seluruh alam semesta. Kakekku adalah Muhammad al-Musthafa saw, pemimpin seluruh anak Adam tanpa keraguan tentangnya.
Wahai Ali[2], ibuku lebih utama ketimbang ibumu di sisi Allah dan seluruh manusia. Dan kakekku lebih baik dan utama ketimbang kakekmu di sisi Allah dan seluruh manusia. Saat dalam buaian, malaikat Jibril sering menimang²ku dan malaikat Israfil mengajariku pengetahuan. Wahai Ali, engkau di sisi Allah lebih utama dariku. Sedangkan aku lebih memiliki kebanggan ketimbang engkau dari sisi ayah, ibu, dan kakek.” 

Kemudian al-Husain as memeluk dan menciumi ayahnya. Imam Ali as menyambut dan menciumi putranya seraya berkata, :
“Semoga Allah menambahkan bagimu kemuliaan, kebanggaan, pengetahuan, dan kebijaksanaan. Anakku, semoga Allah mengutuk orang-orang yang menzalimimu, wahai Abu Abdillah.”
Lalu al-Husain as kembali ke pangkuan Nabi saww dan duduk di atasnya.

Dalam suasana seperti itu, al-Husain as memeluk ayahnya dan mereka merasa bahagia atas keagungan dan kemuliaan yang dicurahkan Allah kepada mereka berdua. Dalam kesempatan lain, al-Husain memeluk ayahnya dalam suasana duka yang mendalam pada malam ke dua puluh satu di bulan suci Ramadhan.

Saat itu, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as duduk untuk menyampaikan salam perpisahan kepada putra-putra dan keluarganya. Beliau memandangi putranya, al-Husain as yang sedang menangis sedih lantaran perpisahan dengan sang ayah.

Imam Ali as menoleh ke arah al-Husain as seraya berkata :
“Anakku, Abu Abdillah. Adapun engkau, wahai Abu Abdillah, adalah orang syahid dari umat ini. Kelak engkau akan disembelih seperti seekor domba yang tersembelih dari leher belakangmu. Tubuhmu diinjak-injak oleh ratusan kaki kuda. Kepalamu diusung berkeliling di daerah kekuasaan Bani Umayyah. Wanita-wanita suci Rasulullah saw diarak bagai tawanan. Kelak aku akan berhadap² dengan mereka pada Hari Kiamat.”
Catatan :
[1]Imam Husain (as) membanggakan Ayahnya dihadapan Ayahnya sendiri
[2]Pada bagian ini menjelasakan keagungan Imam Husain (as) dengan menyebut/memanggil nama Ayahnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar